Selasa, 22 Maret 2011

Libia berpotensi keluar dari OPEC

JAKARTA: Peperangan yang berlanjut di Libia dapat menyebabkan tersendatnya produksi dan berpotensi mengeluarkan negara pemilik cadangan minyak terbesar di Afrika tersebut dari kuota produksi negara-negara organisasi pengekspor minyak (OPEC).

Senior Analis Harvest International Futures Ibrahim mengatakan Libia adalah penghasil minyak mentah brent dan merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Dia menilai turunnya produksi minyak mentah brent dari negara tersebut dapat mendorong kenaikan harga.

“Harga harga minyak mentah brent dapat terdorong hingga ke level US$120 per barel dan minyak mentah dunia West Texas Intermediate [WTI] dapat mencapai US$115 per barel,” katanya kepada Bisnis, hari ini.

Minyak brent Libia terutama digunakan keperluan bahan bakar pesawat. Sebanyak 80% produksi minyak negara tersebut dikirimkan ke negara-negara Eropa. Ibrahim menilai krisis di Libia akan berlangsung dalam jangka panjang, apalagi dengan masuknya serangan dari negara-negara multilateral ke kamp-kamp militer milik pemerintah.

“Ada kekhawatiran kilang minyak akan dibom oleh pemerintah agar tidak jatuh ke tangan musuh. Itu dapat menyebabkan harga naik. Harga dapat naik ke level yang lebih tinggi jika gejolak yang terjadi di Libia dan Bahrain saat ini menyebar ke negara produsen utama minyak dunia Arab Saudi,” katanya.

Hari ini, harga minyak naik setelah pasukan gabungan Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis meluncurkan serangan udara ke Libia. Aksi tersebut telah mendorong kekhawatiran kondisi pemutusan pasokan minyak akan berlarut dan memperbaharui kekhawatiran mengenai gangguan ekspor dari Timur Tengah.

Harga kontrak berjangka minyak naik sebesar 2,3% setelah pimpinan Libia Muammar Khadafi bersumpah akan mengusir serangan rudal dan pesawat tempur terhadap instalasi militer milik pemerintah.

Produksi minyak Libia jatuh hingga menjadi seperempat dari kapasitas produksi sebelum krisis dan masih ada potensi produksi terhenti sama sekali.

Di lain pihak, karyawan Bahrain Petroleum Co melakukan mogok pada pekan lalu sebagai tanggapan terhadap aksi keras polisi kepada demontran anti pemerintahan. Sementara itu, Yaman juga mengumumkan negara tersebut sedang dalam situasi darurat.

Harga kontak minyak mentah untuk pengiriman April naik sebesar US$2,28 menjadi US$103,35 per barel pada perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange. Sore tadi, harga kontrak tersebut diperdagangkan di level US$102,67 pada pukul 16:11 waktu Singapura. Pada pekan lalu, harga kontrak itu turun sebesar 0,1% menjadi US$101,07 per barel.

Harga kontrak perdagangan yang lebih aktif, yakni kontrak berjangka Mei tumbuh sebesar US$2,42 menjadi US$104,27 per barel.

Kenaikan tersebut tertinggal jika dibandingkan dengan kenaikan harga minyak mentah brent yang diperdagangkan pada bursa berjangka London. Jarak harga antara dua jenis kontrak minyak tersebut melebar dari US$11,53 pada pekan lalu menjadi US$11,85.

Harga kontrak minyak mentah brent untuk penyelesaian Mei naik sebesar US$2,29 atau 2% menjadi US$116,22 per barel pada bursa ICE Futures Europe Exchange.

Pihak sekutu mengklaim serangan selama 2 hari terakhir efektif melumpuhkan pasukan udara Khadafi. Saat ini, para pemimpin dunia mengecam Khadafi, termasuk AS, Inggris, dan Perancis yang melakukan serangan.

Produksi minyak Libia turun tajam dari 1,59 juta barel per hari pada Januari hingga menjadi kurang dari 400.000 barel per hari pada Maret. International Energy Agency memperkirakan ekspor dapat terganggu untuk beberapa bulan ke depan karena kerusakan terhadap fasilitas.

Para hedge fund memangkas taruhan bullish minyak dari posisi tertinggi menyusul kekhawatiran permintaan di Jepang akan terganggu setelah negara tersebut dilanda gempa terbesar pada 11 Maret lalu. Data Asosiasi Minyak Jepang menunjukkan sebanyak 29% kapasitas penyulingan di negara tersebut ditutup.

David Lennox, analis pada Fat Prophets di Sydney, menuturkan pergerakan harga minyak dipengaruhi oleh faktor ketakutan mengenai sejauh mana perubahan rezim ini dapat menyebar.

“Jika harga minyak tetap di atas US$100 per barel dan semakin tinggi untuk periode waktu tertentu, kita akan melihat pertumbuhan global,” katanya sebagaimana dikutip Bloomberg.

Tidak ada komentar: