Rabu, 14 Januari 2015

World Bank Pangkas Outlook Pertumbuhan Global

World Bank Pangkas Outlook Pertumbuhan Global World Bank memangkas Proyeksi pertumbuhan global tahun ini, seiring pemulihan pada perekonomian AS dan penurunan harga bahan bakar gagal untuk menutupi hasil yang mengecewakan mulai dari Eropa hingga Cina. Perekonomian global akan berekspansi sebesar 3% di tahun 2015, turun dari proyeksi sebesar 3.4% di bulan Juni, menurut laporan Global Economic Prospects milik World Bank, yang dirilis hari ini di Washington. Laporan ini menguatkan sinyal meningkatnya kesenjangan antara AS dan negara perekonomian besar lainnya sementara mengikisi optimisme bahwa anjloknya harga Minyak akan mendorong naik output. Resiko terhadap pemulihan global "signifikan dan mengarah turun," dengan resiko termasuk kenaikan volatilitas pasar keuangan, meningkatnya ketegangan geopolitik dan stagnasi berkepanjangan di zona euro atau Jepang.
“Perekonomian global saat ini jauh lebih besar dari sebelumnya, sehingga anaolginya seperti kereta yang lebih besar ditarik oleh mesin tunggal, yaitu Amerika,” menurut Kaushik Basu kepala ekonom World Bank. “Hal ini membuat outlook global buruk.” World Bank menaikkan proyeksi untuk pertumbuhan AS menjadi 3.2% tahun ini dari 3% di bulan Juni lalu, dan juga memangkas proyeksi pertumbuhan untuk zona euro dan Jepang, terkait dampat krisis keuangan dan "penyempitan struktural." World Bank juga memangkas proyeksi pertumbuhan China, mengatakan negara perekonomian terbesar kedua dunia tersebut sedang mengalami "perlambatan teratur."

Minyak Menyentuh Level Terendah 5-1/2 Tahun Baru

Minyak Menyentuh Level Terendah 5-1/2 Tahun Baru Penurunan dramatis harga minyak mentah berlanjut hingga mendekati posisi terendah 6-tahun pada hari Selasa, setelah Menteri Perminyakan dari OPECmenegaskan jika kartel tidak akan merubah strategi produksinya. Harga minyak telah diperdagangkan lebih rendah sepanjang 7 pekan berturut-turut.
Melemahnya permintaan global dan booming produksi minyak shale AS dipandang sebagai 2 faktor utama di balik kejatuhan harga, dengan keengganan OPEC memangkasoutput juga turut berkontribusi. Bahkan torehan rekor impor minyak mentah chinadi bulan Desember pun gagal mengangkat sentimen pasar.
Untuk pertama kalinya China mengimpor minyak lebih dari 7 juta bpd pada bulan Desember, seiring konsumen minyak terbesar ke-2 di dunia itu memanfaatkan harga yang lebih rendah untuk membangun persediaan. 

Spekulasi “Greek Exit” Menopang Harga Emas

Spekulasi “Greek Exit” Menopang Harga Emas  Harga emas ditutup melemah tipis pada hari Selasa meskipun sempat menyentuh level tertinggi 11-minggu di tengah spekulasi bahwa Yunani akan meninggalkan Euro, yang mendorong daya tarik logam mulia sebagai safe haven. Hasil polling terbaru menunjukkan dukungan suara untuk PM Antonis Samarasmasih belum mampu mendekati rival utamanya dari partaiSyriza, menambah kekhawatiran bahwa perubahan kepemimpinan politik akan memacu Yunani keluar dari blok Euro.
"Masih ada beberapa kekhawatiran nyata tentang Yunani, dan itu mendatangkan dorongan bagi Emas untuk bergerak naik," kata Phil Streible, analis pasar senior pada RJO Futures di Chicago. "Pelaku pasar berpandangan bahwa zona Euro mungkin akan berada dalam kesulitan sepanjang beberapa minggu mendatang, dengan Yunani menjadi puncaknya."