Setelah lama menentang wacana penambahan dana talangan
eurozone, Kanselir Angela Merkel mulai melunak.
Berbicara pada konferensi pers di Berlin kemarin (27/03), Angela Merkel mengatakan bahwa Mekanisme Stabilitas Eropa (ESM), yang akan beroperasi Juli nanti, dapat aktif bersamaan dengan Fasilitas Stabilitas Keuangan Eropa (EFSF) untuk beberapa tahun ke depan. Menurut Kanselir Jerman, dana ESM senilai 500 miliar euro ($664 miliar) bisa lebih efektif jika dijalankan bersama dengan sisa kas di EFSF senilai 200 miliar euro. Dengan demikian, jumlah pundi-pundi bantuan yang bisa digunakan untuk memulihkan sistem finansial kawasan mencapai 700 miliar euro.
"EFSF akan kadaluwarsa pertengahan tahun depan sesuai rencana," ujar Merkel. Namun dengan tambahan dana 200 miliar euro itu, sang kanselir optimis efektifitas ESM akan lebih solid dalam program pemulihan negara bermasalah. "Kami harus berurusan dengan krisis untuk waktu lama, ESM harus memiliki 500 miliar dalam kas secara permanen," tambahnya.
Perubahan sikap kepala pemerintahan Jerman diduga akibat tekanan dari beberapa lembaga internasional dan negara euro zone, yang menghendaki tambahan daya tembak ESM. Apalagi bunga obligasi negara Spanyol dan Portugal terus merangkan naik, dan memicu kecemasan akan munculnya negara 'Yunani Baru'. Sementara kondisi fiskal Irlandia juga belum membaik meski Dunlin sudah menikmati kucuran dana bail out. Perdana Menteri Italia bahkan sudah berani komentar soal kondisi keuangan negara lainnya. "Spanyol dalam kondisi mengkhawatirkan," ujar Mario Monti. Ia melihat pemerintah cukup berhasil menggerus tingkat pengangguran, namun Madrid justru mengabaikan kinerja keuangannya sendiri.
Meski demikian, harus diakui bahwa kecemasan sola krisis Eropa mulai memudar beberapa pekan belakangan. Terutama setelah bank sentral ECB memutar pinjaman lunak senilai 1 triliun euro pada bulan Juli silam dan Yunani mendapat suntikan bail out tahap 2.
Kembali ke Jerman, Angela Merkel tampaknya sangat paranoid jika susunan negara anggota euro sampai terpecah. Ia berulangkali mengatakan bahwa jika Yunani keluar dari komunitas euro, maka seluruh Eropa berada dalam bahaya. Tekanan dari kesatuan euro bukan terletak pada soliditas sistem keuangan, namun lebih kepada kepentingan politik. Singkat kata, mau ditaruh di mana muka Jerman jika euro sampai lebur? Dan Merkel perlahan mengakuinya. ""Segala keputusan tidak berlandaskan pada kepentingan moneter lagi, tetapi sudah bersifat politis," urainya kemarin. Sikap Merkel akhir-akhir ini sedikit memperlihatkan kecemasan akan adanya krisis baru. Meski sentimen relatif membaik sejak awal tahun, Berlin ingin memastikan segala krisis tuntas tanpa memecah kesatuan euro. Entah pertimbangan apa lagi yang ada di benak sang kanselir, karena sesungguhnya komitmen soal amunisi dana pencegahan krisis bisa keluar beberapa bulan sebelumnya.