Selasa, 30 Oktober 2012

Apakah Emas Masih Layak Dijadikan Hedging Terhadap Jurang Fiskal AS?

Selama beribu ribu tahun Logam mulia atau emas telah menggerakkan hasrat manussia untuk memiliki dan menyimpannya, Diyakini bahwa warna emas berkorelasi positif dengan kesehatan dan kekayaan. Masih ingatkah anda saat pertama kali Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) yang berdiri dikawasan niaga jl. Thamrin meluncurkan produk komoditi emas di tahun 2002 ? Pada waktu perdagangan di hari pertama itu transaksi komoditi emas mencetak volume 320 lot, dengan harga pembukaan Rp 93.800 per gram dan penutupan Rp 94.550 per gram. Dibandingkan dengan komoditi CPO, olein dan kopi robusta yang diperdagangkan sejak BBJ beroperasi, 15 Desember 2000, perkembangan harga yang dicetak emas, memang luar biasa. Bayangkan saja, setelah lebih dari 8 tahun harga emas sekarang dengan kadar 24 karat kini mencapai Rp 536,000 per gram (troy ounce = 31,1035 gram). Dipasar internasional, emas merupakan komoditi klasik yang memiliki nilai historis besar. Dalam perekonomian dunia, komoditi ini telah menjelma menjadi kekuatan investasi setelah dolar AS. 

Perdagangan emas sangat berhubungan erat dengan korelasi inverse dollar, dimana pelemahan dollar menjadi pendorong tekanan untuk membeli, Selain itu Emas seringkali dilihat oleh para investor sebagai instrumen yang handal untuk hedging terhadap bahaya inflasi. Ketakutan imbas dari inflasi terkait kebijakan moneter yang sangat rendah di berbagai belahan dunia turut memicu kenaikan harga emas dari level $1660 di akhir Agustus lalu ke $1780 di awal Oktober.

Reli Emas di akhir Agustus tersebut terpicu oleh pidato Bernanke pada rapat Jackson Hole memberikan sinyalemen QE ronde ketiga. Serupa dengan QE1 dan QE2 yang memiliki efek positif pad Emas, dengan nilai nominal Emas meroket sekitar 40% paska QE1 dan 12% setelah QE2. Bila diperhatikan kenaikan Emas paska QE2 lebih kecil, disebabkan oleh jumlah maupun durasi pelaksanaan stimulus QE2 lebih rendah dibanding QE1.

Bagaimanapun Emas tidak selamanya menjadi barang yang efektif untuk melindungi nilai terhadap inflasi. Dari awal tahun 1980 hingga saat ini, harga nominal Emas sebenarnya pernah jatuh ketika rate inflasi AS masih positif. Tercatat dari tahun 1980 hingga tahun 2001 harga Emas jatuh dari $850 ke bawah $350, meskipun rate inflasi memrangkak ke teritori positif.Fakta ini membuktikan bahwa ada periode tertentu  dimana peran Emas sebagai alat hedging lebih cemerlang terhadap krisis atau kolapsnya pasar keuangan.

Saat ini Emas kemungkinan masih akan diminati oleh kebanyakan investor, dengan latar belakang QE3 yang dapat memacu ekspektasi inflasi, namun perlu diwaspadai juga bahwa fundamental Emas fisik sebenarnya masih cukup lemah. Tapi net efek keseluruhan Emas masih cenderung bullish mengingat adanya resiko jurang fiskal di jangka pendek yang dapat membawa perekonomian kembali ke fase resesi atau bahkan bahaya stagflasi, yaitu kondisi pertumbuhan ekonomi lemah namun disertai dengan kenaikan inflasi.

Nah, kecenderungan-kecenderungan itu, membuat pasar perdagangan berjangka emas di mancanegara menjadi menarik. Jika dibandingkan kita menyimpan emas dalam bentuk fisik yang akan memakan biaya ruang penyimpanan emas, belum lagi resikonya kalau dicuri oleh orang lain. Hal itu , bisa dipastikan akan merangsang para pelaku ditanah air untuk ikut bermain , memanfaatkan peluang yang terbentang dibursa berjangka. Keberadaan perdagangan berjangka emas, dapat dimanfaatkan oleh semua pihak – baik secara langsung maupun tidak langsung – yang aktivitas usahanya terkait dengan masalah currency risk exposure. Kendati tidak sepenuhnya sama, namun pola resiko yang tercermin dalam perilaku volatilitas harga emas terlihat paralel dengan perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Sehingga pada giliran, perdagangan kontrak berjangka emas dapat dijadikan sebagai kendaraan hedging, bagi pihak yang berminat mengalihkan currency risk yang dimilikinya.

Faktor-faktor inilah yang menyebabkan arus investasi pada Emas masih relative tinggi meskipun harga nominal Emas saat ini cukup tinggi, namun jika diperhatikan harga Emas yang disesuaikan dengan inflasi masih 12% dibawah titik terendah tahun 1980 ketika inflasi sentuh 15% YoY. Emas juga tergolong masih murah jika dinormalisasikan dengan angka GDP China per kapita.

Melihat kedepan, prospek harga Emas masih cukup berpeluang untuk naik lebih lanjut ke kisaran $1860 per troy ons di tahun 2013, dengan alasan utama kondisi AS yang terpaksa harus mencukupi sendiri kebutuhannya, sehingga The Fed meningkatkan money supply nya dengan cara tukar guling dengan aset-aset bermasalah dari US lenders (QE3). Meskipun cara ini bagus untuk pasar saham tapi solusi ini akan memancing inflasi berlebihan di dunia dan tidak hanya di AS. Selanjutnya tinggal kita tunggu action dari para pemangku kebijakan Eropa untuk dapat melaksanakan program stimulus OMT nya dengan mulus, dan juga teknikal rebound ekonomi China setelah melalui masa transisi kepemimpinan baru.

Isu Kunci Pasar Emas

  • Bailout Eropa dan Prosesnya yang panjang; QE3: Beberapa hal sudah berbeda pada bulan ini. Fleksibilitas program pembelian aset yang terbuka (QE3) dan intervensi verbal yang lebih tegas seharusnya dapat mengurangi namun tidak benar-benar menghilangkan reaksi panik jual market pada setiap data fundamental. Program OMT ECB pada fase ini telah mengurangi resiko substansial perpecahan zona Euro sehingga bisa menunda skenario keluarnya Yunani meski masih ada peluang pemilu ulang yang cukup dini di negara itu. Posisi fiskal Spanyol masih tetap genting, dan kerangka kerja OMT belum teruji dalam praktiknya. Maka dengan sebagian besar berita positif sudah terdiskon, justru reaksi pasar terhadap data ekonomi atau berita negatif lain yang benar-benar baru justru bisa lebih tajam pengaruhnya dan lebih dramatis.
  • Pertumbuhan AS & Negara Maju Yang Lemah: Problem ini justru merupakan isu yang paling mencemaskan, dan kami melihat program QE3 The Fed ataupun OMT dari ECB dapat menghapus skenario ini. Isu fiskal yakni tambahan penghematan anggaran di zona Euro serta bahaya jurang fiskal di AS memiliki potensi yang jauh lebih besar untuk memberikan malapetaka di pasar keuangan & menyebabkan arus hedging pada safe haven Emas berpeluang meningkat akibat depresiasi mata uang yang disebabkan oleh kejatuhan pertumbuhaan riil di bawah potensi rata-rata nya untuk jangka waktu yang lebih lama. Pada saat bersamaan, ekspansi neraca bank sentral dan perbedaan laju pertumbuhan di tiap negara maju akan menjadi pondasi kuat untuk perdagangan berdasarkan value relative.
  • Hard vs Soft Landing China: Hard landing merupakan kiasan perlambatan ekonomi yang tajam dibanding soft landing di China. Perlambatan pertumbuhan China pada 2013 akan berimbas pada komoditas dan aset- aset yang berkaitan dengan komoditas, di mana terdapat gejala yang kronis dalam beberapa bulan terakhir. Sebuah sudut pandang baru yang memiliki potensi untuk mempengaruhi hedging ke Emas adalah konflik politik China-Jepang. Ini bisa menjadi lebih rumit lagi menyusul perubahan rezim kepemimpinan China pada bulan November serta pemilu umum di Jepang dalam enam bulan ke depan.

Fed Akan Tetap Menjaga Kebijakan Moneter Longgar

Membaiknya indikator ekonomi AS dalam sebulan terakhir tentunya membuat sebagian investor meragukan seberapa lama Federal Reserve akan menjalankan kebijakan Quantitative Easing III. Walaupun Fed meluncurkan QE III yang tidak memiliki batas waktu namun program tersebut tidak dapat berlangsung selamanya. Bagaimanapun juga akan muncul suatu masa dimana bank sentral harus menarik stimulus moneternya.

Minutes pertemuan Fed di bulan September lalu menunjukan bank sentral akan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai kebijakan moneter longgar yang telah dijalankan sejak 2008. Bagaimanapun juga beberapa petinggi Fed cukup skeptis akan efek dari kebijakan QE III yang tidak terbatas dan sebagian petinggi Fed juga melihat kebijakan tersebut akan mempersulit penarikan stimulus jika waktunya telah tiba. Mayoritas petinggi Fed bahkan melihat perlunya batas nominal tingkat pengangguran dan inflasi sebagai patokan seberapa lama bank sentral akan menjaga suku bunga dekat level rendah nol persen.

Tiga indikator ekonomi utama AS isyaratkan berlanjutnya momentum pertumbuhan ekonomi AS dan ini tentunya membuat investor bertanya seberapa lama Fed dapat menjaga kebijakan moneter longgarnya. Tingkat pengangguran turun dari 8,1% ke 7,8% untuk bulan September; walaupun masih tinggi tapi ini perkembangan yang terbaik dalam tiga tahun terakhir. Indeks harga konsumen (CPI) tahunan meningkat 2% di bulan September; sesuai dengan target inflasi Fed 2%. GDP AS, yang akan dirilis Jumat 26 Oktober, diperkirakan tumbuh 1,9% untuk kuartal tiga 2012; lebih tinggi dari kuartal kedua 1,3%.

Komentar dari petinggi Fed –Charles Evans, John Williams, dan Narayana Kocherlakota- dapat memberikan petunjuk berapa batas nominal tingkat pengangguran dan inflasi yang akan menjadi patokan kapan Fed akan mulai menarik stimulus. Fed’s Evans inginkan tingkat pengangguran 7% dan inflasi 3% sedangkan Fed’s Kocherlakota lebih senang jika tingkat pengangguran di level 5,5% dengan inflasi 2,25%. Di lain pihak, Fed’s Williams berikan toleransi inflasi hingga 2,5% sebelum Fed menarik stimulus moneternya.
Dengan tingkat pengangguran dan inflasi yang masih berada di dalam toleransi petinggi Fed maka bank sentral tentunya akan tetap menjaga kebijakan moneter tetap longgar. Patut diperhatikan, Fed tidak mengantisipasi adanya ancaman resesi tapi lebih mencemaskan lambatnya penurunan tingkat pengangguran. Fed mungkin masih bisa mentoleransi kenaikan inflasi di atas target bank sentral selama ancaman inflasi masih terkendali.

Hanya tersisa dua pertemuan Fed hingga penutupan tahun 2012. Pertemuan Oktober, yang akan berakhir pada Kamis dini hari 25 Oktober, mungkin hanya akan mempertegas komitmen untuk tetap menjaga kebijakan moneter longgar. Namun, cukup realistis mengharapkan adanya perubahan bahasa terhadap komitmen “suku bunga rendah hingga pertengahan 2015“. Investor mungkin akan disuguhkan batas nominal tingkat pengangguran dan inflasi yang dapat menjadi patokan kapan Fed akan mulai menarik stimulus. Meski demikian, sulit mengharapkan penarikan stimulus dalam waktu dekat mengingat perekonomian AS masih harus menghadapi jurang fiskal yang dapat kembali memukul kinerja ekonomi terbesar di dunia tersebut. Ada serangkaian program pajak dan subsidi pemerintah yang akan berakhir di akhir tahun 2012 dan jumlahnya mencapai $600 miliar.  

Survei terakhir menunjukan Kongres dan Senat AS masih akan kesulitan menemukan formula yang tepat untuk mengatasi masalah fiskal terlepas siapa-pun yang akan memenangkan pemilu presiden di awal bulan November. Jurang fiskal AS tentunya dapat menjadi ancaman baru bagi keberlanjutan pemulihan AS dan ini tentunya bisa memaksa Fed untuk melonggarkan kebijakan moneter lebih lanjut pada pertemuan 11-12 Desember mendatang. Operation twist akan berakhir pada bulan Desember 2012 dan Fed mungkin dapat menambah program pembelian obligasi pemerintah dalam kebijakan QE III-nya pada pertemuan Desember mendatang. 

Technical Analysis,October 30th, 2012

CURRENCY
RANGE
TREND
RESISTANCE
SUPPORT
BUY
SELL
OBJ
CUT
EUR/USD
1.2820-1.3000
Up
1.3000
1.2820
1.2880

1.3000
1.2820
1.2940
1.2760
USD/JPY
78.85-80.35
Down
80.85
79.35

79.85
78.85
80.35
80.35
78.85
GBP/USD
1.5940-1.6120
Up
1.6120
1.5940
1.6000

1.6120
1.5940
1.6060
1.5880
USD/CHF
0.9260-0.9440
Down
0.9500
0.9320

0.9380
0.9260
0.9440
0.9440
0.9260
AUD/USD
1.0250-1.0430
Up
1.0430
1.0250
1.0310

1.0430
1.0250
1.0370
1.0190
NIKKEI
8840-9020
Up
9020
8840
8900

9020
8840
8960
8780
HANGSENG
21390-21570
Up
21570
21390
21450

21570
21390
21510
21330
KOSPI
246.90-248.70
Up
248.70
246.90
247.50

248.70
246.90
248.10
246.30
GOLD
1705.50-1729.50
Down
1737.50
1713.50

1721.50
1705.50
1729.50
1729.50
1705.50

Kecemasan Global Masih Menekan Emas

Kecemasan Global Masih Menekan Emas Emas diperdagangkan di dekat level $1,710 per ons pada hari Senin seiring kecemasan mengenai outlook pertumbuhan global mendorong permintaan emas sebagai alat lindung nilai, namun penurunan pada bursasaham turut menekan harga. Emas yang kokoh di atas level $1,700 per ons, level yang telah berulang kali diuji emas pekan lalu, telah berhasil menenangkan pembali yang mencemaskan koreksi yang lebih dalam setelah turun menuju lebih dari level rendah 6 pekan pada $1,698.39 tanggal 24 Oktober lalu, menurut analis.
 
"Menurutku emas tidak akan menembus jauh dari $1,700 atau $1,715," ucap Simon Weeks, kepala perdagangan emas apda Bank of Nova Scotia. "Cukup banyak aksi beli fisik ketika harga turun." Analis dan trader juga memperkirakan bahwa emas akan diperdagangkan dalam range sempit mengugat ketidakpastian menjelang data non-farm payrolls AS di akhir pekan nanti. Meski masih terdukung, emas mencoba untuk naik pada hari Senin setelah bursa saham dan harga komoditas tertekan, dengan sejumlah laporan earnings perusahaan yang buruk belakangan ini serta investor yang bersiap atas dampak badai Sandy.