Selasa, 30 Agustus 2011

Analis Moody’s Perkirakan Pasar Tenaga Kerja AS Masih Lemah


Analis Moody’s Perkirakan Pasar Tenaga Kerja AS Masih LemahChiefEkonom Moody’s Mark Zandi mengatakan ekonomi AS dan Eropa sangat dekat dengan resesi oleh karena itu the fed seharusnya menginisiasi ronde ketiga dari quantitative easing. Tampak senada, IMF juga memangkas proyeksipertumbuhan gdp as tahun ini menjadi 1.6% dari sebelumnya 2.5%, sementara proyeksi di Eropa juga dipangkas oleh IMF menjadi 1.9% dari sebelumnya 2%.
Mengenai imbas ekonomi regional akibat Badai Irene, Mark Zandi perkirakan tidak terlalu signifikan, meskipun banyak bisnis tutup akibat badai tersebut dan kerusakan pada beberapa perumahan namun diperkirakan dapat pulih dengan cepat di bulan Septmber, sehingga pada Oktober dan November ekonomi sudah tidak terkena dampaknya.
Adapun perkiraan analis Moody’s untuk data non farm payroll hari Jumat nanti pada kisaran 25,000 hingga 50,000 pertambahan payroll, masih angka yang positif tapi sangat lemah dan mencerminkan ketidakpastian yang tinggi, apalagi keyakinan para investor sudah rapuh akibat downgrade rating kredit, sehingga menurutnya kongress AS perlu menyediakan dukungan tambahan bagi ekonomi seperti ekspansi pajak penghasilan hingga 2012. 

Emas Terkerek Naik Setelah Anjlok 2 Persen


Emas Terkerek Naik Setelah Anjlok 2 Persen Emasberhasil rebound di hari Selasa seiring dengan aksi bargain hunting setelah harga anjlok lebih dari 2 persen kemarin, namun meredanya kekhawatiran resesi di AS masih batasi penguatan.
Emas berjangka juga biasanya tertekan jika terdapat sentimen positif pada pasar saham sehingga permintaan atas logam mulia menjadi berkurang. Terpantau sejauh ini kontrak Emas berjangka menguat 0.28% ke level $1793.05 dengan titik tertinggi hari nii di $1800.91.
Koreksi Emas terakhir juga telah memicu pembelian emas fisik dari India dan China, melihat kedepan harga Emas masih berpotensi volatile, sembaru menunggu serangkaian data ekonomi pekan ini diantara lain laporan ISM dan nonfarm payrolls hari Jumat.
Berdasarkan studi teknikal, bias intraday masih bullish setelah harga rebound dari area $1705 setidaknya mengincar area $1800 - $1812, tembus diatas area tersebut dapat memicu momentum bullish lebih lanjut menguji area resisten kunci $1843.
Di sisi bawahnya, level support terdekat terletak di $1781 - $1766 - $1750.

GOLD: Terlihat Sideways, Incar 1807.70

 Pergerakan emas saat ini terlihat dalam keadaan sideways. Secara teknikal indikator stochastic berpotensi berada dalam kondisi bullish dimana ada peluang emas akan menguat. Pecahnya resistan 1807.70 berpotensi akan membawa emas menguat dan bergerak menuju resistan 1832.33. Sebaliknya jika support 1783.07 ditembus maka emas cenderung akan melemah dan bergerak ke bawah menuju support 1752.60.


GOLD: Terlihat Sideways, Incar 1807.70

Penjualan Emas di India Akan Naik 25% Selama Festival


Penjualan Emas di India Akan Naik 25% Selama FestivalPermintaanemas di India, pemakai emas terbesar dunia, akan meningkat 255 selama berlangsungnya musim festival tahun ini seiring dengan ekspektasi pembeli bahwa harga emas akan reli karena investasi safe haven, menurut Rajesh Exports Ltd.
Pembelian perhiasan emas, koin, batangan dan medali akan naik menjadi 250 metric ton dalam tiga bulan mendatang hingga 30 November, dibandingkan dengan estimasi 200 ton dalam periode yang sama tahun lalu, ungkap Rajesh Mehta, pimpinan Rajesh Exports, produsen perhiasan emas terbesar India.
Naiknya permintaan di India akan menambah kenaikan harga emas tahun ini. Harga emas sudah reli sebanyak 26% tahun ini dan merupakan performa harga bahan baku terbaik kedua dari 19 bahan baku yang dihimpun oleh Thomson Reuters/Jefferies CRB Index.
Pembelian emas dianggap sebagai keberuntungan selama festival keagamaan di India. Festival tahun ini akan dimulai dengan Ied bulan ini dan berakhir di Oktober dengan Diwali, yang diikuti dengan musim nikah tradisional.

Menanti Aksi Nyata Bernanke


Menanti Aksi Nyata BernankeBen S.bernanke sudah membagi pandangannya tentang kinerja ekonomi Amerika Serikat (AS) pada Jumat lalu. Event Jackson Hole memang tidak melahirkan langkah serius berupa stimulus baru, Quantitative Easing (QE3) atau apapun nama dari strategi moneter sejenis. Namun sejauh ini, pidato Bernanke bisa dilihat sebagai win-win solution. Pasar melihat bank sentral akan segera meluncurkan gagasan segar pada pertemuan berikutnya. Berikut ini adalah  tanggapan beberapa analis, ekonom dan pengamat pasar terhadap apa yang sudah diutarakan oleh sang gubernur the Fed:

1. Komal Sri-Kumar, Chief Global Strategist TCW

"Efek dari pidato Bernanke belum tuntas."

Pasar saham langsung rally sesaat setelah event tahunan Jackson Hole. Investor berharap the Fed akan merilis stimulus ekonomi baru dalam 45 hari ke depan. September mendatang, pertemuan dua hari akan diadakan guna membahas perkembangan moneter terbaru.

2. Angel Gurria, Head of Organization for Economic Co-operation and Development

"Pemerintah AS dan Eropa sedang berada dalam masa tidak menyenangkan."

Otoritas moneter harus melakukan langkah lebih riil guna menumbuhkan optimisme. Apalagi dampak dari isu defisit dan plafon hutang masih sangat terasa. Lebih lanjut, kesinambungan fiskal masih menjadi pekerjaan rumah bagi bank sentral dan Treasury Department.

3. Glenn Hubbard, Dekan Columbia Business School

"The Fed membutuhkan pemerintah untuk membantu penentuan kebijakan baru."

Pidato Bernanke secara tidak langsung memberi peringatan bagi seluruh jajaran pemerintah supaya tidak bergantung pada bank sentral. Departemen Keuangan harus menyelesaikan urusannya sendiri. Bahkan secara tidak langsung Bernanke mengatakan bahwa "pemerintah harus ikut bekerja untuk mewujudkan penguatan fiskal jangka panjang dan (mungkin) stimulus baru".

4. Jeff Greenberg, Ekonom Nomura Securities, New York

"Jika data tenaga kerja lemah, maka pertemuan (the Fed) September nanti sangat krusial."

Jumat ini, indikator tenaga kerja Amerika dirilis pemerintah. Kenaikan jumlah pengangguran sama artinya dengan alarm bagi the Fed untuk menempuh alternatif baru. Ekonom memperkirakan pertumbuhan tenaga kerja bulan Agustus lebih rendah dibanding bulan terdahulu, sebuah sinyal bahaya untuk pemerintah.

5. Paul Dales, Ekonom Capital Economics

"Tanpa disadari, resiko jangka panjang membayangi Amerika, termasuk ancaman deflasi."

Jepang adalah contoh nyata bagaimana sebuah negara bisa terjebak deflasi setelah mengalami gelembung di sektor perumahan. Sejak saat itu, Jepang tidak pernah pulih seperti sedia kala. Pada sebuah laporan tahun 1999, Bernanke sempat memaparkan pandangannya soal apa yang terjadi di Jepang. Ia menilai bencana ekonomi di negara tersebut adalah buah dari kesalahan pembuat kebijakan. Bila tidak ingin hal serupa menerpa AS, maka bank sentral tidak boleh lalai dalam merancang kebijakan barunya.