Harga minyak mentah berjangka melambung paska data ekonomi yang membaik khususnya dari China. Meski demikian, Eropa masih dapat menekan fundamental bullish minyak.
Secara teknikal, Minyak mentah telah meroket setelah menembus diatas downtrend trendline yang dimulai sejak bulan Mei.
Terpantau sejauh ini harga minyak untuk kontrak bulan Desember, terpantau menguat 3.51% ke level $94.44 per barrel.
Katalis positif yang menopang diantara lain:
- Laporan PMI China pada 51.1 selama bulan Oktober dibanding sebelumnya di level 49.9. Laporan ini juga mengindikasikan ekspansi ekonomi negara tersebut, dan merupakan kenaikan pertama sejak bulan Maret sehingga menopang sentimen investor secara keseluruhan.
- Impor tembaga China yang menyentuh titik tertinggi 16-bulan selama periode September, para investor sering menggunakan indikator impor tembaga ini untuk melihat kekuatan ekonomi China.
- Di AS, laporan pendapatan korporat yang solid mengindikasikan pemulihan ekonomi, dari 142 perusahaan komponen S&P terpantau 68% diantaranya berhasil melampaui ekspektasi.
Sementara dari sisi supply-demand:
- Barclays melaporkan bahwa stok cadangan minyak mentah AS telah anjlok sekitar 1 juta barrel per hari dan level inventaris saat ini masih dibawah rata-rata selama 5 tahun terakhir. Penurunan ini juga merupakan pertama kalinya dalam 3 tahun terakhir dimana inventaris jatuh dibawah rata-rata 5 tahunnya.
- Produksi Libya yang belum pulih secara penuh, dan sejauh ini hanya diproduksi untuk kebutuhan konsumsi domestik.
Secara teknikal, level 90 sebagai resisten penting telah tembus kini menjadi support diikuti dengan $86 sebagai support selanjutnya.
Di sisi atasnya, resisten terdekat ada di area $96 dan $100, resisten kuat dapat diperkirakan ada di area $103.