Jumat, 25 Februari 2011

Oil Companies Berharap Pada Qaddafi

Ketegangan politik Libya mulai memicu ketakutan di wajah pelaku sektor energi. Tak bisa dipungkiri, Libya adalah lumbung minyak utama bagi beberapa perusahaan tambang dunia. Kejatuhan rejim Qaddafi sama dengan kerugian bagi raksasa korporasi seperti BP maupun ExxonMobil.

Situasi Libya saat ini membuat masa depan pasar energi mengambang. Beberapa oil company sudah mengevakuasi personil dan menutup pabriknya. Perusahaan asal Italia, Eni, semalam menyegel lahan pengeboran yang menyuplai 10% minyak negara. Meski demikian, belum ada indikasi berkurangnya stok Italia karena pemerintah sudah menyiapkan cadangan serta bahan bakar alternatif. Eni bahkan melaporkan bahwa salah satu kilangnya sudah diserang pihak yang tidak bertanggung jawab. CEO Eni, Paolo Scaroni mungkin jadi orang yang paling dicemaskan oleh kondisi terkini di Libya, mengingat sebanyak 13% (244 ribu barel per hari) total produksi Eni berasal dari negerinya Qaddafi.

Libya rutin mengekspor 1,6 juta barel minyak per hari atau nyaris 2% jumlah konsumsi global. Namun OPEC diyakini bisa menutup volume pasokan dari negara tersebut, seandainya kemungkinan terburuk muncul. Apalagi Arab Saudi masih giat menyuplai 4 juta barel minyak per hari.

BP memiliki kontrak produksi minyak dan gas dengan Libya senilai $900 juta per tahun, atau total mencapai $20 miliar untuk dua dekade ke depan. Shell bahkan sedang menjajaki impor gas cair dengan negara ini guna memenuhi kebutuhan di Inggris. Kontrak multi-miliar dollar juga diteken oleh ExxonMobil pada 2008 lalu. XOM sepakat menginvestasikan $97 juta pada kilang minyak di laut Libya. Exxon juga bersedia membayar bonus proyek ke pemerintah sebesar $72 juta serta dana beasiswa warga senilai $25 juta. Perusahaan dengan kapitalisasi nilai terbesar dunia ini juga sedang mempelajari kemungkinan kerjasama jangka panjang.

Sayangnya, lembaran kontrak tersebut rawan menjadi serpihan tak berguna, terutama jika Qaddafi benar-benar meninggalkan tanah airnya. Rejim manapun yang mengisi tampuk kekuasaan pasti akan melakukan re-negosiasi kontrak, atau bahkan menasionalisasi semua aset energi seperti yang dilakukan Meksiko pada era 1930-an. Rumor yang beredar menyebut Qaddafi akan memberangus semua aset minyak dan gas supaya suksesornya tidak bisa menikmati kekayaan alam Libya. Apabila ketakutan terburuk ini menjadi nyata, maka pertanda kebangkrutan bagi raksasa-raksasa energi dunia.  

Hangseng Today

Secara teknikal bias indeks Hang Seng (HSIc1) masih terlihat bearish menuju 22470 untuk jangka pendek, break ke bawah area ini dapat memicu tekanan bearish lanjutan menuju area 22300. Sementara kondisi oversold oleh stochastic pada grafik berikut dapat memicu koreksi bullish menguji 22770 atau bahkan area 22860.
 
 
 
Resistance Level : 22770, 22860, 23000
Support Level       : 22620, 22470, 22300
Trading Range       : 22860 – 22470
Trend                      : Berpotensi koreksi reversal naik