Rapuhnya kondisi Sterling terhadap pelemahan terutama terlihat setelah hasil pertemuan kelompol G-20 tidak di tanggapi positif namun cukup meredakan keresahan yang kini terus merebak.
Secara keseluruhan GBP masih akan terus tertekan, kondisi yang rawan tersebut selain karena faktor-faktor kecemasan utang Eropa namun juga oleh meningkatnya spekulasi bahwa Bank of England akan segera meluncurkan Quantitative Easing (QE) lanjutan.
Alhasil dengan masih suburnya aksi hindar resiko di pasar, fundamental yang suram, disertai kemungkinan penambahan QE dari bank sentral Inggris, jelas tidak menguntungkan bagi Sterling.
Bahkan menurut Jeremy Stretch, analis valas dari CIBC, kombinasi faktor-faktor tersebut di atas akan berpotensi menekan Sterling menuju $1.52 dalam waktu dekat.