Selasa, 06 Januari 2015

Fluktuatif di Awal 2015, Minyak Lanjutkan Pelemahan

Fluktuatif di Awal 2015, Minyak Lanjutkan PelemahanAwal perdagangan 2015 berakhir sama dengan akhir 2014 bagi minyak mentah, melanjutkan pelemahan akibat penguatan dollar dan melimpahnya pasokan global. Lonjakan persediaan minyak di Irak dan Rusia memberi sinyal belum akan terjadi penurunan persediaan di awal 2015.
HSBC pada hari Rabu melaporkan indeks aktivitas manufaktur final China turun menjadi 49,6 dari 50 di bulan November, sementara laporan dari Pemerintah China menunjukkan aktivitas manufaktur melambat menjadi 50,1 dari sebelumnya 50,3. Data tersebut memberikan kekhawatiran akan penurunan permintaan minyak dari konsumen terbesar kedua di dunia. Sementara konsumen minyak terbesar di dunia, Amerika Serikat, melaporkan indeks aktivitas manufaktur turun ke level terendah enam bulan 55,5, dari 58,7 di bulan November.
Output minyak Rusia naik 0,3% di bulan Desember mencapai rekor tertinggi pasca pecahnya Soviet, 10,667 juta barel per hari. Sementara Irak mengekspor 2,94 juta barel perhari di bulan Desember, menjadi yang tertinggi sejak tahun 80an. 
Minyak pada perdagangan Jumat ditutup pada level $52.81 per barel, dengan level tertinggi harian $55,11, dan terendah $52,03.

Minyak Mentah Alami Tahun Terburuk sejak Krisis 2008

Minyak WTI Tembus Ke Bawah $50 Per Barel2014 seakan menjadi periode buruk bagi komoditas minyak mentah. Crude oil menutup tahun di level terendahnya dalam 5 1/2 tahun terakhir pada hari Rabu kemarin (31/12).
Sejak bulan Juni lalu, harga minyak dunia konsisten tertekan hingga memecah beberapa level psikologis termurahnya. Minyak akhirnya menutup 2014 dengan penurunan tahunan terbesar ke-dua dalam sejarah perdagangan. Sebelum pasar ditutup hari Rabu kemarin, harga sempat naik dari posisi terendah harian. Data terbaru dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa jumlah persediaan memang turun dibandingkan prediksi, tetapi di saat yang sama volume stok di kilang Cushing, Oklahoma justru meningkat.
Harga minyak jatuh tajam sepanjang tahun karena Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) memilih untuk mempertahankan target produksi di tengah tren pelemahan pasar. OPEC melihat harga masih kondusif meskipun suplai minyak dunia berlimpah akibat datangnya hasil produksi shale Amerika Serikat. Padahal sampai dengan saat ini volume permintaan tidak juga meningkat karena perekonomian negara maju, semacam China, sedang lesu. 
Harga minyak Brent ditutup pada posisi $57.33 per barel atau turun 57 sen pada sesi terakhir di bulan Desember. Selama empat hari beruntun, varian Brent berakhir di bawah level psikologis $60 per barel. Sementara harga minyak mentah Amerika turun 85 sen ke $53.27, setara penurunan 45% dibandingkan penutupan akhir tahun 2013 silam atau penurunan terburuk ke-dua dalam setahun sejak krisis 2008. Sedangkan kontrak berjangka minyak mentah memulai 2015 dari level $53.82 per barel.

Pergerakan Harga Emas di Awal 2015


Harga emas masih dibayangi tekanan turun sepanjang 2014. Harga emas ditutup di kisaran $1209.39 per troy ons di 2013 dan di awal 2014 sempat menguat hingga ke area 1391.97 yang terjadi pada bulan Maret. Namun tekanan naik tidak bertahan lama, harga kembali tertekan dan bergerak sideways. Pada bulan September, harga akhirnya berhasil menembus ke bawah area penutupan 2013 dan membentuk level terendah di area 1130.10 pada bulan November. Level terendah ini adalah kisaran terendah sejak April 2010. 

Beberapa faktor fundamental yang membuat harga emas belum bisa beranjak dari tekanan turunnya yaitu penguatan dollar AS karena prospek kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS di 2015 dan pelambatan ekonomi China dimana China merupakan salah satu konsumen emas terbesar dunia.

Dan faktor-faktor fundamental tersebut masih belum akan berakhir terutama di awal tahun 2015. Pasar masih menantikan kenaikan suku bunga acuan AS yang kemungkinan akan terjadi di awal semester ke-2 2015 dan mungkin akan dilanjutkan dengan serangkaian kenaikan suku bunga lagi hingga akhir tahun. Sementara perekonomian China di 2015, banyak diprediksi oleh berbagai analis bahwa ekonomi China akan tumbuh di bawah pertumbuhan 2014 sekitar 7,0-7,1%.

Selain itu ada isu bahwa Bank Sentral Rusia kemungkinan akan menjual sebagian cadangan emasnya untuk mencegah dan membantu penguatan kembali nilai tukar Rubel terhadap dollar AS. Rencana penjualan ini memang baru sebatas isu atau rumor namun sudah bisa memberikan sentimen negatif ke harga emas.

Berdasarkan data permintaan emas yang dilaporkan oleh World Gold Council, harga emas memang sudah sewajarnya masih tertekan. Total permintaan kuartal pertama hingga kuartal ketiga 2014 di bawah total permintaan kuartal pertama hingga kuartal ketiga 2013. Permintaan Q1-Q3 2014 turun sebesar 5,63% dibandingkan permintaan Q1-Q3 2013. Total permintaan Q1-Q3 2014 sebesar 2963,5 ton sementara total permintaan Q1-Q3 2013 sebesar 3140,2 ton.




Bila kita menilik grafik harga emas bulanan, harga masih terlihat tertekan di bawah Moving Average (MA) 20. Indikasi tekanan turun juga ditunjukkan oleh indikator RSI (14) yang masih berada di bawah angka 50 atau di kisaran 40. Demikian pula indikator Stochastics dan MACD yang masih membuka peluang tekanan turun.

Namun demikian, divergensi yang terlihat pada indikator RSI terhadap harga dimana RSI terlihat terangkat naik sementara harga terlihat turun, membuka peluang harga kemungkinan akan mencapai level rendah dan kembalirebound

Harga berpeluang menguji kembali level rendah 1130. Pergerakan di bawah 1130, membuka peluang pelemahan lanjutan ke kisaran 1075-1045. Sementara penguatan kemungkinan terbatas di kisaran 1257-1290. Pergerakan di atas kisaran tersebut, membuka peluang penguatan kembali ke area 1390.