Sabtu, 02 Maret 2013

Technical Analysis, March 4th, 2013

CURRENCY
RANGE
TREND
RESISTANCE
SUPPORT
BUY
SELL
OBJ
CUT
EUR/USD
1.2920-1.3130
Down
1.3200
1.2990

1.3060
1.2920
1.3130
1.3130
1.2920
USD/JPY
92.60-94.40
Up
94.40
92.60
93.20

94.40
92.60
93.80
92.00
GBP/USD
1.4930-1.5140
Down
1.5210
1.5000

1.5070
1.4930
1.5140
1.5140
1.4930
USD/CHF
0.9320-0.9530
Up
0.9530
0.9320
0.9390

0.9530
0.9320
0.9460
0.9250
AUD/USD
1.0100-1.0310
Down
1.0380
1.0170

1.0240
1.0100
1.0310
1.0310
1.0100
NIKKEI
11610-11820
Up
11820
11610
11680

11820
11610
11750
11540
HANGSENG
22660-23020
Down
23140
22780

22900
22660
23020
23020
22660
KOSPI
267.50-270.80
Down
271.90
268.60

269.70
267.50
270.80
270.80
267.50
GOLD
1562.70-1587.50
Down
1595.70
1570.95

1579.20
1562.70
1587.50
1587.50
1562.70

Dollar AS Masih Jadi Favorit

Dollar AS kembali menguat sepanjang Februari 2013 lalu. Indeks dollar per 20 Februari tercatat mengalami kenaikan sebesar 2.28% dibandingkan penutupan Januari 2013. Penguatan dollar AS ini menunjukkan bahwa aset dollar masih menjadi favorit investasi bagi para pelaku pasar.

Sumber: Thomson Reuters

Pada bulan Januari 2013, dollar mengalami pelemahan sejak kesepakatan fiscal cliff tercapai di Amerika Serikat. Pelemahan dollar AS ini mengikuti perubahan sentimen di pasar keuangan dimana para pelaku pasar mulai beralih ke instrumen-instrumen yang lebih berisko dan memberikan imbal hasil yang lebih tinggi (risky asset). Ini bisa terlihat dari kenaikan indeks-indeks saham baik di AS, Asia bahkan Eropa yang sedang krisis. Selain itu beberapa komoditi logam dan energi juga mengalami kenaikan.


Minat para pelaku pasar tersebut terhadap aset beresiko disebabkan oleh persepsi bahwa perekonomian sudah mulai menunjukkan pemulihan yang stabil, apalagi negara perekonomian terbesar dunia, AS, telah berhasil menyelesaikan masalah jurang fiskal yang membelitnya. Data-data ekonomi kawasan yang masih terlanda krisis, Eropa, sepanjang periode tersebut juga menunjukkan perbaikan terutama data aktivitas manufaktur dan sektor jasanya.

Akan tetapi memasuki pertengahan Februari, euforia risk sentiment terlihat mulai memudar. Dollar AS mulai kembali menunjukkan taringnya. Dollar AS seakan tidak kehilangan peminat. Beberapa faktor yang menyebabkan dollar AS kembali menguat.

Yang pertama adalah persepsi yang positif dari para pelaku pasar terhadap pemulihan kesehatan ekonomi AS. Data-data ekonomi AS yang dirilis antara Januari dan Februari lalu menunjukkan tanda-tanda pemulihan.  Hal ini berbeda dengan data-data ekonomi negara-negara di Eropa. Ternyata pemulihan ekonomi belum tampak di kawasan tersebut yang artinya efek dari krisis hutang itu tergambarkan pada kondisi kesehatan ekonomi yang buruk. Alhasil persepsi yang positif terhadap AS ini membuat aset-aset dollar tetap diminati para pelaku pasar.

Gambaran ini tercermin dari indeks aktivitas manufaktur dan jasa di zona euro yang masih berada di zona kontraksi di bawah angka 50. Sementara indeks aktivitas manufaktur dan jasa AS sudah berada di area ekspansi di atas angka 50 selama 2 bulan beruntun. Selain itu, persepsi negatif zona euro diperburuk oleh angka GDP yang tercatat berada di zona negatif selama 3 bulan beruntun yang artinya sudah mengalami masa resesi. Sementara meski GDP AS kuartal ke-4 masuk ke zona negatif, namun masih bisa beralasan masalah jurang fiskal, yang kini sudah selesai, menjadi penyebabnya.

Faktor kedua adalah prospek kebijakan stimulus dari bank sentral AS. Dari notulen atau minutes rapat kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (Fed) pada tanggal 29-30 Januari 2013 menunjukkan bahwa ada perdebatan mengenai efektifitas stimulus yang digelontorkan saat ini dalam membantu pemulihan ekonomi AS. Evaluasi program stimulus akan dilakukan dan hasil evaluasi ini bisa bermuara pada dihentikannya program stimulus tanpa menunggu perkembangan bagus dari situasi tenaga kerja di AS. Hal ini bertentangan dengan pernyataan Gubernur Fed, Ben Bernanke, sebelumnya pada rapat kebijakan moneter Januari bahwa Fed akan tetap mempertahankan program stimulus pembelian obligasi sampai target tingkat pengangguran 6,5% tercapai.

Stimulus dapat diartikan penambahan likuiditas di pasar. Bila dilakukan Fed, berarti likuiditas dollar akan bertambah di pasar. Dan sebaliknya bila stimulus ditarik, berarti likuiditas dollar akan berkurang. Dan bila likuiditas berkurang akan mengakibatkan dollar AS menguat. Persepsi yang terbentuk di kalangan pelaku pasar saat ini setelah membaca notulen Fed adalah stimulus akan segera ditarik sehingga menimbulkan reaksi penguatan dollar AS.

Yang ketiga adalah kebijakan stimulus masih gencar dilakukan oleh bank-bank sentral negara dengan perekonomian besar di dunia seperti Bank Sentral Jepang, Eropa, Inggris dan Australia. Dengan kontraksi ekonomi yang terjadi di negara-negara besar ekonomi, bank-bank sentral masih dan bahkan menambah program stimulus untuk membantu memulihkan perekonomian.

Contohnya, Bank Sentral Jepang yang mengubah kebijakan menjadi lebih agresif dalam pemberian stimulus untuk mengeluarkan Jepang dari masa deflasi. Apalagi program ini sejalan dengan program pemerintahnya yang juga menjalankan kebijakan stimulus. Gabungan stimulus fiskal dan moneter ini membantu melemahkan yen terhadap dollar AS dan mata uang lainnya. Data ekonomi Eropa dan Inggris yang masih buruk akibat krisis hutang membuat bank sentral masing-masing masih menerapkan kebijakan moneter yang longgar. Bahkan Bank Sentral Inggris diproyeksikan akan menambah program pembelian asetnya. Sementara Bank Sentral Australia memberikan isyarat tidak akan menaikan suku bunga, malah mungkin akan menurunkan suku bunga. Kuatnya nilai dollar Australia dianggap bisa melukai perekonomian Australia. Kebijakan stimulus yang gencar dijalankan bank-bank sentral di luar Fed membantu menguatkan nilai dollar AS karena mata uang lainnya terdepresiasi akibat kebijakan tersebut.

Selama ketiga faktor di atas masih bertahan, dollar AS masih akan tetap menjadi favorit. Status aset dollar AS sebagai safe haven juga menjadikan nilai dollar bertambah kuat di kala kekhawatiran melanda para pelaku pasar karena ketidakpastian yang meninggi di pasar atau terjadi krisis ekonomi global.

Obama: Pemotongan Anggaran Akan Suramkan Perekonomian

Obama: Pemotongan Anggaran Akan Suramkan PerekonomianPresiden Barack Obama mengatakan bahwa pemotongan anggaran otomatis yang diatur mulai hari ini akan membuat perekonomian “berjalan lambat” dan itu mungkin memerlukan waktu beberapa minggu untuk mendapati lebih dari cukup anggota parlemen dari kedua partai untuk mencapai kesepakatan tentang rencana pengganti pemotongan defisit. Obama, setelah bertemu dengan para pemimpin Kongres di Gedung Putih, mengatakan bahwa kesepakatan akan tercapai setelah para anggota Kongres mendengar dari para pemilih yang merasakan “cubitan” dari pemotongan kembali dalam program-program pemerintah.

Emas Merosot Atas “Kekhawatiran Pada Deflasi” Amerika Serikat

Emas Merosot Atas “Kekhawatiran Pada Deflasi” Amerika SerikatEmas berjangka anjlok, ditutup untuk penurunan mingguan keempat berturutu-turut, seiring Presiden Barack Obama mengatakan bahwa pemotongan anggaran federal akan menyebabkan efek yang luar biasa pada perekonomian AS, dan lapangan pekerjaan akan berkurang.
Obama menyerukan pada Kongres untuk hentikan “perlambatan” pada ekonomi yang disebabkan oleh pemotongan anggaran otomatis yang di mulai pada hari ini dan harus menghasilkan sebuah alternatif untuk menutup celah pada pajak dan pemotongan anggaran. Di bulan Februari, emas turun untuk bulan kelima berturut-turut, itu merupakan penurunan terpanjang dalam 16 tahun.
“Pasar merasakan kekhawatiran pada deflasi seiring anggaran pemerintah akan menurun, dan itu akan berlaku terhadap emas,” kata Frank McGhee, kepala dealer di Integrated Brokerage Services LLC di Chicago.