Beberapa negara sudah merancang strategi sebagai antisipasi bila Yunani benar-benar terdepak dari euro-zone.
Untuk pemerintah negara-negara maju,
krisis Yunani akan berdampak langsung terhadap kinerja ekonomi dalam
negeri. China bahkan sudah berasumsi bahwa perpecahan Eropa tidak bisa
dihindari sehingga Beijing mulai mempelajari strategi baru untuk
membendung efek negatifnya. Media China Daily mengutip pernyataan salah
seorang pejabat pemerintah, yang menyebut Kementerian Keuangan dan
Perdagangan tengah menerka potensi risiko dari keluarnya Yunani dari
komunitas euro. Komponen yang paling disoroti oleh pemerintah antara
lain nilai mata uang, aliran dana masuk serta kinerja sektor
perdagangan. Akan tetapi belum ada laporan terbaru terkait konklusi apa
saja yang sudah dihasilkan oleh tim analisa otoritas keuangan.
Kabar dari China itu muncul setelah
lembaga pemerinhkat kredit S&P memaparkan peluang 1:3 untuk Yunani
hijrah dari zona euro. Adapun momentum yang paling menentukan nantinya
adalah pemilihan umum 17 Juni mendatang. Peran Yunani secara langsung
tidaklah besar terhadap perekonomian China. Namun imbasnya akan sangat
besar ke Eropa, salah satu mitra dagang dan rekan investasi terbesar
raksasa Asia itu. Kepergian Yunani dapat menganggu stabilitas pasar
modal dan nilai tukar yuan serta merusak tatanan kontrak perdagangan
China di masa depan. Padahal Beijing sedang giat menggenjot kembali
perekonomian supaya tidak mengalami hard landing.
Jika demikian adanya, maka status China
sebagai negara yang kebal guncangan finansial luntur sudah. Bank-bank
Eropa yang sudah mengoleksi obligasi Yunani akan sangat terpukul oleh
disintegrasi euro. Mereka akan mengurangi akses permodalan dan kredit
yang mengarah ke negara-negara berkembang, termasuk China. Eksposur
perbankan China ke aset-aset berbasis Eropa memang tidak besar namun
likuiditas yang tadinya diparkir di negara itu bisa terbang
sewaktu-waktu. Pasar aset berisiko bisa sangat sepi karena selama ini
roda pasar modal selalu dimotori pemodal dari negara barat. Jika mereka
pesimis untuk menempatkan dana di bursa saham dan sektor riil, maka
kekuatan ekonomi China pasti tergerus.
Di saat bersamaan, pemerintah Beijing
masih dicemaskan oleh beberapa isu dalam negeri. Di antaranya adalah
ekspektasi peluncuran stimulus baru, booming pasar properti serta risiko
di pasar kredit. Otoritas juga tengah mencurigai aksi spekulasi di
pasar properti dan saham, yang dilakukan oleh perusahaan baja nasional.
Regulator menyelidiki bagaimana perusahaan manufaktur bisa meminjam
begitu banyak dana ke bank untuk ditanamkan pada aset-aset di luar inti
bisnisnya.