Laporan penjualan ritel naik sebanyak 1,1% pada bulan September lalu. Dow Jones Industrial Average naik 134 poin ke 11,526. Sementara futures S&P500 juga melonjak 15,80 poin ke 1,213.70. Nasdaq berhasil meraup gain 27 poin untuk bertengger di 2,353.
Jumat, 14 Oktober 2011
Retail Sales Perkuat Kinerja Wall Street
Channel Bullish Menjaga Momentum GBPUSD
Bias intraday masih bullish sejak terpicu momentum bullish akibat false breakdown dibawah 1.5330. Bagaimanapun masih dibutuhkan penembusan konsisten diatas area 1.5865 untuk melanjutkan skenario bullish mengincar area 1.5925 di jangka pendek.
Support terdekat ada di area 1.5795, anjlok secara konsisten dibawah area tersebut membuka peluang koreksi kebawah menguji area 1.5685 namun hanya pelemahan dibawah area 1.5645 baru bisa mengancam skenario bullish intraday saat ini.
Akankah EURUSD Lanjutkan Penguatan ke 1.3935?
Bias intraday masih netral di jangka pendek namun bila kita mengacu pada grafik H1, harga telah tembus diatas resisten penting 1.3830 mengindikasikan bias intraday teknikal secara keseluruhan masih kuat keatas terutama jika harga mampu tembus secara konsisten diatas area 1.3890 untuk menguji area 1.3935.
Di sisi bawahnya, anjlok secara konsisten dibawah area 1.3685 seharusnya dapat memicu koreksi kebawah mengincar area strong support 1.3490 - 1.3565.
Kanselir Merkel Tidak Tunjukkan Sikap Konsisten
Merkel menyatakan tidak akan ada perubahan kebijakan dramatis dari forum G20. "Tidak akan ada kejutan," ujar Merkel pada sebuah pidato di konferensi trade union, Karlsruhe. Statement Merkel sangat berbeda dengan keyakinan yang Ia utarakan bulan ini bersama Nicolas Sarkozy. Pada sebuah kesempatan, Prancis dan Jerman menyebut bahwa kedua negara sedang mempersiapkan rencana besar guna menyelesaikan krisis Eropa. Resolusi itu akan dirilis pada forum G20 bulan November mendatang, sesuai janji kedua kepala negara.
Berbicara di depan anggota kaum buruh IG Metall di bagian selatan Karlsruhe, Merkel mengatakan bahwa Jerman hanya akan mengambil langkah besar, hanya bila lebih banyak manfaat dibanding kerugiannya. Sang kanselir sekali lagi menyalahkan kebijakan negara-negara bermasalah Eropa, yang lebih banyak berhutang tanpa mampu menggenjot daya saing. Situasi tersebut berlangsung bertahun-tahun dan seluruh anggota euro harus terkena dampaknya saat ini. Untuk mengatasi masalah tersebut, Jerman tidak bisa menemukan solusi hanya dalam satu malam.
Di akhir pidatonya, Merkel meminta pemimpin Eropa untuk menentukan sikap terhadap sektor perbankan. Opsi untuk membiarkan bank bangkrut hanya bisa diambil tanpa efek yang dapat merusak sistem keuangan kawasan.
Spanyol: Downgrade karena Situasi Eropa Semata
Rating Spanyol dipangkas dari AA menjadi AA+ oleh S&P, menyusul hal serupa yang dilakukan oleh Fitch pekan lalu. S&P memonitor reformasi struktural dan konstitusional di negara tersebut yang bertujuan untuk memangkas defisit anggaran. Namun Spanyol melihat S&P tidak objektif karena tidak memperhitungkan perubahan yang dilakukan pemerintah guna memperluas lapangan kerja. Menurut Menteri Ekonomi Elena Salgado, meski nantinya Spanyol harus melakukan rekapitalisasi memakai uang rakyat, rasio hutang negara tetap tergolong rendah. Salgado tidak melihat negerinya gagal menjaga kesehatan fiskal, namun situasi Eropa terkini membuat negara tersebut sulit berbuat lebih banyak.
Pendapat Salgado diperkuat oleh opini juru bicara Komisaris Ekonomi Eropa, Amadeu Alfataj. "Spanyol telah melakukan langkah penting dalam neraca keuangannya demi memenuhi persyaratan otoritas," ujar Alfataj. Sepanjang 2010, Spanyol dipandang mampu menjaga target defisit yang disepakati. Alfataj menganggap memang benar jika ada risiko keuangan dalam negeri, tetapi pemerintah berhasil menutupinya dengan baik.
Perdana Menteri Jose Luis Zapatero tengah berupaya memangkas defisit budget menjadi 6% tahun ini. Pasalnya pada 2010 silam, defisit tercatat mencapai 9,2%. Sikap S&P hari ini kian memperkuat anggapan bahwa Spanyol rawan menyusul Yunani, Irlandia dan Portugal ke dalam daftar negara yang harus di bail out oleh Uni eropa dan IMF.
Berlusconi Bisa Menangkan Mosi Kepercayaan
Disaat bersamaan yield obligasi pemerintah Italia, tenor 10-tahun menguat 16 basis point ke level 5.80%, mengindikasikan ketegangan para investor jelang voting confidence di Italia.
Gubernur Bank of Italia, Mario Draghi yang akan menjadi presiden ECB bulan depan, pada hari Rabu mengatakan rencana penghematan fiskal secara drastis harus dilakukan oleh Italia untuk memangkas anggaran, selain itu langkah tambahan untuk menopang pertumbuhan ekonomi perlu dilakukan.
Hutang Italia sejauh ini berada pada 120% dari GDP. Jika Berlusconi kehilangan mosi kepercayaan, maka PM Italia tersebut harus mengudurkan diri.
Pasar Menaruh Harapan Pada Meeting G20
Bagaimanapun masih ada kekhawatiran bahwa belum tercapai konsensus dari G20 untuk kebutuhan peningkatan kapasitas pinjaman talangan tersebut. AS sebagai pemegang saham terbesar IMF juga mengatakan Eropa seharusnya masih perlu memecahkan problem sendiri tanpa bantuan pihak luar.
Pemimpin zona Eropa sendiri mengatakan bahwa mereka akan mengumumkan rencana baru untuk mengatasi krisis utang kawasan Eropa yang semakin dalam pada pertemuan puncak Uni Eropa tanggal 23 Oktober nanti di Brussels.
Sokong EFSF, Kapasitas IMF Diperbesar?
Titik pembahasan kini terfokus pada revisi wewenang Dana Moneter Internasional (IMF). Beberapa negara berkembang dilaporkan sedang mempelajari kemungkinan perluasan kapasitas daya pinjam IMF. Lembaga tersebut bisa berbuat banyak dalam pemulihan ekonomi bila diberi keleluasaan untuk menggalang dana sendiri. Salah satu wacananya adalah melalui penerbitan obligasi.
Tujuan dari gagasan itu adalah supaya IMF memiliki peran lebih besar dalam penyelamatan Eropa. Dengan memperkuat sumber dana, IMF diharapkan bisa memberi pinjaman lebih besar bagi institusi dan negara yang membutuhkan. Seandainya modal dalam Fasilitas Stabilitas Keuangan Eropa (EFSF) senilai 440 miliareuro tidak cukup, maka IMF bisa mengambil peran sebagai kreditur baru. Jumlah dana EFSF sendiri dipandang terlalu kecil untuk mengatasi masalah sistemik sektor perbankan dan fiskal negara bermasalah.
Keterbatasan dana sekarang menjadi sumber perdebatan khalayak ekonomi global. Berbagai proposal penambahan dana sudah mencuat, mulai dari pengalihan fungsi EFSF menjadi program penjaminan obligasi hingga seruan penambahan dana baru dari bank-bank sentral. Semua ide ditujukan untuk memperkuat efektifitas EFSF dalam upaya pemulihan Eropa. Dari seluruh wacana yang mengemuka, perluasan fungsi dan wewenang IMF patut dijadikan solusi ideal.
Emas Dapat Menuji Area Trendline
Emas kembali terapresiasi pada sesi perdagangan kemarin. Saat ini emas terlihat menguji area resistance dikisaran 1676.49. Secara teknikal pecahnya level resistance tersebut membuka peluang penguatan menuju area 1692.00 hingga area 1700.00 / troy ounces. Sebaliknya waspadai pergerakan bearish menuju area bullish trendline seiring dengan adanya indikasi jenuh beli yang ditunjukan oleh pergerakan CCI dan Stochastic.
Spanyol: Downgrade karena Situasi Eropa Semata
Rating Spanyol dipangkas dari AA menjadi AA+ oleh S&P, menyusul hal serupa yang dilakukan oleh Fitch pekan lalu. S&P memonitor reformasi struktural dan konstitusional di negara tersebut yang bertujuan untuk memangkas defisit anggaran. Namun Spanyol melihat S&P tidak objektif karena tidak memperhitungkan perubahan yang dilakukan pemerintah guna memperluas lapangan kerja. Menurut Menteri Ekonomi Elena Salgado, meski nantinya Spanyol harus melakukan rekapitalisasi memakai uang rakyat, rasio hutang negara tetap tergolong rendah. Salgado tidak melihat negerinya gagal menjaga kesehatan fiskal, namun situasi Eropa terkini membuat negara tersebut sulit berbuat lebih banyak.
Pendapat Salgado diperkuat oleh opini juru bicara Komisaris Ekonomi Eropa, Amadeu Alfataj. "Spanyol telah melakukan langkah penting dalam neraca keuangannya demi memenuhi persyaratan otoritas," ujar Alfataj. Sepanjang 2010, Spanyol dipandang mampu menjaga target defisit yang disepakati. Alfataj menganggap memang benar jika ada risiko keuangan dalam negeri, tetapi pemerintah berhasil menutupinya dengan baik.
Perdana Menteri Jose Luis Zapatero tengah berupaya memangkas defisit budget menjadi 6% tahun ini. Pasalnya pada 2010 silam, defisit tercatat mencapai 9,2%. Sikap S&P hari ini kian memperkuat anggapan bahwa Spanyol rawan menyusul Yunani, Irlandia dan Portugal ke dalam daftar negara yang harus di bail out oleh Uni eropa dan IMF.
Euro Mendadak Terkoreksi, Profit-taking Biangnya
Dan penurunan Euro ini juga terjadi lantaran adanya sejumlah aksi profit taking atas rally yang terjadi sejak awal pekan ini dan terutama di picu oleh berita pihak S&P kembali menurunkan peringkat utang jangka panjang untuk negara Spayol.
Sementara angka surplus perdagangan China yang menyusut di bulan ke-2 berturut-turut hingga September juga memacu sentimen negatif karena hal ini menambah kekhawatiran atas melemahnya ekonomi global.
EUR tercatat tergerus di angka $1.3765 setelah melesat hingga level $1.3815 di hari Jumat (14/10).
Euro Dibatasi Downgrade Spanyol
“Ini membawa S&P bergerak bersama Fitch, yang melakukan downgrade terhadap Spanyol minggu lalu. Moody’s masih mempertahankan 1 tingkat di level Aa2 tetapi menempatkan Spanyol untuk dipertimbangkan terkena downgrade di bulan Juli, yang mungkin akan memangkas peringkatnya menjelang akhir bulan”, dikatakan Ashraf Laidi, pendiri AshrafLaidi.com.
Menurut John Kicklighter, analis dari DailyFX: “Dengan mempertimbangkan adanya downgrade yang dilakukan Fitch Jumat lalu, dan melihat adanya kelesuan momentum dibelakang tren resiko; dampak dari hal-hal seperti ini mungkin akan terbatas”. Untuk keperluan trading, Kicklighter mengatakan: “Hal-hal seperti downgrade mungkin tidak akan bergerak sebagai katalis kuat seiring para pelaku pasar telah memperhitungkan kemungkinan yang buruk apabila hal tersebut dilakukan”.
Deutsche Bank Downgrade BNP Paribas
“Kami juga berpikir bahwa perkiraan konsensus terhadap hutang untuk sektor perbankan tahun 2012 akan terbukti salah”, diperingatkan broker tersebut.
G20: Dari Paris ke Cannes
Pertemuan awal sebelum event akbar G20 kali ini terbilang penting, karena forum G20 hanya bisa disebut sukses jika seluruh elemen mampu menghasilkan solusi terbaik bagi zona euro. Masalah hutang Yunani sudah mengguncang sistem finansial kawasan sejak Juli lalu. Harga saham global sudah jatuh 17% dari level tertinggi yang dicapai Mei 2011 silam. Forum ini dipandang sebagai wadah yang tepat bagi seluruh petinggi Eropa untuk bicara blak-blakan, tentang apa yang mereka inginkan, dan bagaimana penerapannya. Apalagi G20 juga akan dihadiri oleh delegasi non-Uni Eropa, yang sangat berkepentingan dengan pemulihan situasi kawasan.
"Pertemuan antara petinggi keuangan Eropa kali ini adalah tahap penting sebelum G20 di Cannes," ujar delegasi dari Kanada, Jim Flaherty. Sementara menkeu Jepang, Jun Azumi, berniat untuk mendorong mitranya di Eropa guna menopang kinerja perbankan terleih dahulu.
Pelaku ekonomi dunia akan melihat sejauh mana Prancis dan Jerman mampu menerjemahkan strategi jitu rekapitalisasi perbankan. Di samping itu, kedua negara juga memiliki pendapat berbeda soal penerbitan obligasi bersama zona euro. Dari seluruh agenda tersebut, pembahasan tentang pemakaian dana Fasilitas Stabilitas Keuangan Eropa (EFSF) mengambil porsi urgensi terbesar. Di dalamnya mencakup penentuan jangka waktu untuk berkoordinasi antar negara kreditur, komitmen kebijakan pemerintah masing-masing negara serta aturan tegas menyangkut disiplin anggaran.
Oleh karena itu, pelaku pasar wajib memantau hasil pertemuan awal dari para pejabat keuangan Eropa hari ini. Mengingat apapun konklusi dari para delegasi, maka itu akan menjadi cetak biru dari substansi pertemuan G20 di Cannes.
Lembaga Rating Mengincar Bank Besar
Fitch adalah salah satu agensi yang agresif memangkas kualitas instrumen hutang lembaga perbankan negara maju. Nama-nama besar seperti Lloyds Banking Group Plc, Royal Bank of Scotland (RBS) dan UBS AG baru saja merasakan pahitnya vonis downgrade Fitch, sebesar 1 hingga 2 notch.
Potret suram bisnis perbankan di Eropa menjadi alasan utama pemangkasan oleh beberapa agensi besar. Kredibilitas bank-bank mapan mulai diragukan sejak krisis hutang masif menerpa benua biru. Bank yang memiliki alokasi aset pada instrumen obligasi negara penghutang besar harus mengikuti stress test, yakni ujian untuk mengukur sejauh mana suatu bank bisa bertahan di tengah guncangan ekonomi kawasan. Beberapa mampu melewati tes dengan mulus, banyak pula yang terbukti kekurangan modal operasional.
Aksi Fitch juga berlaku untuk lembaga perbankan di negara adidaya, Amerika Serikat. Korporasi besar seperti Goldman Sachs dan Morgan Stanley turut mendapat rapor merah dari Fitch. Perlambatan ekohoni regional dan pengetatan regulasi di Amerika menjadi dasar dari keputusan Fitch. Kedua bank raksasa itu termasuk dalam tujuh bank yang berada dalam daftar pengawasan agensi. Sedangkan bank Eropa, Credit Agricole SA, juga diwanti-wanti mewaspadai efek hutang Eropa. Khusus bagi Bank of America, alasan risiko dari penurunan kualitas aset berbasis perumahan membuatnya harus masuk daftar hitam.
Meski demikian, langkah pemangkasan rating kredit tersebut lebih disebabkan oleh situasi global, bukan pada kemunduran performa bisnis bank bersangkutan. "Secara sistematis, Fitch menjalankan tugas dengan memantau salah satu aspek terpenting perbankan, yaitu kecukupan modal," ujar Adrian Miller, Strategis Fixed Income di Miller Tabak Robert Securities. Aktifitas sektoral bisa membaik saat perekonomian pulih sehingga bank bisa kembali mendapat peringkat seperti seharusnya.
Adapun bank-bank lain yang masuk dalam pengawasan Fitch adalah Deutsche Bank AG (DBK), Credit Suisse AG, BNP Paribas (BNP) SA, Societe Generale (GLE) SA dan Barclays Plc. (BARC). "Kemunduran ekonomi di zona euro dan pengetatan aturan perbankan menjadi tantangan baru," demikian pernyataan resmi Fitch. Lembaga ini berani memangkas rating bank-bank Inggris secera bervariasi, dari status 'A' menjadi AA- bahkan A+. Namun Fitch hanya memperkuat aksi lembaga peringkat lain, Moody's Investor Service, yang terlebih dahulu men-downgrade 12 bank Inggris. Supaya bisa lepas dari jeratan vonis lembaga pemeringkat, bank-bank tersebut harus berinisiatif memperkuat kecukupan modal masing-masing. Setidaknya sampai situasi ekonomi global dan gairah bisnis kembali mencuat ke permukaan.
Inflasi Mereda, Pengetatan China Berbuah Hasil
Fakta tersebut terungkap saat pemerintah merilis Indeks Harga Konsumen (CPI) hari Jumat (14/10). Inflasi China dirilis naik 6,1% dibanding tahun sebelumnya. Rasio inflasi tersebut keluar di bawah ekspektasi pengamat yang disurvei Dow Jones Newswires (+6,2%). Sementara analis Reuters memperkirakan kenaikan 6,1% pada inflasi China. Dengan demikian, CPI September lebih kondusif dibanding inflasi Agustus yang mencapai 6,2%. Secara month-on-month, CPI September naik 0,5% atau lebih tinggi dibanding kenaikan bulan Agustus silam, 0.3%.
Di samping keberhasilan langkah pengetatan, perlambatan inflasi juga dipicu oleh penurunan harga komoditi dunia. Di saat yang sama permintaan dari negara maju juga surut karena krisis ekonomi di berbagai kawasan perdagangan.
Namun pemerintah China masih harus mewaspadai kenaikan harga di masa mendatang. Level inflasi saat ini belum sesuai dengan target yang ditetapkan otoritas sebelumnya. "Arus dana masuk dan tekanan dari kenaikan gaji warga juga mengancam prospek inflasi ke depan," ujar Alistair Thornton, Analis IHS Global Insight. Pemerintah tampaknya enggan memperketat atau memperlonggar kebijakan sementara waktu, setidaknya sampai ada konfirmasi pemulihan ekonomi dari wilayah Eropa.
Emas Flat, Potensi Rebound Tetap Ada
Sementara anjloknya indeks Dow Jones dipicu oleh kecemasan sektor perbankan, sehingga menekan sentimen untuk mengurangi pembelian Emas.
Emas sendiri menurun tajam di bursa saham AS dan memimpin penurunan di sektorkomoditas setelah angka ekspor Cina muncul di bawah perkiraan, sehingga kembali memicu kecemasan terhadap melambatnya ekonomi global.
Secara umum perdagangan berlangsung sepi sepanjang pekan ini, mengindikasikan minimnya komitmen dari investor emas.
Namun demikian Mitsui Global Precious Metals menjelaskan harga emas memiliki potensi penguatan yang signifikan bila sejumlah indikator ekonomi yang buruk bermunculan dari zona euro sehingga memicu aktivitas pembelian baru dari investor yang mencari tempat lindung nilai.
Saham AS Merosot Dipicu Kekhawatiran Perbankan
Terpantau sejauh ini indeks saham DJIA melemah -0.71% ke level 11,343, sementara S&P500 anjlok -0.71% diperdagangkan di level 1,189.50, dan indeks Nasdaq naik secara moderat 0.22% ke level 2,301.00.
Laporan laba JP Morgan Chase mengindikasikan penurunan tipis pada earnings Q3, disebabkan oleh operasi investment banking yang cukup lemah mulai berdampak pada profit, terpantau saham JP Morgan melorot 5% sejauh ini. Bank lainnya juga turut melemah, diantara lain Bank of America anjlok 4.6%, sementara Citigroup merosot 5.8% dan Morgan Stanley tertekan 5.6%.
Sejak awal bulan Oktober, Dow Jones melejit 5.6%, menandai kinerja bulan Oktober terbaik sejak tahun 1900, bagaimanapun kenaikan masih dinilai berlebihan oleh para investor seiring dengan banyaknya ketidakpastian kedepan.
Dari sisi ekonomi, laporan tunjangan penganggur hanya turun ke 404,000, memberikan sinyal perbaikan tenaga kerja domestik masih cukup lamban.
Perbankan Yunani Sanggup Hadapi Haircut 30%
Petinggi zona-euro telah beritahukan Reuters bahwa perbankan akan diminta untuk lakukan penghapusbukuan atas kepemilikan obligasi pemerintah Yunani antara 30 hingga 50% demi cegah default. Petinggi kementrian keuangan Perancis utarakan penting terapkan haircut yang lebih besar dan ini mungkin akan dibahas pada pertemuan 23 Oktober mendatang. "Haircut mungkin akan lebih tinggi dari kesepakatan 21 Juli silam sebesar 21% Kami sedang diskusikan tingkat yang dapat diterima oleh pasar dan bantu Yunani benahi perekonomiannya," ujar petinggi Kementrian Keuangan Perancis yang enggan publikasi namanya.
Sementara itu, euro melemah di sesi New York. EUR/USD kini diperdagangkan 1.3730, jauhi level tinggi harian 1.3826
Langganan:
Postingan (Atom)