Selasa, 22 Maret 2011

Konflik Libia dongkrak harga gandum

SEOUL: Harga gandum naik dalam tiga sesi perdagangan berturut-turut setelah investor menaikan taruhan pada perdagangan komoditas biji-bijian menyusul musim salju yang dapat mengancam tanaman di AS dan kenaikan harga minyak akibat konflik di Libia.

Harga kontrak untuk pengiriman Mei di bursa Chicago naik sebesar 2,6% menjadi US$7,4175 per bushel dan diperdagangkan pada level US$9,2875 pada pukul 16.00 waktu Seoul, melanjutkan kenaikan dalam 3 hari menjadi 10%.

Pada pekan lalu, harga kontrak berjangka berbalik merugi dipicu kekhawatiran gempa bumi Jepang dan kebocoran radiation dari pabrik nuklir yang dapat menghambat permintaan komoditas. Sementara itu, harga jagung naik ke level tertinggi sejak 10 Maret. Harga minyak mentah naik sebesar 2%.

Han Sung Min, pedagang senior pada Korea Exchange Bank Futures Co di Seoul, mengatakan hujan salju yang terjadi di AS menjadi latar belakang kenaikan harga gandum beberapa derajat.

“Ini seperti sentimen pembelian oleh pengelola dana dan investor meningkat tidak hanya untuk biji-bijian tapi juga untuk aset lain seperti minyak,” katanya.

Mengacu data Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS, manajer hedge fund  dan spekulan besar lainnya meningkatkan posisi net-long di bursa berjangka gandum di Chicago sebesar 9% pada pekan yang berakhir 15 Maret dari pekan sebelumnya.

Di AS, salju dan hujan telah menjadikan tanah jenuh dan menaikkan resiko terjadinya banjir yang mungkin dapat menunda penanaman gandum musim semi di kawasan produsen terbesar di negara itu North Dakota. Mengacu data Departemen Perdagangan AS (USDA), musim kering di Kansas hanya meninggalkan 26% tanaman dalam kondisi baik dan paling baik.

Belum lama ini, Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin mengatakan cuaca di Rusia dapat menghapus sekitar 5 juta hektar atau 12,4 juta akre tanaman musim dingin.

Deputi Perdana Menteri Utama Viktor Zubkov memperkirakan panen biji gandum pada tahun ini akan mencapai 84 juta – 85 juta metrik ton.

Menurut survei yang dilakukan Bloomberg terhadap 22 analis, harga rata-rata gandum akan mencapai US$8 per bushel pada kuartal kedua di Chicago Board of Trade. Harga rata-rata gandum pada tiga bulan pertama tahun ini mencapai US$8,08 per bushel.

Pada musim ini, petani menuai sebanyak 15,4 juta ton gandum, lebih rendah dibandingkan permintaan. USDA memperkirakan pasokan akan turun sebesar 7,8%.

Harga jagung dan kedelai dapat naik pada pekan ini menyusul spekulasi kondisi basah dan cuaca dingin akan menunda penanaman dan mereduksi prospek tanaman di AS. Selain itu, hujan mengancam kesiapan minyak sayur untuk panen di Brazil.

Harga kontrak jagung untuk pengiriman Mei naik sebesar 2,2% menjadi US$6,985 per bushel yang merupakan posisi tertinggi sejak 10 Maret 2011. Pada pekan lalu, harga kontrak jagung naik sebesar 2,9%, rebpounding dari penurunan sebesar 8,8% pada pekan sebelumnya. Sementara itu harga kontrak kedelai untuk pengiriman Mei turun sebesar 0,4% menjadi US$13,5775 per bushel.

Tidak ada komentar: