Sabtu, 09 Juni 2012

Presiden Barack Obama Terus Desak Merkel Untuk Atasi Krisis Eropa

Lima bulan menjelang pemilu Presiden AS, Obama berupaya mendesak Kanselir Jerman, Angela Merkel yang masih tampak alot untuk mengambil tindakan agresif mengatasi kehancuran ekonomi kawasan Eropa yang berpotensi mengancam ekonomi AS serta kampanye Obama.

Analis yakin, jika problem Eropa semakin memburuk maka Obama kemungkinan besar tidak akan terpilih lagi, oleh sebab itu lah ada keterkaitan antara kepentingan politik Obama dengan krisis utang yang terjadi di Eropa. Sejauh ini Merkel masih menolak proposal penerbitan obligasi bersama yang bisa memperbesar defisit pengeluaran negara member Eropa, meski masih ada resiko kekacauan ekonomi atas bahaya keluarnya Yunani dari Uni Eropa maupun upaya Spanyol untuk menyelamatkan sektor perbankan nya.

Ketua The Fed, Ben Bernanke juga memberikan pernyataan serupa kemarin, bahwa krisis utang Eropa memberikan resiko signifikan untuk sistem keuangan AS dan juga perekonomian. White House terus menekan Obama, Merkel dan kelompok negara G20 lainnya menjelang rapat G20 di Mexico pada 18 Juni nanti, yang akan membahas problem Eropa, selain itu Obama telah berulang kali mendesak Merkel untuk menggelontorkan dana lebih banyak membantu negara member yang bermasalah, namun berbagai upaya tersebut masih menemui kegagalan akibat sikap Merkel yang kurang fleksibel.

Merkel sendiri yang merupakan seorang fisikawan sebelum menjadi Kanselir Jerman, meyakini punya resep tersendiri untuk memecahkan krisis utang Eropa dan tidak memperdulikan kaitannya dengan pemilu Obama maupun krisis AS.

Estimasi Pelemahan Permintaan Masih Potensial Tekan Emas

Emas jatuh untuk hari kedua, dan menjaga pelemahan mingguan berturut-turut yang terburuk sejak 11 tahun terakhir, akibat kecemasan pelambatan ekonomi China dan AS, sehingga merubah prospek permintaan yang makin lemah. Ketua Federal Reserve, Ben Bernanke mengatakan bahwa The Fed masih memerlukan waktu untuk menilai kondisi pasar tenaga kerja sebelum memutuskan langkah moneter yang baru untuk merangsang perekonomian jika terimbas oleh krisis utang Eropa dan bahaya pengetatan kebijakan fiskal AS.

Pengumuman rate cut China di lain sisi menandakan bahwa pelambatan ekonomi China lebih buruk dibanding ekspektasi pemerintah sebelumnya, karena terakhir kali nya China menurunkan bunga adalah pada tahun 2008 ketika terjadi puncak krisis subprime mortgage AS.Berbagai komoditas anjlok setelah tersusun estimasi pelemahan permintaan tersebut, termasuk minyak dan Emas.

Terpantau sejauh ini indeks Standard & Poor’s GSCI yang mengukur nilai 24 jenis komoitas melorot 2.1 persen, dan membukukan pelemahan sebesar 0.2% sepanjang pekan ini. Sementara minyak mentah AS anjlok -2.59% di level 82.65, dan Emas turun ke $1578 per troy ons, setelah meraih titik terendah intraday di $1556 per troy ons.