Kamis, 09 Juni 2011

Antara Minyak, Inflasi dan Pangan


Ancaman inflasi seakan menjadi musuh bersama bagi seluruh negara industri. Otoritas di berbagai kawasan terus berupaya menangkal lonjakan harga-harga agar tidak berlebihan. Namun tidak banyak yang menyadari bahwa resiko inflasi terkini jauh lebih menakutkan dibanding proyeksi banyak pihak. Cepat atau lambat, lonjakan harga minyak akan menggerus keseimbangan neraca.
 
Pada laporan risetnya, Citibank memperingatkan potensi inflasi besar di emerging markets. Pemerintah negara berkembang harus mampu merancang keseimbangan antara keuangan serta apresiasi valuta supaya kendala ini bisa dijinakkan. 
 
Kenaikan inflasi akibat harga energi bisa berdampak langsung maupun tidak langsung. Efek secara langsung lebih terlihat pada detil Consumer Price Index (CPI) negara emerging dibanding Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Sedangkan pengaruh tidak langsung dapat ditilik pada kenaikan harga susulan pada komoditi dan bahan pangan lain. Pasalnya, lonjakan harga minyak selalu memicu dua akibat; kenaikan biaya produksi pangan dan permintaan global pada biofuels. 
 
Yang paling memprihatinkan dari fenomena ini adalah ikut melambungnya biaya produksi pangan dari pos transportasi, pupuk dan vitamin pertanian. Analis dari Citi memaparkan bahwa sudah terjadi 2 periode, dimana harga minyak berdampak besar terhadap pangan, yakni pada 2007/2008 dan awal 1970-an. Jika pada 3-4 tahun lalu harga meroket karena kelebihan demand, maka pada 1972-1975 kenaikan minyak dipicu oleh keterbatasan stok. Apapun penyebabnya, situasi seperti ini hanya membawa dampak buruk bagi rakyat, sebelum berujung pada kinerja korporasi. Penurunan daya beli akan mempersulit penjualan produk apapun ke pasar sehingga nilai-nilai aset dan ekuitas ikut surut. Jika begini adanya, tidak akan ada lagi sektor yang steril dari guncangan inflasi.

Sterling Analysis : Tren Bullish, Potensial Menguat ke 1.6493

Terlihat pergerakan pound berpotensi masih berada dalam tren bullish dimana pergerakan harga masih di atas garis tren. Secara teknikal indikator stochastic berpotensi berada dalam kondisi bullish. Pecahnya resistan 1.6429 berpeluang membawa pound menguat kembali dengan menguji area resistan 1.6493. Sebaliknya jika support 1.6357 ditembus maka pound akan jatuh semakin dalam menuju area 1.6300.



Minat Safe Haven Tinggi, Emas Rebound


Harga emas tampaknya akan rebound menjadi $1,550 per troy ons dalam dua hari ke depan terkait kekhawatiran atas kondisi ekonomi AS dan Eropa sehingga meningkatkan minat terhadap aset safe-haven diantaranya logam mulia, menurut laporan MF Global.
Logam mulia mendapat dukungan dari beberapa faktor di antaranya data perekonomian yang lemah dan tingginya harga energi. Keputusan Bank Sentral Eropa untuk menaikkan suku bunga pada pertemuan kebijakan di hari Kamis "dapat merugikan dollar dan positif bagi logam,". Disarankan untuk membeli emas saat berada di level 1,528/ons.
Spot emas dipardagangkan di kisaran $1,536.90/ons, turun $1.20 dari level penutupan New York.