emas kembali menanjak di awal pekan terakhir bulan Agustus. Apabila dianalisa lebih dalam, terdapat setidaknya tiga alasan yang menyebabkan fenomena tersebut.
Beberapa faktor yang memicu kenaikan harga antara lain:
1. Musim pembelian akhir bulan
2. Spekulasi ketiadaan perubahaan tingkat suku bunga oleh Bank Sentral Eropa (ECB). Artinya, suku bunga di Amerika Serikat (AS) dan Eropa akan tetap rendah untuk beberapa waktu ke depan.
3. Spekulasi suku bunga rendah di AS diperkuat oleh Kepala the Fed wilayah Chicago, Charles Evans.
Secara global, terdapat lonjakan permintaan dari negara-negara konsumen terbesar dunia. India adalah kolektor nomor satu. Wanita India tidak hanya memakai logam mulia sebagai perhiasan. Mereka memilih emas sebagai investasi, tidak peduli apakah harga akan naik atau turun. Menurut CEO Anglogold Ashanti, Mark Cutifani, warga India memposisikan emas sebagai aset investasi (baca:kebutuhan) utama. Sama seperti mereka memandang bahan pangan maupun hunian. Ya, India adalah konsumen emas paling fanatik di dunia. "Pengalaman ribuan tahun membuktikan bahwa emas adalah komoditas yang tidak pernah turun nilainya," ujar Cutifani. Tidak heran jika masyarakat India kini menganggap emas sebagai suatu harta yang wajib dimiliki. Daya tarik sebuah aset bagi warga India sangat tergantung dari tingkat harga. Seandainya inflasi terhenti dan harga emas naik, maka investor India tidak akan menganggap logam mulia ini menarik. Namun jika real estat turun dan harga emas tetap tinggi, konsumen India pasti lebih meminati real estat. Pasalnya, tingkat harga properti lebih murah untuk dibeli dan potensi kenaikan harganya lebih baik dibanding emas. Jadi, patut diwaspadai gejala kejenuhan beli di Asia dan Timur Tengah.
Salah satu kecenderungan yang patut dicermati adalah keterkaitan antara nilai emas dan nilai mata uang fisik. Menurut John LaForge dan Chay Norbom dari Lembaga Riset Ned Davis, harga emas sesungguhnya akan bisa dilihat di pasar uang. "Tren positif emas menunjukkan ketidakpercayaan investor terhadap kredibilitas pemerintah dan bank sentral," ulas lembaga itu. Jika nantinya legitimasi pemerintah (negara maju) pulih, maka nilai tukar mata uang pasti membaik. Saat itu adalah momen dimana emas kehilangan pesonanya.