SURABAYA: Harga minyak kelapa sawit mentah kembali turun menyusul proyeksi membaiknya produksi tanaman dari negara-negara produsen utama seperti Indonesia dan Malaysia seiring memudarnya La Nina.
Harga kontrak teraktif yaitu untuk pengiriman Juni turun sebesar 1,7% menjadi 3.363 ringgit atau US$1.109 per metrik ton, sebelum mengakhiri perdagangan sesi pagi pada level 3.367 ringgit di Kuala Lumpur. Kontrak berjangka tersebut mengalami rebound harga sebesar 2,4% pada pekan lalu setelah terjun sebesar 8,1% pada pekan sebelumnya.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil Hasan mengatakan harga minyak kelapa sawit melemah seiring terkoreksinya harga minyak mentah dunia pada pekan lalu.
Namun, lanjutnya, harga minyak kelapa sawit pada saat ini tidak ikut naik ketika harga minyak mentah dunia rebound. Hal itu karena prediksi membaiknya produksi dari Indonesia dan Malaysia pasca periode rendah produksi akibat dampak La Nina.
Selain itu, tambahnya, produk minyak sayur lainnya juga mulai masuk ke pasaran sehingga menambah jumlah pasokan.
“Sisi permintaan tidak turun. Akan tetapi terjadi tambahan dari sisi penawaran yang menyebabkan harga minyak kelapa sawit tetap turun meskipun harga minyak mentah dunia kembali naik,” katanya kepada Bisnis, hari ini.
Berdasarkan pantauan Bisnis, harga minyak kelapa sawit cenderung turun dalam beberapa waktu terakhir. Harga kontrak pengiriman Mei pada awal perdagangan minggu ini turun menjadi 3.447 ringgit per metrik ton dari 3.473 ringgit per metrik ton pada penutupan perdagangan pekan lalu.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, harga kontrak tersebut terus turun hingga menjadi 3.419 ringgit per metrik ton.
Analis senior Harvest International Futures Ibrahim menambahkan faktor gempa bumi Jepang dan naiknya suku bunga di Eropa turut memengaruhi sisi permintaan yang mendorong penurunan harga.
“Meski bukan konsumen utama, sebanyak 80% impor Jepang berasal dari Indonesia dan Malaysia. Dampak gempa dan tsunami menyebabkan permintaan berkurang. Naiknya suku bunga Eropa juga berpengaruh karena dapat mereduksi impor. Apalagi Indonesia sedang membuka pasar baru di Eropa,” katanya.
Ker Chung Yang, analis pada Philip Futures Pte, mengatakan Malaysia dalam proses memperbaiki jumlah pasokannya karena ada permintaan yang lebih tinggi pada akhir tahun lalu dan rendahnya produksi.
Jumlah produksi dan stok kelapa sawit di Malaysia pada Februari 2011 tumbuh jika dibandingkan bulan sebelumnya seiring meredanya kondisi cuaca yang buruk. Namun begitu, jumlah ekspor turun ke level terendah dalam 3 tahun.
Mengacu Dewan Kelapa Sawit Malaysia, persediaan minyak nabati naik 4,2% menjadi 1,48 juta ton pada Februari, sementara pengapalan turun 8,5% menjadi 1,11 juta ton. Itu adalah jumlah pengapalan terendah sejak Februari 2008.
Ekspor minyak kelawa sawit dari Malaysia turun sebesar 12,8% menjadi 719.302 ton dalam 20 hari pertama Maret 2011. Adapun pengiriman turun sebesar 9,5% pada periode yang sama.
“Permintaan global untuk minyak kelapa sawit tidak diharapkan naik dalam beberapa bulan ke depan,” katanya.
Kemarin, harga kontrak berjangka kedelai turun untuk pertama kali dalam 4 sesi perdagangan karena sinyal permintaan untuk pasokan dari AS melambat. Minyak kelapa sawit dan minyak kedelai adalah barang substitusi dalam penggunaan bahan bakar dan makanan.
Harga kontrak kedelai untuk pengiriman Mei turun sebesar 0,8% menjadi US$13,525 per bushel pada Chicago Board of Trade hari ini sebelum diperdagangkan 0,6% lebih rendah pada US$13,555 pada pukul 12:22 waktu Singapura.
Harga minyak kelapa sawit untuk pengiriman September pada Dalian Commodity Exchange turun sebesar 0,8% menjadi 9.200 yuan atau setara dengan US$1.403 per ton dan diperdagangkan pada level 9.236 yuan pada sesi istirahat siang. Harga minyak kedelai untuk pengiriman pada bulan yang sama turun sebesar 0,7% menjadi 10.000 yuan per ton, sebelum akhirnya mencapai 10.068 yuan per ton.
Harga kontrak minyak kelapa sawit untuk pengiriman Juni yang dipatok dengan harga acuan Malaysia, turun 2% menjadi US$1.109 per ton pada 12:23 di Singapura.