Rabu, 28 Maret 2012

Jangka Pendek, Dollar Tidak Atraktif


Jangka Pendek, Dollar Tidak AtraktifIndeksdollar telah menguat sebanyak 4% dalam satu tahun belakangan. Namun kebijakan moneter longgar ala the Fed membuat prospek nilai tukar melemah.
Dollar diperkirakan tetap lemah untuk jangka pendek, sejalan dengan kinerja bunga obligasi yang rendah. Percepatan ekonomi di Amerika Serikat (AS) untuk sementara waktu akan mengikis penguatan USD. Analis Barclays Capital mengatakan selama bank sentral tetap menjaga suku bunga rendah, maka penguatan dollar masih tertunda. "Tidak ada sinyal FOMC mengubah kebijakan secara cepat," ulas Barclays dalam laporan risetnya. "Mengambil pelajaran dari jaman 1930-an, pengetatan prematur menyebabkan resesi di tahun 1937-1938," demikian Barclays.
Namun Barclays berpendapat bahwa obligasi Amerika belum kehilangan status safe-havennya. Bunga obligasi 10-tahun naik 25 basis poin pada pekan yang dimulai 12 Maret lalu, tetapi masih berada di level terendah dalam 1 dasawarsa terakhir. Menurut Bill Gross, yang mengelola dana obligasi terbesar di PIMCO, dalam twitter-nya menyebut bahwa tren kenaikan obligasi mungkin telah usai. Namun Gross melihat kemunculan bear-market masih sangat jauh.
Sementara Michael Langford, Trader Streamtrading.com, mengatakan dollar cenderung melemah untuk jangka pendek ketimbang menguat. "Amerika berkepentingan memiliki kurs rendah untuk menggenjot perekonomian," ujarnya. Sebagai catatan, perekonomian Amerika sudah tumbuh hampir 3% di kuartal IV tahun lalu berkat perbaikan kinerja ekspor.
Satu-satunya sentimen yang masih menjaga kinerja dollar adalah kepanikan investor, yang sedang melihat perlambatan ekonomi di negara berkembang serta krisis Eropa. "Hanya kepanikan yang membuat Anda membeli dollar," ujar Warren Hogan, Kepala Ekonom ANZ. Namun Hogan juga tidak melihat adanya penurunan kurs dollar secara drastis. "Namun belum ada alasan bagi USD untuk menguat," tutupnya.

Tidak ada komentar: