Sabtu, 05 Maret 2011

Soros: Kebijakan Energi Korup, Sumber Revolusi Timur Tengah

Krisis Timur Tengah telah menyita perhatian para ekonom ternama dunia. Khususnya pasca lonjakan minyak hingga ke level kritis dalam beberapa pekan terakhir. 'Sentilan' dan prediksi dari berbagai tokoh mulai mengemuka perlahan.

Miliuner George Soros juga memandang penting kenaikan harga minyak bagi pertumbuhan ekonomi global. Ia menyerukan para negara produsen untuk mengoptimalkan sumber daya alam yang dimiliki. Semua eksportir seharusnya transparan dan jujur dalam mengelola pendapatan negara. "Di Libya, krisis terjadi akibat penyalahgunaan sumber daya alam oleh pihak penguasa," ujar Soros. Oleh karena itu, Soros mengingatkan Arab Saudi dan Rusia untuk lebih mengedepankan akuntabilitas energi. Sementara Ia juga memprediksi rejim Iran juga akan terdampak oleh arus revolusi Timur Tengah.

Libya memproduksi 1,6 juta barel minyak per hari atau produsen terbesar ke-17 dunia. Kekuasaan pemerintah Khadafi sangat bergantung pada aliran dana masuk ke sektor perminyakan. Ketika ditanya BBC tentang tren revolusi di Afrika dan Middle East, Soros tegas menyatakan bahwa segala konflik di wilayah tersebut akibat dari kebijakan energi menyimpang dari pemerintah, seperti Libya.

"Seharusnya rakyat yang menikmati keuntungan dari hasil bumi negara," tegas Soros. Khadafi memonopoli pendapatan, dan rakyat menentangnya. Kini, Soros memandang Amerika Serikat (AS) dan Eropa perlu mendukung revolusi Timur Tengah secara lebih aktif. Dengan demikian, pemerintahan yang baru bisa lebih kooperatif dengan pihak barat.

Tidak ada komentar: