Selasa, 22 Januari 2013

Review Musim Laporan Earnings AS & Imbasnya Terhadap Dollar AS

Seiring dengan debat pemotongan anggaran belanja yang kemungkinan akan kembali dipending oleh Kongress AS untuk beberapa bulan lagi, fokus para pelaku pasar kemungkinan akan bergeser sementara pada musim laporan earnings korporat AS, karena sinyal pertumbuhan profit korporat biasanya dapat mengimbangi pesimisme data ekonomi AS lainnya yang kurang begitu positif.
 Oleh sebab itulah, para pelaku pasar turut memanfaatkan peluang musim laporan ini serta imbasnya terhadap fluktuasi mata uang. Kebanyakan analis saham masih pesimis, dengan estimasi laporan earnings Q4 2012 akan lebih lemah dibanding Q3 akibat faktor penguatan Dollar sejak Oktober - Desember 2012 menyebabkan penurunan revenue perusahaan.  
Musim laporan earnings pada dasarnya merupakan musim laporan laba dari triwulan sebelumnya oleh berbagai perusahaan di AS. Analis dan manajer investasi biasanya akan merespon berbagai laporan tersebut pada sejumlah saham CFD dan indeks saham. Di triwulan keempat, Dollar AS mengalami penguatan hampir terhadap seluruh mata uang dan akhirnya baru mengalami koreksi melemah di pertengahan Desember 2012. Ada beberapa perusahaan yang diuntungkan oleh pelemahan Dollar tersebut, namun tidak sedikit juga yang terpukul oleh penguatan Dollar AS sejak Oktober.
Salah satu perusahaan yang paling sensitive terhadap fluktuasi nilai tukar Dollar AS adalah Google. Dalam beberapa tahun terakhir mereka akhirnya mengimplentasikan hedging untuk memproteksi fluktuasi pada Dollar AS. Penguatan Dollar terhadap Euro dan Poundsterling akan mengakibatkan penurunan revenue internasional Google, bila dibandingkan nilai tukar yang konstan maka kinerja perusahaan tersebut akan meningkat sekitar 7% lebih tinggi.
Selain Google, perusahaan lainnya yang beroperasi secara internasional seperti Apple, eBay dan Amazon juga berpotensi untuk terkena imbas negatif dari penguatan Dollar AS. Selain sektor teknologi, contoh lainnya adalah McDonald’s yang turut tergerus oleh penguatan Dollar AS terhadap Euro dan Poundsterling.
Di lain sisi, penurunan laju earnings akan menyebabkan pelemahan harga saham sehingga potensial memicu risk aversion / sentimen pengalihan resiko, yang turut mempengaruhi pergerakan major currencies untuk melemah akibat penguatan Dollar AS.
Setelah Alcoa memulai musim laporan pendapatan di AS, prospek pertumbuhan pendapatan berbagai korporasi di AS masih menjadi faktor yang perlu dicermati untuk aset berisiko dalam beberapa bulan mendatang. Sejauh ini terdapat 23 perusahaan yang telah merilis laju laba nya, dengan agregat kejutan positif masih sejalan dengan kinerja yang tampak seperti sebelumnya di Q3.
Meskipun terdapat kecemasan penurunan pendapatan, secara keseluruhan laju Earnings per Share (EPS) berbagai komponen saham dalam indeks S&P500 masih lampaui ekspektasi dengan persentase kejutan positif sekitar 65% seperti yang terjadi di Q2. Namun dengan pertumbuhan laba yang masih berada dibawah rata-rata sejak Q3 2008, dengan pertumbuhan EPS Final hanya mencapai 1% YoY secara keseluruhan, dan hanya mencapai 0.3% di luar sektor keuangan.
Selanjutnya apakah laporan earnings di Q4 dapat melampaui ekspektasi, sejalan dengan trend secara historis?
Sepanjang Q4, revisi berbagai analis untuk EPS indeks saham AS masih kebanyakan negatif namun stabil, mencerminkan estimasi perbaikan data ISM manufaktur AS, namun revisi penurunan laba lebih banyak negatif untuk sektor teknologi, industri dan sektor energi dimana ketiga sektor tersebut rentan akibat eksposur yang relative tinggi ke pasar asing.
Selain itu laju pertumbuhan earnings di 3 sektor tersebut juga diproyeksi pada level terendahnya akibat minimnya kejutan positif selama Q3. Indikator sektor jasa ISM masih kondusif untuk sektor manufaktur khususnya ditunjang oleh pemulihan sektor real estate dan data pesanan durable goods yang moderat. Namun sektor yang berorientasi domestik kemungkinan akan mengecewakan, akibat pelemahan sentimen konsumen AS akibat ketidakpastian fiscal cliff yang baru terkait anggaran belanja dan resolusi plafon utang AS ditambah lagi imbas negatif berakhirnya payroll tax serta kenaikan pajak pendapatan bagi sebagian individu yang memiliki pendapatan lebih besar hasil dari kesepakatan pajak Obama dan Senat beberapa waktu lalu.
Secara keseluruhan proyeksi earnings Q4 cenderung dalam trend penurunan, sehingga perlu diwaspadai fluktuasi major currencies yang mengalami tekanan jual akibat reaksi bullish Dollar ketika dirilis nya laporan earnings yang bearish untuk saham.  Jika dikombinasi dengan resiko fiscal cliff yang baru di Q1 2013, maka rekomen untuk melakukan akumulasi jual di pairing GBPUSD, AUDUSD dan akumulasi beli di mata uang USDJPY sepanjang Q1 2013 ini.

Tidak ada komentar: