Ketakutan klasik soal krisis keuangan di Eropa kembali merebak kemarin di Wall Street. Ketiga indeks utama harus merelakan 1,5% akibat kelesuan investor.
Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup minus selama lima hari beruntun. Kabar kenaikan imbal hasil obligasi Spanyol dan Italia kemarin memicu kecemasan baru terkait iklim keuangan di wilayah Eropa. Hal itu membuat aksi jual melanda pasar modal New York. Alasan lain yang membebani adalah perlambatan ekonomi China.
Dow Jones Industrial Average (INDU) ditutup minus 214 poin atau 1.7%, sekaligus menandai hari terburuk sejak November 2011. Sementara S&P 500 (SPX) merugi 24 poin atau 1.7% dan Nasdaq (COMP) anjlok 56 poin (1.8%). Indeks S&P juga mencatat kinerja paling negatif sejak NOvember 2011 silam. Sementara indeks gabungan Eropa juga merosot hingga 2%.
Bunga obligasi 10-tahun Spanyol berputar di dekat level 6%, level tertingginya sejak lebih dari 3 bulan terakhir. Imbal hasil kian tinggi seiring upaya pemerintah untuk memangkas anggaran. Sedangkan di Italia, bunga obligasinya terpantau di angka 5,7%. Sebagai konsekuensinya, investor beralih ke safa haven obligasi AS hingga membuat besaran bunganya turun sampai ke bawah 2% untuk kali pertama dala lebih dari satu bulan.
Sebanyak 29 komponen indeks Dow tersungkur di zona merah, dipimpin oleh Bank of America (BAC). Sektor energi dan industri juga mencetak koreksi besar. GE (GE), Caterpillar (CAT) dan Exxon (XOM) membukukan kerugian di atas 1%. Namun rilis data pendapatan Alcoa berhasil menghibur pasar di akhir sesi karena muncul di atas ekspektasi.
Membuka musim earnings, analis pasar memprediksi penurunan pendapatan pada emiten anggota S&P 500 sebesar 0,1% dibanding tahun sebelumnya. Meski tidak besar, namun jika proyeksi itu terbukti maka akan menjadi penurunan pertama pasca kenaikan pendapatan 9 kuartal beruntun. DOW dan S&P 500, yang baru saja mencetak kinerja triwulan terbaik sejak satu dekade lalu, bisa saja mengalami penurunan di kuartal II tahun ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar