Banyak pelaku ekonomi mungkin sudah hilang kesabaran terhadapEropa. Seperti apa yang dinyatakan oleh dua petinggi negara di benua Afrika.
Menteri Keuangan Afrika Selatan, Pravin Gordhan, menilai kawasan Afrika tertimpa akibat kelalaian negara Eropa. "Masalah Eropa telah merusak ekonomi negara berkembang," kecamnya. Afrika Selatan adalah negara ekonomi terbesar di benua itu dan paling terdampak oleh krisis negara barat. Gordhan kini bersekutu dengan Menteri keuangan Nigeria, Ngozi-Okonjo Iweala, yang juga lama mengkritisi kinerja pejabat tinggi Eropa.
"Pemimpin Eropa tidak punya kemampuan untuk menjaga halamannya dan membiarkan krisis meluas ke kawasan lain," kecam Gordhan pada sebuah wawancara dengan BBC. Sang menkeu memang layak untuk geram, mengingat krisis sudah membuat investor lari dari negaranya. Arus likuiditas asing ke Afrika terus menurun karena pemodal takut dengan prospek investasinya. Krisis Eropa menggiring pemilik modal untuk mengalihkan uang ke instrumen seperti emas atau tunai. Penarikan uang secara cepat memicu volatilitas pada nilai tukar valuta domestik, seperti yang dialami Nigeria. Apalagi banyak negara Afrika sedang menggalakkan pembangunan, dengan memakai dana investasi asing. Dalam pernyataannya, bank sentral Kenya juga melihat risiko nilai tukar dari kisruh hutang Eropa.
Afrika Selatan sendiri tengah giat melipatgandakan investasi asing langsung (FDI) menjadi tiga kali lipat pada 2015 mendatang. Adapun nilai total FDI saat ini sudah mencapai $3 miliar per tahun. Negara Afrika belum bisa melepaskan diri dari pasar ekspor potensial seperti Eropa. "Sekarang Kita hanya bisa berharap adanya perbaikan," ujar Gordhan. Ia meminta otoritas benua biru untuk segera membentuk benteng yang bisa menghambat krisis seperti ini untuk menyebar ke wilayah lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar