Harga emas akhir-akhir ini sudah mencapai level di luar nalar. Kegemaran investor terhadap aset anti-inflasi ini kian meluap di tengah ketegangan politik antar kawasan. Meski pasar internasional tampak bersahahabat dengan logam mulia, analis memperingatkan adanya potensi koreksi.
Dalam setahun terakhir, harga emas sudah melonjak 30%. Konflik regional menjadi pemicu kenaikan utama setelah tren penurunan terakhir kali tampak saat isu dua Korea. Kini, masalah demonstrasi di Mesir dan Libya kembali memicu luapan minat terhadap produk safe haven. Kondisi diperuncing oleh beban inflasi di berbagai negar besar dunia. Jika begini adanya, tak adakata lain bagi emas selain bullish!
Sementara itu di China, pengetatan properti ala Beijing membuat pemodal di negara tersebut beralih ke instrumen yang lebih aman. Tak ayal, permintaan dari negara ini melambung drastis dalam hitungan bulan. Pengamat memperkirakan total dana yang dialihkan dari pasar properti ke aset emas akan menembus 500 miliar Yuan.
"Emas pasti naik di tengah lonjakan harga pangan dan pengetatan pemerintah, namun harga lebih fluktuatif dibandingkan sebelumnya," demikian pendapat Gao Keran, R&D Manager dari China Int'l Futures, Wilayah Ningbo. Emas dinilai mampu menjaga nilainya secara otomatis di tengah tekanan inflasi. Dalam beberapa tahun mendatang, permintaan China berperan lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar