Selama beribu ribu tahun Logam mulia atau emas telah menggerakkan
hasrat manussia untuk memiliki dan menyimpannya, Diyakini bahwa warna
emas berkorelasi positif dengan kesehatan dan kekayaan. Masih ingatkah
anda saat pertama kali Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) yang berdiri
dikawasan niaga jl. Thamrin meluncurkan produk komoditi emas di tahun
2002 ? Pada waktu perdagangan di hari pertama itu transaksi komoditi
emas mencetak volume 320 lot, dengan harga pembukaan Rp 93.800 per gram
dan penutupan Rp 94.550 per gram. Dibandingkan dengan komoditi CPO,
olein dan kopi robusta yang diperdagangkan sejak BBJ beroperasi, 15
Desember 2000, perkembangan harga yang dicetak emas, memang luar biasa.
Bayangkan saja, setelah lebih dari 8 tahun harga emas sekarang dengan
kadar 24 karat kini mencapai Rp 536,000 per gram (troy ounce = 31,1035
gram). Dipasar internasional, emas merupakan komoditi klasik yang
memiliki nilai historis besar. Dalam perekonomian dunia, komoditi ini
telah menjelma menjadi kekuatan investasi setelah dolar AS.
Perdagangan emas sangat berhubungan erat dengan korelasi inverse
dollar, dimana pelemahan dollar menjadi pendorong tekanan untuk membeli,
Selain itu Emas seringkali dilihat oleh para investor sebagai instrumen
yang handal untuk hedging terhadap bahaya inflasi. Ketakutan imbas dari
inflasi terkait kebijakan moneter yang sangat rendah di berbagai
belahan dunia turut memicu kenaikan harga emas dari level $1660 di akhir
Agustus lalu ke $1780 di awal Oktober.
Reli Emas di akhir Agustus tersebut terpicu oleh pidato Bernanke pada
rapat Jackson Hole memberikan sinyalemen QE ronde ketiga. Serupa dengan
QE1 dan QE2 yang memiliki efek positif pad Emas, dengan nilai nominal
Emas meroket sekitar 40% paska QE1 dan 12% setelah QE2. Bila
diperhatikan kenaikan Emas paska QE2 lebih kecil, disebabkan oleh jumlah
maupun durasi pelaksanaan stimulus QE2 lebih rendah dibanding QE1.
Bagaimanapun Emas tidak selamanya menjadi barang yang efektif untuk
melindungi nilai terhadap inflasi. Dari awal tahun 1980 hingga saat ini,
harga nominal Emas sebenarnya pernah jatuh ketika rate inflasi AS masih
positif. Tercatat dari tahun 1980 hingga tahun 2001 harga Emas jatuh
dari $850 ke bawah $350, meskipun rate inflasi memrangkak ke teritori
positif.Fakta ini membuktikan bahwa ada periode tertentu dimana peran Emas
sebagai alat hedging lebih cemerlang terhadap krisis atau kolapsnya
pasar keuangan.
Saat ini Emas kemungkinan masih akan diminati oleh kebanyakan
investor, dengan latar belakang QE3 yang dapat memacu ekspektasi
inflasi, namun perlu diwaspadai juga bahwa fundamental Emas fisik
sebenarnya masih cukup lemah. Tapi net efek keseluruhan Emas masih
cenderung bullish mengingat adanya resiko jurang fiskal di jangka pendek
yang dapat membawa perekonomian kembali ke fase resesi atau bahkan
bahaya stagflasi, yaitu kondisi pertumbuhan ekonomi lemah namun disertai
dengan kenaikan inflasi.
Nah, kecenderungan-kecenderungan itu, membuat pasar perdagangan
berjangka emas di mancanegara menjadi menarik. Jika dibandingkan kita
menyimpan emas dalam bentuk fisik yang akan memakan biaya ruang
penyimpanan emas, belum lagi resikonya kalau dicuri oleh orang lain. Hal
itu , bisa dipastikan akan merangsang para pelaku ditanah air untuk
ikut bermain , memanfaatkan peluang yang terbentang dibursa berjangka.
Keberadaan perdagangan berjangka emas, dapat dimanfaatkan oleh semua
pihak – baik secara langsung maupun tidak langsung – yang aktivitas
usahanya terkait dengan masalah currency risk exposure. Kendati
tidak sepenuhnya sama, namun pola resiko yang tercermin dalam perilaku
volatilitas harga emas terlihat paralel dengan perkembangan nilai tukar
rupiah terhadap mata uang asing. Sehingga pada giliran, perdagangan
kontrak berjangka emas dapat dijadikan sebagai kendaraan hedging, bagi
pihak yang berminat mengalihkan currency risk yang dimilikinya.
Faktor-faktor inilah yang menyebabkan arus investasi pada Emas masih
relative tinggi meskipun harga nominal Emas saat ini cukup tinggi, namun
jika diperhatikan harga Emas yang disesuaikan dengan inflasi masih 12%
dibawah titik terendah tahun 1980 ketika inflasi sentuh 15% YoY. Emas
juga tergolong masih murah jika dinormalisasikan dengan angka GDP China
per kapita.
Melihat kedepan, prospek harga Emas masih cukup berpeluang untuk naik
lebih lanjut ke kisaran $1860 per troy ons di tahun 2013, dengan alasan
utama kondisi AS yang terpaksa harus mencukupi sendiri kebutuhannya,
sehingga The Fed meningkatkan money supply nya dengan cara tukar guling
dengan aset-aset bermasalah dari US lenders (QE3). Meskipun cara ini
bagus untuk pasar saham tapi solusi ini akan memancing inflasi
berlebihan di dunia dan tidak hanya di AS. Selanjutnya tinggal kita
tunggu action dari para pemangku kebijakan Eropa untuk dapat
melaksanakan program stimulus OMT nya dengan mulus, dan juga teknikal
rebound ekonomi China setelah melalui masa transisi kepemimpinan baru.
Isu Kunci Pasar Emas
- Bailout Eropa dan Prosesnya yang panjang; QE3: Beberapa hal sudah berbeda pada bulan ini. Fleksibilitas program pembelian aset yang terbuka (QE3) dan intervensi verbal yang lebih tegas seharusnya dapat mengurangi namun tidak benar-benar menghilangkan reaksi panik jual market pada setiap data fundamental. Program OMT ECB pada fase ini telah mengurangi resiko substansial perpecahan zona Euro sehingga bisa menunda skenario keluarnya Yunani meski masih ada peluang pemilu ulang yang cukup dini di negara itu. Posisi fiskal Spanyol masih tetap genting, dan kerangka kerja OMT belum teruji dalam praktiknya. Maka dengan sebagian besar berita positif sudah terdiskon, justru reaksi pasar terhadap data ekonomi atau berita negatif lain yang benar-benar baru justru bisa lebih tajam pengaruhnya dan lebih dramatis.
- Pertumbuhan AS & Negara Maju Yang Lemah: Problem ini justru merupakan isu yang paling mencemaskan, dan kami melihat program QE3 The Fed ataupun OMT dari ECB dapat menghapus skenario ini. Isu fiskal yakni tambahan penghematan anggaran di zona Euro serta bahaya jurang fiskal di AS memiliki potensi yang jauh lebih besar untuk memberikan malapetaka di pasar keuangan & menyebabkan arus hedging pada safe haven Emas berpeluang meningkat akibat depresiasi mata uang yang disebabkan oleh kejatuhan pertumbuhaan riil di bawah potensi rata-rata nya untuk jangka waktu yang lebih lama. Pada saat bersamaan, ekspansi neraca bank sentral dan perbedaan laju pertumbuhan di tiap negara maju akan menjadi pondasi kuat untuk perdagangan berdasarkan value relative.
- Hard vs Soft Landing China: Hard landing merupakan kiasan perlambatan ekonomi yang tajam dibanding soft landing di China. Perlambatan pertumbuhan China pada 2013 akan berimbas pada komoditas dan aset- aset yang berkaitan dengan komoditas, di mana terdapat gejala yang kronis dalam beberapa bulan terakhir. Sebuah sudut pandang baru yang memiliki potensi untuk mempengaruhi hedging ke Emas adalah konflik politik China-Jepang. Ini bisa menjadi lebih rumit lagi menyusul perubahan rezim kepemimpinan China pada bulan November serta pemilu umum di Jepang dalam enam bulan ke depan.