Pemerintahan
baru Ukraina yang akan datang diyakini merepresentasikan aspirasi warga
yang ingin negaranya lebih berkiblat pada Uni Eropa dan bukan ke Rusia
lagi. Namun sumber dekat (kandidat) presiden Petro Poroshenko mengatakan
calonnya belum menyetujui kerangka kesepakatan antara pihak Ukraina dan
Uni Eropa. Walau begitu, Poroshenko sudah memberi sinyal untuk
mendekati Uni Eropa jika dirinya siap berbicara. Spekulasi menyebut
mantan pebisnis coklat itu sedang menimang efek dari kebijakannya nanti.
Poroshenko tidak ingin kalau kedaulatan negaranya dipertaruhkan jika
terlalu bergantung pada Uni Eropa. Di sisi lain, pemerintah Rusia juga
menebar ancaman berupa sanksi ekonomi apabila Ukraina benar-benar
meneken kerjasama bilateral dengan otoritas benua biru. Menurut hasil
perhitungan awal, Poroshenko memang hampir pasti menduduki kursi
presiden dengan perolehan 57% suara pemilih.
Uni
Eropa sendiri sudah mempersiapkan detail perjanjian kerjasama untuk
ditandatangani oleh pemerintah Ukraina yang baru. Hal ini sudah dibahas
pada pertemuan antara Petro Poroshenko, Presiden Komisi Eropa (José
Manuel Barroso) dan Kepala Dewan Eropa (Herman Van Rompuy) Senin
kemarin. Baik Komisi Eropa maupun Dewan Eropa sudah menerima permohonan
calon presiden terpilih perihal tenggat waktu sebelum kerjasama antara
dua pihak ditandatangani. Namun Poroshenko menolak untuk memberikan
kepastian, kapan ia akan meneken seluruh dokumen kerjasama.
Pihak Uni Eropa sendiri optimis kalau poin kerjasama bilateral dengan pihak Ukraina akan disepakati pada 27 Juni
mendatang, berbarengan dengan waktu penandatanganan kerjasama serupa
antara Uni Eropa dengan Georgia dan Moldova. Seorang diplomat yang
diwawancarai Dow Jones Newswires berpendapat bahwa segala sesuatunya
bisa berubah sebelum kedua pihak meneken perjanjian. "Hal ini akan
menjadi misteri dalam beberapa pekan ke depan," ujar sumber tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar