Iran mengancam memblokade Selat Hormuz, wilayah perairan yang menjadi jalur utama lalu lintas minyak dunia. Seruan itu merupakan respon dari sanksi dan embargo ekonomi yang tengah dipersiapkan negara barat terhadap negara pengembang sumber daya nuklir ini. Jutaan barel minyak disalurkan ke luar Teluk Persia melalui kapal-kapal tanker ukuran raksasa. Jika ancaman Ahmadinejad terbukti, maka harga minyak mentah bisa meroket dari level saat ini yang sudah di atas $100 per barel.
Harga minyak bisa saja menembus $150 dalam waktu dekat, bahkan naik sampai 80% dan menyentuh $200 jika kondisi politik memburuk. "Mudah sekali bagi Iran untuk menutup Hormuz sewaktu-waktu," ujar Michael Wittner, Analis Societe Generale. Ahmadinejad tinggal mengeluarkan komando, dan ribuan tentara bisa langsung menutup selat dengan kapal perang, misil maupun ranjau. Meski demikian, Wittner meyakini Iran tidak akan mampu memblokade wilayah itu selama lebih dari 2 pekan, mengingat Teheran juga harus mempertimbangkan reaksi AS.
Analis pasar umumnya memperkirakan agresi militer tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Kemungkinan terbesar adalah embargo Uni Eropa dan AS terhadap Iran. Kedua otoritas politik negara barat biasanya akan menekan negara lain untuk melakukan isolasi serupa terhadap Iran. Jika situasi seperti ini benar-benar terjadi, harga minyak sudah bisa merangsek ke $125 dan $150 per barel. Pada hari Senin lalu, varian brent sudah terpantau di $112.
"Embargo Uni Eropa sangat mungkin terjadi, ketika saat itu tiba Kami akan langsung mengubah pryeksi harga," ujar Wittner. Traders melihat aksi eropa dan respon Iran sebagai sentimen terpenting dalam pergerakan harga tahun ini. "Pada saat seperti ini, kenaikan brent sebesar $25 per barel sangat mudah terpicu," ujar David Greenberg, Mantan Anggota Dewan NYMEX. Jadi, segala sesuatunya sangat tergantung pada kebijakan politik Iran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar