Beberapa analis membaca gejala ekonomi kali ini sebagai sebuah kemunduran. Limpahan berbagai sentimen negatif bisa merusak iklim bisnis dan investasi yang baru saja terbangun pasca krisis Lehman 3 tahun silam.
1. Sam Ginzburg, Kepala Pasar Modal, First New York
"Jika Senin ini tidak ada kabar buruk dari Yunani, maka saham Amerika Serikat (AS) bisa rally."
Investor melepas saham hari Jumat lalu karena kabar ketidakmampuan bayar hutang Yunani. Pekan ini pelaku pasar akan mencari konfirmasi dari rumor tersebut. Sikap Uni Eropa (EU), Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Sentral Eropa (ECB) bisa menjadi petunjuk apakah Athena sudah melakukan tugasnya dengan baik. Situasi pasar saat ini bias, antara membaik atau justru tambah buruk. Faktor psikologis dan ekonomi makro adalah yang terpenting, jauh lebih penting dibanding kinerja perusahaan manapun.
2. Carl Weinberg, Kepala Ekonom High Frequency Economics
"Bank Jerman tidak aman, meski dikenal besar dan berdiri di dalam negara dengan stabilitas ekonomi."
Kecemasan krisis hutang merembet hingga ke lini perbankan. Beredar ketakutan bahwa situasi saat ini adalah awal dari permasalahan kredit, seperti yang terjadi pada 2008 silam. Perusahaan mapan seperti Deutsche Bank tidak kebal dari guncangan, setidaknya jika krisis Eropa benar-benar tambah kronis. Sudah tampak gejala kecil dari Eropa, yakni kesulitan perbankan memperoleh pinjaman dollar jangka pendek. Namun indikator kerusakan sistem perbankan masih cukup belum menyala. Kegagalan 8 bank dalam uji stress tidak cukup mewakili apa yang sesungguhnya terjadi di dalam sistem.
3. Brian Dolan, Analis Forex.com
"Pasar terombang-ambing dan tidak jelas mengarah ke mana."
Kombinasi antara default Yunani dan pengunduran diri Juergen Stark sudah membius pasar. Pasar kemungkinan bisa pulih dalam hitungan hari. Tetapi selanjutnya kondisi akan tetap dibayangi kekhawatiran. Kepergian Stark menunjukkan bahwa otoritas sudah tidak solid dalam upaya penyelesaian krisis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar