Rabu, 30 Maret 2011

Sektor Perumahan AS Bagai Bom Waktu

Sektor hunian Amerika Serikat (AS) masih belum menemukan momentum kebangkitan. Pasca krisis mortgage, nilai rumah tak kunjung menghampiri level ideal. Harga rumah bulan Januari bahkan anjlok untuk bulan ke-6 secara beruntun, mengindikasikan double-dip.

Indeks harga rumah versi S&P/Case-Shiller turun 3,1% (YoY), merapat ke level terndah yang dicapai pada April 2009. Sebelumnya, salah satu parameter perumahan juga dirilis negatif. Penjualan existing homes turun nyaris 10% pada bulan Februari, sedangkan penjualan rumah baru sudah menyentuh rekor terendah.

Dari 20 wilayah yang diteliti, hanya Washington dan San Diego yang mencetak kenaikan harga rumah, masing-masing 3,6% dan 0,1%. Sementara harga di Phoenix, Detroit dan Minneapolis anjlok dalam (9,1% - 8,1% dan 7,6%).

Beberapa pengamat ekonomi AS memperlihatkan pesimisme akan adanya prospek pemulihan. Berikut ini adalah pandangan analis yang dilansir dari CNN serta berbagai sumber:

1. David M. Blitzer, S&P

"Januari sangat buruk, tidak ada harapan dalam waktu dekat."

Blitzer melihat resesi sektor perumahan belum berakhir. Tidak ada satu pun statistik saat ini yang bisa memicu optimisme. Ketakutan terbesar cuma satu, yakni resesi double dip jilid baru.

2. Pat Newport, Analis Perumahan IHS Global Insight

"Begitu banyak rumah di luar sana, itulah mengapa harga jadi turun."

Newport melihat banyaknya stok hunian membuat harga sangat rendah. Meski demikian, konsumen masih sangat selektif dalam membeli tempat tinggal. Penurunan akan terus berlanjut sepanjang tahun ini, sehingga double dip hanya tinggal hitungan bulan.

3. Anthony Sanders, Direktur Kewirausahaan Real Estat, Universitas George Mason

"Jika suku bunga naik, maka itu bisa jadi awal dari double dip."

Harga rumah sudah jatuh di tengah suku bunga ekstra rendah. Seharusnya biaya bulanan konsumen jadi lebih efisien karena hal itu. Apabila the Fed benar menaikkan suku bunga, entah bagaimana daya beli warga nantinya.

Tidak ada komentar: