Tidak
ada yang menyangka bahwa Siprus akan mengalami musibah seperti yang
dialami oleh negara tetangganya, Yunani. Demi mendapat suntikan dana
talangan senilai 10 miliar Euro, pemerintah pusat harus menerima
persyaratan sadis. Masyarakat yang mempunyai simpanan uang dalam jumlah
besar di bank
nasional kini harus merelakan dananya terpotong untuk memenuhi skema
yang ditetapkan oleh pihak kreditur internasional. Lebih buruk lagi,
kerusakan sistem finansial dipastikan segera menjalar ke lini
perekonomian lainnya sehingga rentan menimbulkan penderitaan baru bagi
warga.
Bank-bank
'pesakitan' yang dalam kenyataannya tidak memiliki rapor keuangan
prima, cepat atau lambat harus melakukan efisiensi ekstrim. Di antaranya
dengan mengurangi jumlah tenaga kerja hingga separuh angka normal.
Stagnasi di pasar kredit perbankan makin menyumbat roda ekonomi dan
memicu resesi berkepanjangan. Tidak heran jika aksi massa merebak di
pusat ibukota dalam beberapa hari terakhir dengan agenda utama memprotes
sikap pemerintah yang tunduk pada aturan Uni Eropa.
Sebagian
besar bank akan dibuka kembali pada hari Selasa setelah tutup selama 10
hari terakhir. Hanya Popular Bank dan Bank of Cyprus yang dipastikan
tetap tutup untuk dua hari ke depan karena pihak otoritas sedang memulai
restrukturisasi kebijakan. Konsolidasi antara bank dan pemerintah
diperlukan supaya tidak ada aksi penarikan dana besar-besaran oleh
nasabah, khususnya yang memiliki jumlah deposit kecil. Sementara dana
simpanan di atas 100 ribu Euro sudah dibekukan seluruhnya di Popular
Bank dan Bank of Cyprus sebagai objek dari klausul pajak yang ditetapkan
oleh Uni Eropa.
"Saya
tidak senang sama sekali dengan kesepakatan ini, tapi kita tidak punya
pilihan," kilah Menteri Luar Negeri Ioannis Kasoulides. Pemerintah
pasrah komponen fiskalnya diacak-acak oleh lembaga internasional demi
pencapaian rasio hutang
terhadap GDP nasional di bawah 100% di tahun 2020. Pihak nasabah dan
deposan yang meyimpan uang banyak di bank-bank Siprus juga harus rela
uangnya dipotong sampai 40% untuk membayar 'dosa' pelaku perbankan dan
pemerintahnya. Kasus Siprus sedikit banyak hampir identik dengan apa
yang dialami oleh Yunani tahun lalu. Untuk memuluskan tahapan
bailout-nya, pemerintah Yunani dan Troika sepakat untuk memangkas nilai
investasi pemilik modal pada aset keuangan Yunani. Kalau investor surat
hutang Yunani kehilangan nilai asetnya dalam obligasi, maka klausul yang
diterima Siprus jauh lebih buruk. Nasabah yang bahkan hanya sekedar
menyimpan uang untuk dana pensiun juga dipaksa menerima kerugian cukup
besar.
Lebih
dari itu, Uni Eropa juga menaikkan pajak penghasilan modal dan laba
bisnis dari setiap aktivitas ekonomi di Siprus. Klausul lainnya adalah
pemberlakuan reformasi struktural, privatisasi aset negara dan
menciutkan skala industri perbankan hingga sesuai aturan Uni Eropa
hingga tahun 2018. "Dari sini bisa disimpulkan bahwa krisis finansial akan membuat masa depan warga Siprus jadi lebih berat lagi," ujar Olli Rehn, Pejabat Tinggi Uni Eropa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar