Ekspor bulan Juli hanya tumbuh 1% atau
jauh di bawah perkiraan 8,6% yang dikemukakan analis. Buruknya kinerja
ekspor hanya makin memastikan bahwa sektor industri negara ini sudah
terkena pengaruh krisis kawasan. Beijing kini ditekan untuk menciptakan
formula stimulus baru guna mempercepat laju ekonomi. Investor mulai
berani bertaruh bahwa pemerintah akan turun tangan sebelum bulan
September, atau selambatnya dalam satu pekan ke depan. Bahkan bukan
tidak mungkin kebijakan baru dirilis akhir pekan besok, sebagaimana
lazim dilakukan otoritas.
Selain memperlonggar kebijakan, Beijing juga sebaiknya merancang aturan Fiskal
untuk membantu konsumsi rumah tangga dan sektor ekspor. Kebijakan
sepanjang tahun ini dinilai gagal mengimbangi pengaruh negatif yang
menerpa ekonomi dalam negeri. Minimnya kenaikan volume impor juga
memperlihatkan bahwa stimulus terdahulu tidak mampu mendongkrak daya
beli konsumen.
Jika berkaca pada pengalaman terdahulu,
pemerintah masih bisa berbuat lebih untuk menggenjot ekonomi. Pada
2008-2009, China mengumumkan dana belanja $586 miliar atau 14% dari
total GDP untuk menyelamatkan diri dari krisis global. Kondisi saat ini
memang belum mencapai taraf seperti yang terjadi 4 tahun lalu, akan
tetapi pemerintah diharapkan tidak coba-coba menguji efektivitas
program. Pelonggaran moneter dalam skala lebih besar adalah suatu hal
yang wajib dan tidak bisa ditawar lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar