Terlepas dari apapun hasil yang diraih dari pengetatan China, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa negeri tirai bambu pada akhirnya akan terjebak dalam resesi. Pandangan tersebut dilontarkan oleh Bill Smead, Chief Investment Officer Smead Capital Management. "Perekonomian China akan berkontraksi dalam dua hingga tiga tahun mendatang," tuturnya kepada CNBC. China sedang berada dalam situasi tidak menguntungkan karena dipaksa menjinakkan inflasi. Di lain pihak, pengetatan sama saja dengan menekan lini kredit.
"Hal itu sama saja dengan mengikis kekuatan ekonomi," ujar Smead antusias. Kenaikan suku bunga sedikit demi sedikit tidak akan menghilangkan masalah. China sendiri baru menaikkan suku bunga sebanyak 25 basis poin pada Rabu malam (06/07). Keputusan itu diambil setelah pemerintah melihat indeks harga konsumen (CPI) bulan Juni, yang akan dirilis pekan depan, bisa naik ke level tertinggi 3-tahun sebesar 6,3%. Adapun angka CPI bulan Mei adalah 5,5%.
Smead memandang penyesuaian suku bunga memang langkah terbaik sejauh ini. Terutama untuk menjaga supaya perekonomian tidak terpuruk drastis. Salah satu bahaya yang harus ditangani secara cepat adalah pembengkakan hutang pemerintah daerah. Moody's pekan ini menyebut bahwa total hutang sesungguhnya adalah $540 miliar lebih besar dibanding hasil temuan auditor pusat. Rasio hutang buruk bahkan bisa mencapai 8-10% dari seluruh pinjaman. Kebanyakan dana digunakan untuk proyek pengembangan wilayah, seperti perumahan. Layaknya bom waktu, masalah hutang domestik biasanya baru disadari setelah proyek-proyek itu selesai. Dampaknya adalah ketika pembeli menjadi pihak yang dikenakan beban hutang tersebut. Harga rumah bisa naik hingga beberapa kali lipat di atas pendapatan warga sehingga rentan memicu resesi baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar