Data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) mungkin adalah indikator terpenting bagi pelaku pasar keuangan global. Bagaimana tidak, angka pengangguran setiap bulannya bisa mencerminkan laju pemulihan negeri Paman Sam pasca krisis ekonomi tiga tahun lalu. Pekan ini, analis berharap cemas menyambut rangkaian data tersebut. Situasi kian kritis mengingat kondisi politik Timur Tengah dan Afrika sedang memburuk, sehingga investor butuh suntikan motivasi baru untuk sedikit lebih optimis. Apabila laporan tenaga kerja tidak kunjung positif, maka keadaan sulit diprediksi. Berikut ini adalah pandangan beberapa ekonom dan analis Wall Street dalam menyikapi pentingnya salah satu alarm ekonomi AS tersebut.
1. Paul Zemsky, Head of Asser Alocation ING
"Pasar tidak memiliki kesabaran lebih untuk menghadapi hasil negatif pada data tenaga kerja terbaru."
Investor membutuhkan kenaikan riil pada perluasan tenaga kerja dan bukan hanya perbaikan indikator sesaat. Sayangnya, faktor musim dan perlambatan industri belum mendukung ekspansi lebih lanjut.
2. Marc Pado, Chief Market Cantor Fitzgerald
"Sektor manufaktur harus tumbuh untuk memimpin AS keluar dari resesi."
3. Paul Asworth, Chief U.S Economist di Capital Economics, Toronto
"Pada periode pemulihan terdahulu, AS mencatat pertambahan tenaga kerja."
Situasi terkini justru mengecewakan. Data tenaga kerja gagal melanjutkan ekspansi yang terjadi tahun lalu.
4. Edmund Phelps, Penerima Nobel Ekonomi 2006 dan Pakar dari Universitas Columbia NY
"Perusahaan belum mampu membuka lapangan kerja dengan upah memadai seperti sebelumnya."
Salah satu contoh nyata adalah sektor kesehatan. Daya serap akan dokter dan perawat cenderung menurun. Institusi kesehatan hanya mampu membayar tenaga kerja pada level asisten, terapis dan ahli gigi. Rumah sakit tidak memiliki kemampuan membayar ahli kesehatan dengan kapabilitas tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar