Lesunya roda ekonomi Amerika Serikat (AS) telah membawa efek buruk bagi pasar tenaga kerja di beberapa kota besar. Masalah daya serap sumber daya manusia kian berlarut sehingga level pengangguran ideal di AS kini tidak lagi berada pada level 5%. Rasio tersebut tampaknya tidak lagi realistis jika mengacu pada keseimbangan ekonomi global.
Berdasarkan sebuah rilis Federal Reserve Bank San Francisco, level pengangguran normal AS sekarang berkisar 6,7%. Laporan tersebut keluar di tengah perdebatan mengenai seberapa besar angka ideal bagi jumlah pengangguran di negara adidaya. Sepanjang 21 bulan terakhir, tingkat pengangguran enggan beranjak dari 9% dan belum akan surut dalam beberapa tahun mendatang. Tidak hanya para ekonom dan analis, Kepala the Fed Bernanke juga mengamini proyeksi suram ini.
Jika memang demikian adanya, apakah tingginya angka pengangguran bersifat permanen? Atau hanya sesaat hingga pemulihan benar-benar tercapai?
1. John Williams, Executive VP the Fed San Francisco
"Angka pengangguran tinggi karena kemampuan pekerja dan kualitas yang dicari perusahaan tidak cocok."
Sebanyak 44% penganggur masih belum mendapat kerja selama lebih dari 6 bulan terakhir. Skill mereka bahkan makin tidak terasah sehingga pencarian kerja kian sulit saja. Banyak warga juga masih terlilit tanggungan rumah, oleh karena itu sulit bagi penduduk daerah tertentu untuk pindah ke wilayah industri dengan lapangan kerja melimpah.
2. Justin Weidner, Research Associate the Fed
"Pemerintah bisa mengurangi insentif bagi pengangguran agar warga non-pekerja tergerak untuk menerima pekerjaan yang ada terlebih dahulu."
Tunjangan jobless benefits berpotensi menghilangkan agresifitas pencarian kerja warga. Apabila tunjangan dikurangi, maka tekanan bagi penganggur akan semakin besar. Dengan demikian, mereka dapat meminimalisasi keinginan untuk mencari kerja yang hanya sesuai dengan skill masing-masing.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar