Senin, 17 Januari 2011

Good Point

EUR

Euro Tertekan, Spekulasi Krisis Memburuk

Euro melemah terhadap USD setelah mencatat gain dalam lima hari. Pelemahan terjadi akibat kekhawatiran terhadap krisis utang. Krisis ini dikhawatirkan semakin memburuk terkiat pertemuan menkeu Eropa hari ini untuk mencari solusi. Mata uang tunggal jatuh terhadap 14 dari 16 mata uang utama setelah Gubernur Bank Jepang Masaaki Shirakawa mengatakan pasar finansial Eropa masih belum stabil karena masalah utang. Joseph Capurso, strategist currency di Sydney di Commonwealth  Bank of Australia, perbankan nasional terbesar mengatakan bahwa masalah utang belum berbalu. Menkeu sepertinya tidak akan mengambil langkah besar pada fasiliatas keuangan mereka, ujarnya. Kondisi ini mendorong investor tetap dengan posisi jual euro. Euro melemah ke  level $1.3339 dari level $1.3388 di sesi New York pada 14 Jan. Euro sempat menguat ke level $1.3457, level tertinggi sejak 14 Des.

EMAS

Minggu ini, reli emas bisa berlanjut karena permintaan dari China

Minggu ini, harga emas masih berpotensi menguat. Para analis dan pedagang emas yang disurvei Bloomberg memprediksi naiknya permintaan dari China akan mengangkat laju emas. Hari ini, harga emas untuk pengiriman Februari 2011 di Pasar COMEX-AS melemah 0,71% dari posisi penutupan kemarin, menuju level US$ 1.377,1/troy ounce, hingga pukul 13.00 WIB. Namun, jika dibanding minggu lalu lalu, di mana emas turun ke level US$ 1.368,9/troy ounce, sampai saat ini harganya sudah menguat 0,60%. Sebagian investor membeli emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi China yang mencapai level tercepat dalam dua tahun terakhir. Direktur eksekutif broker Gold Core Ltd, Mark O'Byrne menyebut, fundamental emas masih kuat, dengan kuatnya permintaan fisik, khususnya dari China. "Dari sisi teknikal, tren emas tetap bullish," ujarnya.

MINYAK

Indikator ritel dan industri AS topang minyak di atas level US$ 91 sebarel

Kenaikan angka penjualan ritel dan produksi industri AS bulan lalu menopang pergerakan harga minyak hari ini. Data ritel dan manufaktur itu mengindikasikan permintaan bahan bakar di negara pengonsumsi minyak mentah terbesar di dunia itu kemungkinan akan meningkat. Hingga pukul 10.18 a.m. waktu New York, harga minyak WTI untuk kontrak pengiriman Februari di Pasar NYMEX-AS bertengger di level US$ 91,62 per barel. Akhir pekan lalu (14/1), harga minyak ditutup di US$ 91,54 sebarel. Selama sepekan terakhir, harga minyak sudah melaju sekitar 4%. Sentimen positif di pasar minyak menguat setelah Departemen Perdagangan AS merilis angka penjualan ritel selama Desember naik 0,6%. Angka ini merupakan peningkatan tahunan terbesar lebih dari satu dekade. Sementara, produksi pabrik juga meningkat 0,8%, yang tertinggi dalam lima bulan. 

Tidak ada komentar: