Selasa, 21 Desember 2010

market review

Menjelang akhir tahun 2010, kinerja dua bursa saham utama Asia mengendur dan kehilangan tenaga.
Indeks Nikkei, Jepang, nyaris tak banyak berubah pekan lalu. Setelah mencetak gain 12% sejak awal
November, indeks sepertinya kehilangan gairah pasca investor melakukan konsolidasi posisi. Indeks
Hang Seng bahkan harus tumbang dua pekan secara beruntun karena investor terus membukukan
gain. Pelaku pasar tampak menghindari masuk posisi besar menyambut akhir tahun. Tercatat hanya
KOSPI yang tampil beda, indeks Korea meraih titik tertinggi baru dalam 37 bulan terakhir. Saham
perbankan dan data positif Amerika Serikat (AS) berhasil mendorong indeks melambung ke puncak.
Sementara itu di Wall Street, saham-saham AS mendekati level tinggi multi-tahun karena trader dan
investor menguji seberapa jauh indeks mampu naik sebelum diterjang profit taking. Sebenarnya,
pelaku pasar sudah gugup saat S&P 500 rally sampai 5% sepanjang bulan ini.

Beralih ke pasar forex, Euro jatuh di hadapan USD setelah Moody's memangkas rating kredit Irlandia
sebanyak 5 tingkat. Rilis data solid Ifo Jerman seolah tak berarti lagi untuk Euro. Downgrade dari
Moody's ini makin meneguhkan betapa buruknya situasi hutang di wilayah Eropa. Prospek Euro
bahkan tidak lagi dianggap memiliki sisi positif sampai akhir tahun. Adapun Sterling tumbang ke level
rendah 3-bulan setelah Lloyds Banking Group memperingatkan penurunan nilai lebih dalam pada aset
berbasis Irlandia. Indikasi tersebut menambah potensi kerugian Inggris.

Performa terbalik terpapar di pasar komoditi saat emas rebound menuju titik puncaknya. Beberapa
investor memburu logam kuning ini sebagai safe haven setelah Moody's mengumumkan downgrade
Irlandia. Minyak mentah juga bergerak beriringan dengan emas. Optimisme terhadap pemulihan
ekonomi meluap setelah pasar berkaca pada indikator ekonomi dan lolosnya Undang-Undang
pemotongan pajak di AS. Langkah AS dianggap mendukung pasar energi global.

Outlook Pekan Ini: December 20-24, 2010

Krisis hutang zona euro masih menjadi cerita yang tanpa akhir. Cerita ini terus memunculkan
sentimen negatif di kalangan investor sehingga instrumen yang berkaitan dengan euro dan sekitarnya
akan terus mengalami tekanan.

Ketegangan di semenanjung Korea juga belum usai. Aksi unjuk gigi Korea Selatan dan sikap
provokatif Korea Utara menyebabkan perdamaian dua Korea ini masih jauh dari harapan. Senin ini
terlihat indeks regional seperti KOSPI, Hangseng, Nikkei dan Shanghai dibuka melemah. Belum lagi
ditambah dengan isu kenaikan suku bunga China yang masih deras. Ini akan kian membuat indeks
regional terkulai lemah.

Pekan ini ada beberapa pasar yang tutup menjelang Hari Natal yaitu Jepang (23/12), Jerman, Italia
dan AS (24/12). Meskipun demikian masih banyak data ekonomi penting yang akan dirilis seperti
keputusan suku bunga Jepang (21/12), Notulen rapat MPC Australia dan Inggris (21/12 dan 22/12),
data perumahan AS (22/12 dan 23/12).

Pasar pun mungkin akan dibayangi oleh aksi-aksi profit taking sehingga menambah besar volatilitas
pasar menjelang libur panjang akhir pekan ini.

Emas belakangan terus melorot hingga ke level 1361.15. Berita-berita negatif seputar Eropa
seharusnya dapat mengangkat nilai emas, namun penguatan dollar AS beberapa minggu terakhir
meredam kenaikan tersebut. Pekan ini, emas diperkirakan masih sulit kembali naik selain faktor
penguatan dollar juga adanya aksi profit taking yang kian gencar.

Faktor penguatan dollar AS juga akan menghambat kenaikan minyak mentah. Saat ini minyak mentah
diperdagangkan di kisaran 86.80-89.50. Tembus level bawah, minyak dapat terkoreksi ke area 61.8%
Fibonacci retracement antara 80.05 dan 90.74 di 84.20.

Tidak ada komentar: