
Peran mata uang Amerika Serikat (AS) sebagai valuta devisa kian dipertanyakan. Berbagai alasan moneter, makroekonomi maupun politik membuat reputasi USD meragukan.
Adalah mata uang China yang digadang paling ideal untuk menggantikan posisi USD sebagai reserve currency utama. Laju perekonomian dan stabilitas moneter membuat
yuan berpotensi jadi satuan tukar yang layak mengisi brankas bank sentral global. Beijing sudah mengajukan proposal penetapan yuan sebagai valuta devisa baru via Dana Moneter Internasional (IMF). Pemerintah menginginkan supaya posisi dan hak yuan setara dengan mata uang lain dalam daftar reserve currency. Lebih lanjut, otoritas menghendaki mata uang China disahkan sebagai alat pembayaran bilateral.
Meski berpotensi menggusur dollar dari posisi reserve currency utama, ada beberapa kriteria yang harus dimiliki China. Menurut Anders Aslund, rekanan senior di Peterson Institute for International Economics, yuan harus memenuhi beberapa persyaratan untuk menantang dollar. Di antaranya adalah:
1. Stabilitas inflasi dan perekonomian negara.
2. Tingkat perekonomian besar.
3. Sumber daya finansial, termasuk kapitalisasi pasar yang besar (total nilai instrumen hutang yang diterbitkan dalam wilayahnya sendiri). Sistem perbankan yang bebas dari intervensi politik juga menjadi tolok ukur.
4. Kerangka aturan dan hukum yang mumpuni.
5. Jaringan luar negeri, terutama berkaitan dengan penggunaan mata uang suatu negara di luar negeri. Misalnya pemakaian yuan sebagai harga, tanda bayar atau transaksi apapun di luar China.
Dan China memiliki itu semua. Kapasitas yuan untuk dijadikan valuta devisa juga diakui oleh Barry Eichengreen, Profesor Ekonomi dan Sains Politik di George C. Pardee and Helen N. Pardee, University of California, Berkeley. Dalam analisanya, Eichengreen melihat renminbi layak menjadi cadangan devisa, baik regional maupun subsider. Lebih jauh, yuan bahkan bisa dinobatkan sebagai valuta tukar paling dominan. "Namun tidak dalam waktu yang bisa diperkirakan," ujarnya.
Eichengreen memaparkan asumsi simpel dalam menyikapi gerak-gerik pemerintah China. Yuan bisa mendominasi dollar karena ekonomi politik Amerika tidak sekuat dulu. Sementara euro masih berupaya memperluas pasar, terutama di dalam kawasan Eropa sendiri.Sedangkan China terus menggalakkan ekonomi bisnis di tengah krisis antar kawasan. Namun kembali lagi, ada banyak faktor 'tidak terlihat' yang membuat dollar sulit tergeser dari posisi cadangan devisa utama. Walau yuan punya potensi, tapi peran reserve currency jauh panggang dari api.