Jumat, 14 Oktober 2011

G20: Dari Paris ke Cannes


G20: Dari Paris ke Cannes Delegasi keuangan dan kepala bank sentral Eropa hari Jumat (14/10) berkumpul di Paris. Perwakilan dari 20 negara perekonomian terbesar dunia bertugas menentukan topik dan pokok pembahasan dalam forum G20 di Cannes. Agenda utama masih mengacu pada kemunduran ekonomi di berbagai penjuru dunia. Dari semua komponen pembahasan, krisis hutang Eropa sejatinya mendapat porsi berbeda.
Pertemuan awal sebelum event akbar G20 kali ini terbilang penting, karena forum G20 hanya bisa disebut sukses jika seluruh elemen mampu menghasilkan solusi terbaik bagi zona euro. Masalah hutang Yunani sudah mengguncang sistem finansial kawasan sejak Juli lalu. Harga saham global sudah jatuh 17% dari level tertinggi yang dicapai Mei 2011 silam. Forum ini dipandang sebagai wadah yang tepat bagi seluruh petinggi Eropa untuk bicara blak-blakan, tentang apa yang mereka inginkan, dan bagaimana penerapannya. Apalagi G20 juga akan dihadiri oleh delegasi non-Uni Eropa, yang sangat berkepentingan dengan pemulihan situasi kawasan.
"Pertemuan antara petinggi keuangan Eropa kali ini adalah tahap penting sebelum G20 di Cannes," ujar delegasi dari Kanada, Jim Flaherty. Sementara menkeu Jepang, Jun Azumi, berniat untuk mendorong mitranya di Eropa guna menopang kinerja perbankan terleih dahulu.
Pelaku ekonomi dunia akan melihat sejauh mana Prancis dan Jerman mampu menerjemahkan strategi jitu rekapitalisasi perbankan. Di samping itu, kedua negara juga memiliki pendapat berbeda soal penerbitan obligasi bersama zona euro. Dari seluruh agenda tersebut, pembahasan tentang pemakaian dana Fasilitas Stabilitas Keuangan Eropa (EFSF) mengambil porsi urgensi terbesar. Di dalamnya mencakup penentuan jangka waktu untuk berkoordinasi antar negara kreditur, komitmen kebijakan pemerintah masing-masing negara serta aturan tegas menyangkut disiplin anggaran.
Oleh karena itu, pelaku pasar wajib memantau hasil pertemuan awal dari para pejabat keuangan Eropa hari ini. Mengingat apapun konklusi dari para delegasi, maka itu akan menjadi cetak biru dari substansi pertemuan G20 di Cannes.

Lembaga Rating Mengincar Bank Besar


Lembaga Rating Mengincar Bank Besar Prospek kinerja lini perbankan, khususnya di Eropa dan Amerika Serikat (AS), kian memburuk setiap waktu. Kualitas bisnis bank-bank mulai mendapat penilaian buruk di mata lembaga pemeringkat obligasi, termasuk Fitch ratings.
Fitch adalah salah satu agensi yang agresif memangkas kualitas instrumen hutang lembaga perbankan negara maju. Nama-nama besar seperti Lloyds Banking Group Plc, Royal Bank of Scotland (RBS) dan UBS AG baru saja merasakan pahitnya vonis downgrade Fitch, sebesar 1 hingga 2 notch.
Potret suram bisnis perbankan di Eropa menjadi alasan utama pemangkasan oleh beberapa agensi besar. Kredibilitas bank-bank mapan mulai diragukan sejak krisis hutang masif menerpa benua biru. Bank yang memiliki alokasi aset pada instrumen obligasi negara penghutang besar harus mengikuti stress test, yakni ujian untuk mengukur sejauh mana suatu bank bisa bertahan di tengah guncangan ekonomi kawasan. Beberapa mampu melewati tes dengan mulus, banyak pula yang terbukti kekurangan modal operasional.
Aksi Fitch juga berlaku untuk lembaga perbankan di negara adidaya, Amerika Serikat. Korporasi besar seperti Goldman Sachs dan Morgan Stanley turut mendapat rapor merah dari Fitch. Perlambatan ekohoni regional dan pengetatan regulasi di Amerika menjadi dasar dari keputusan Fitch. Kedua bank raksasa itu termasuk dalam tujuh bank yang berada dalam daftar pengawasan agensi. Sedangkan bank Eropa, Credit Agricole SA, juga diwanti-wanti mewaspadai efek hutang Eropa. Khusus bagi Bank of America, alasan risiko dari penurunan kualitas aset berbasis perumahan membuatnya harus masuk daftar hitam.
Meski demikian, langkah pemangkasan rating kredit tersebut lebih disebabkan oleh situasi global, bukan pada kemunduran performa bisnis bank bersangkutan. "Secara sistematis, Fitch menjalankan tugas dengan memantau salah satu aspek terpenting perbankan, yaitu kecukupan modal," ujar Adrian Miller, Strategis Fixed Income di Miller Tabak Robert Securities. Aktifitas sektoral bisa membaik saat perekonomian pulih sehingga bank bisa kembali mendapat peringkat seperti seharusnya.
Adapun bank-bank lain yang masuk dalam pengawasan Fitch adalah Deutsche Bank AG (DBK), Credit Suisse AG, BNP Paribas (BNP) SA, Societe Generale (GLE) SA dan Barclays Plc. (BARC). "Kemunduran ekonomi di zona euro dan pengetatan aturan perbankan menjadi tantangan baru," demikian pernyataan resmi Fitch. Lembaga ini berani memangkas rating bank-bank Inggris secera bervariasi, dari status 'A' menjadi AA- bahkan A+. Namun Fitch hanya memperkuat aksi lembaga peringkat lain, Moody's Investor Service, yang terlebih dahulu men-downgrade 12 bank Inggris. Supaya bisa lepas dari jeratan vonis lembaga pemeringkat, bank-bank tersebut harus berinisiatif memperkuat kecukupan modal masing-masing. Setidaknya sampai situasi ekonomi global dan gairah bisnis kembali mencuat ke permukaan.

Inflasi Mereda, Pengetatan China Berbuah Hasil


Inflasi Mereda, Pengetatan China Berbuah Hasil Pengetatan moneter ala pemerintah China mampu memperlambat laju pertumbuhan negara tersebut. Imbasnya, tingkat inflasi mulai mereda di bulan September lalu.
Fakta tersebut terungkap saat pemerintah merilis Indeks Harga Konsumen (CPI) hari Jumat (14/10). Inflasi China dirilis naik 6,1% dibanding tahun sebelumnya. Rasio inflasi tersebut keluar di bawah ekspektasi pengamat yang disurvei Dow Jones Newswires (+6,2%). Sementara analis Reuters memperkirakan kenaikan 6,1% pada inflasi China. Dengan demikian, CPI September lebih kondusif dibanding inflasi Agustus yang mencapai 6,2%. Secara month-on-month, CPI September naik 0,5% atau lebih tinggi dibanding kenaikan bulan Agustus silam, 0.3%.
Di samping keberhasilan langkah pengetatan, perlambatan inflasi juga dipicu oleh penurunan harga komoditi dunia. Di saat yang sama permintaan dari negara maju juga surut karena krisis ekonomi di berbagai kawasan perdagangan.
Namun pemerintah China masih harus mewaspadai kenaikan harga di masa mendatang. Level inflasi saat ini belum sesuai dengan target yang ditetapkan otoritas sebelumnya. "Arus dana masuk dan tekanan dari kenaikan gaji warga juga mengancam prospek inflasi ke depan," ujar Alistair Thornton, Analis IHS Global Insight. Pemerintah tampaknya enggan memperketat atau memperlonggar kebijakan sementara waktu, setidaknya sampai ada konfirmasi pemulihan ekonomi dari wilayah Eropa.

Emas Flat, Potensi Rebound Tetap Ada


Emas Flat, Potensi Rebound Tetap Ada Hargaemas terpantau stabil dan flat di kisaran $1665/70 di hari Jumat (14/10) setelah sebelumnya sempat terkoreksi akibat data ekonomi Cina yang mengecewakan serta melemahnya bursa saham AS.
Sementara anjloknya indeks Dow Jones dipicu oleh kecemasan sektor perbankan, sehingga menekan sentimen untuk mengurangi pembelian Emas.
Emas sendiri menurun tajam di bursa saham AS dan memimpin penurunan di sektorkomoditas setelah angka ekspor Cina muncul di bawah perkiraan, sehingga kembali memicu kecemasan terhadap melambatnya ekonomi global.
Secara umum perdagangan berlangsung sepi sepanjang pekan ini, mengindikasikan minimnya komitmen dari investor emas.
Namun demikian Mitsui Global Precious Metals menjelaskan harga emas memiliki potensi penguatan yang signifikan bila sejumlah indikator ekonomi yang buruk bermunculan dari zona euro sehingga memicu aktivitas pembelian baru dari investor yang mencari tempat lindung nilai.

Saham AS Merosot Dipicu Kekhawatiran Perbankan


Saham AS Merosot Dipicu Kekhawatiran PerbankanSahamAS melorot tajam seiring para investor masih khawatir atas potensi peminjaman antar bank yang berdampak negatif ke sektor perbankan AS, apalagi laporan sektor tenaga kerja AS masih belum begitu menggembirakan.
Terpantau sejauh ini indeks saham DJIA melemah -0.71% ke level 11,343, sementara S&P500 anjlok -0.71% diperdagangkan di level 1,189.50, dan indeks Nasdaq naik secara moderat 0.22% ke level 2,301.00.
Laporan laba JP Morgan Chase mengindikasikan penurunan tipis pada earnings Q3, disebabkan oleh operasi investment banking yang cukup lemah mulai berdampak pada profit, terpantau saham JP Morgan melorot 5% sejauh ini. Bank lainnya juga turut melemah, diantara lain Bank of America anjlok 4.6%, sementara Citigroup merosot 5.8% dan Morgan Stanley tertekan 5.6%.
Sejak awal bulan Oktober, Dow Jones melejit 5.6%, menandai kinerja bulan Oktober terbaik sejak tahun 1900, bagaimanapun kenaikan masih dinilai berlebihan oleh para investor seiring dengan banyaknya ketidakpastian kedepan.
Dari sisi ekonomi, laporan tunjangan penganggur hanya turun ke 404,000, memberikan sinyal perbaikan tenaga kerja domestik masih cukup lamban.

Perbankan Yunani Sanggup Hadapi Haircut 30%


Perbankan Yunani Sanggup Hadapi Haircut 30%PerbankanYunani masih bisa bertahan jika kehilangan (haircut) nilai obligasi pemerintah Yunani hingga 30%, namun tidak akan sanggup hadapi haircut yang lebih besar lagi, menurut petinggi perbankan Yunani yang menjadi narasumber Reuters. “Bank masih bisa hadapi haircut hingga 30%, tapi haircut 50% akan timbulkan kerugian besar dan jika ini diterapkan harus ada penyangga ekonomi yang kuat,” menurut narasumber reuters yang enggan publikasi namanya.
Petinggi zona-euro telah beritahukan Reuters bahwa perbankan akan diminta untuk lakukan penghapusbukuan atas kepemilikan obligasi pemerintah Yunani antara 30 hingga 50% demi cegah default. Petinggi kementrian keuangan Perancis utarakan penting terapkan haircut yang lebih besar dan ini mungkin akan dibahas pada pertemuan 23 Oktober mendatang. "Haircut mungkin akan lebih tinggi dari kesepakatan 21 Juli silam sebesar 21% Kami sedang diskusikan tingkat yang dapat diterima oleh pasar dan bantu Yunani benahi perekonomiannya," ujar petinggi Kementrian Keuangan Perancis yang enggan publikasi namanya.
Sementara itu, euro melemah di sesi New York. EUR/USD kini diperdagangkan 1.3730, jauhi level tinggi harian 1.3826

Kamis, 13 Oktober 2011

Koreksi EURUSD Incar Target Potensial 1.3405


Bias intraday masih bearish di jangka pendek menguji area 1.3565, sebelum mengincar area 1.3405, namun masih dibutuhkan penembusan konsisten dan closing daily dibawah area 1.3690 untuk memicu momentum bearish lebih lanjut.
Di sisi atasnya, resisten terdekat ada di area 1.3830, tembus lagi melampaui area tersebut akan membawa harga ke zona netral dijangka pendek, namun kenaikan hanya bersifat temporer selama harga masih mampu bertahan dibawah area 1.3830, bias intraday secara keseluruhan masih condong kebawah lagi.
Koreksi EURUSD Incar Target Potensial 1.3405

Sterling : Dalam Fase Kenaikan Terakhir Sebelum Terkoreksi Dalam


Bias intraday masih bullish di jangka pendek menguji area 1.5915, tembus diatas area tersebut akan membuka peluang harga mengincar area 1.5985, bagaimanapun masih dibutuhkan penembusan konsisten diatas area 1.5805 untuk memicu momentum bullish lebih lanjut.
Support terdekat ada di area 1.5645, anjlok secara konsisten dibawah area tersebut seharusnya dapat menghentikan prospek bullish sekaligus merupakan awal fase bearish mengincar target area 1.5545 sebelum menuju ke area strong support 1.5330.
GBPUSD Dalam Fase Kenaikan Terakhir Sebelum Terkoreksi Dalam

Aussie : Rentan Koreksi Dibawah 1.0015


Seperti yang dapat kita perhatikan pada grafik H1, indikator MACD telah berikan sinyal bearish mengindikasikan potensial pelemahan Aussie menguji area 1.0015, tembus lagi dibawah area tersebut seharusnya dapat menambah tekanan bearish mengincar target 0.9865 & area support kunci 0.9700.
Di sisi atasnya, resisten terdekat ada di area 1.0230, selama harga masih bertahan dibawah area tersebut, skenario intraday secara keseluruhan masih condong kebawah, kecuali jika harga berhasil tembus & closing daily diatas area 1.0230 baru bisa merubah bias teknikal menjadi bullish menguji area 1.0430. 
AUDUSD Rentan Koreksi Dibawah 1.0015

Persetujuan Slovakia Redam Pelemahan Euro

Persetujuan Slovakia Redam Pelemahan Euro  Eurokurangi pelemahan setelah parlemen Slovakia setuju untuk ratifikasi EFSF. Dalam voting ulang yang dilakukan malam ini, parlemen akhirnya berikan persetujuan untuk ekspansi wewenang EFSF demi tanggulangi krisis utang zona-euro. Ini tentunya kabar baik menjelang pertemuan Eropa 23 Oktober mendatang yang janjikan rencana komprehensif untuk selesaikan krisis yang berlarut-larut selama ini. EUR/USD kini diperdagangkan 1.3720, jauhi level rendah harian 1.3684.

QE Jilid 3 Masuk dalam Peti Es


QE Jilid 3 Masuk dalam Peti Es Spekulasi tentang peluncuran Quantitative Easing Jilid 3 mulai memudar di Amerika Serikat (AS). Pendapat dewan gubernur the Fed terbelah dalam menyikapi hal tersebut. Dalam pertemuan tadi malam, hanya dua anggota yang melihat pelonggaran kuantitatif sebagai jalan keluar dari perlambatan krisis. Sementara 3 anggota the Fed tidak menghendaki ada program baru saat ini. Dengan demikian kepastian tentang QE3 tampaknya baru bisa terlihat tahun depan.
"Kemungkinan peluncuran QE menjadi nihil, kecuali sektor tenaga kerja memburuk," ujar Dennis Gartman, pakar keuangan dan penulis ternama. Ia melihat bahwa konfirmasi program moneter terbaru hanya bisa dilihat pada 2012 mendatang. Mengingat komposisi komite bank sentral akan berubah saat itu, setelah rotasi terhadap 5 anggota komite dilakukan. QE3 bisa langsung meluncur tahun ini hanya jika rerata pengangguran tembus ke atas 10%.
"Pertemuan pertama the Fed bulan Januari depan sangat krusial," ujar Gartman. Terdapat rasa frustrasi di pasar karena bank sentral sejauh ini tidak melakukan apapun. Begitu pula dengan program 'operation twist', yangtidak memberi sentimen signifikan ke pasar.
Merebak ketakutan jika pelonggaran baru nantinya kian mempercepat kenaikan inflasi. Apalagi konsumen Amerika tengah giat memangkas pengeluaran serta kehilangan jumlah lapangan kerja. Pada situasi ekonomi riil seperti sekarang, tidak ada yang bisa menjamin QE3 bisa memperbaiki keadaan. Dua langkah QE sebelumnya bahkan belum bisa memulihkan sektor lapangan kerja dan peningkatan kinerja manufaktur.
"The Fed sendiri tidak yakin dengan efektifitas pelonggaran kuantitatif," ujar Gartman. Aliran likuiditas segar sejauh ini hanya membanjiri sektor perbankan dan berdiam diri di sana, tidak mengalir ke manapun. Tadinya QE1 dan 2 diharapkan mampu mengangkat performa lini tenaga kerja dan industri, namun hingga kuartal III efeknya hanya terasa di pasar modal.

Investor Tetap Cemaskan Italia


Investor Tetap Cemaskan ItaliaItaliaberhasil melelang obligasi seiring munculnya harapan akan penyelesaian krisis utang zona-euro. Namun, investor tetap cemaskan kondisi Italia setelah Moody’s dan Fitch turunkan peringkat kredit Italia minggu lalu. Resiko politik menambah ketidak-pastian seiring Perdana Menteri Silvio Berlusconi harus menghadapi mosi kepercayaan pada sidang parlemen Jumat.
Italia berhasil kumpulkan dana €6,19 miliar namun yield masih berada dekat level tinggi sehingga memaksa ECB untuk intervensi di pasar sekunder. Yield obligasi bertenor lima tahun berkurang menjadi 5,32% tapi masih dekat rekor 5,6%. Investor internasional sepertinya masih belum yakin untuk miliki surat utang pemerintah Italia dan ini terlihat dari masih tingginya yield.
Meski pasar nantikan pertemuan Eropa pada 23 Oktober mendatang –yang akan membahas rencana komprehensif yang telah dijanjikan Perancis dan Berlin- namun gejolak politik Italia dapat kurangi optimisme. Berlusconi mungkin akan lolos dari voting mosi kepercayaan besok, namun kemampuannya untuk bertindak cepat tentu akan berkurang akibat merebaknya perselisihan internal.
Sementara itu, euro melemah di sesi New York, EUR/USD kini diperdagangkan 1.3700 dekat level rendah harian 1.3688

CEO Deutsche Bank Kritik Rencana Barroso


CEO Deutsche Bank Kritik Rencana BarrosoCEODeutsche Bank AG, Josef Ackermann, menentang rencana Presiden Komisi Eropa, Jose Manuel Barroso, yang mengharuskan bank-bank di kawasan Uni Eropa untuk sementara meningkatkan modal mereka. Ackermann berpendapat bahwa langkah tersebut tidak akan mengatasi masalah sebenarnya dan investor swasta mungkin akan enggan menyediakan dana untuk proses rekapitalisasiseperti itu.
Dalam konferensi Deutsche Bank di Berlin hari Kamis, Ackermann juga mendesak pemerintah untuk segera memulihkan kepercayaan investor terhadap kekuatan fiskal negara, sembari menambahkan bahwa Deutsche Bank akan melakukan segala upaya untuk tidak meminta bantuan pendanaan negara.
Ackermann sendiri berencana akan menghadiri pertemuan di Brussels pekan depan bersama beberapa negara lainnya, guna menegosiasikan kembali persyaratan perjanjian yang telah disepakati pada bulan Juli lalu, dimana bank dan investor swasta setuju untuk secara sukarela menukar obligasi pemerintah Yunani yang jatuh tempo ke obligasi yang bertenor lebih lama dan menerima writedown sebesar 21%, yang akan menolong negara bermasalah untuk memangkas beban hutangnya.

Perancis Ingin EFSF Menjadi Sebuah Bank


Perancis Ingin EFSF Menjadi Sebuah BankPerancispercaya Fasilitas Stabilitas Keuangan Eropa (EFSF) harus berubah menjadi sebuah bank demi tingkatkan daya perangnya melawan krisis utang, menurut narasumber Reuters. "Kami pikir cara terbaik untuk leverage EFSF adalah mengubah formatnya menjadi bank sehingga dapat bekerja sama dengan ECB untuk selesaikan krisis utang zona-euro," menurut petinggi Kementrian Keuangan Perancis yang menjadi nara sumber Reuters. "Namun, ini masih hipotesis karena ECB telah utarakan keberatan atas proposal ini. Kami terus berdiskusi untuk cari solusi terbaik.”
Banyak analis setuju cara terefektif untuk berdayakan ESFS yang memiliki kemampuan pendanaan €440 miliar adalah dengan perlakukannya sebagai sebuah bank, sehingga memenuhi syarat untuk meminjam dana dari European Central Bank. Namun, ECB dan Jerman sangat menentang keterlibatan bank sentral lebih jauh untuk selesaikan krisis utang.
"Idenya adalah bagaimana mengupayakan agar ESFS memiliki kemampuan pendanaan hingga €2 triliun. ESFS harus miliki leverage baik melalui Eropa ataupun institusi internasional,” ujar narasumber Reuters yang enggan publikasi namanya.
Sementara itu, euro melemah di sesi New York, EUR/USD kini diperdagangkan 1.3714 dekat level rendah harian 1.3706

Revisi Stress Test Uni Eropa Tunjukkan Potensi Kegagalan 66 Bank


Revisi Stress Test Uni Eropa Tunjukkan Potensi Kegagalan 66 BankSetidaknya ada 66 bank terbesar Eorpa yang berpotensi gagal pada revisi stress test Uni Eropa dan membutuhkan penambahan modal sebesar 220 milyar Euro / $302.3 milyar.
Royal Bank of Scotland, Deutsche Bank, BNP Paribas yang diperkirakan akan membutuhkan paling banyak tambahan modal, dengan total 47 milyar Euro.
Sedangkan Societe Generale dan Barclays akan membutuhkan dana segar hingga 13 milyar Euro.
Pada Stress test yang terakhir pada tanggal 15 Juli, hanya ada 8 bank yang gagal dari 90 Bank yang diuji oleh otoritas perbankan Eropa.
Rapat pembuat kebijakan Eropa pada 23 Oktober nanti diperkirakan akan membahas maslah ini, seirign dengan krisis utang sovereign yang mulai menular pada sektor perbankan.

Fundamental AS Cenderung Membaik


Fundamental AS Cenderung Membaik  Klaimawal untuk memperoleh tunjangan pengangguran di AS turun tipis pada pekan lalu, menurut sebuah laporan pemerintah pada hari Kamis, yang mengindikasikan terjadinya sedikit perbaikan pasar tenaga kerja di awal kuartal ke-4. Pada saat yang sama, defisit neraca perdagangan AS juga bergerak menyempit, meskipun defisit perdagangan dengan China justru mengalami peningkatan tajam.
Klaim awal pengangguran AS berkurang sebanyak 1.000 menjadi 404.000 dari angka minggu sebelumnya yang direvisi naik ke 405.000, menurut laporan Departemen Tenaga Kerja hari Kamis. Hasil tersebut sedikit lebih baik dibandingkan perkiraan para ekonom dengan 405.000.
Klaim pengangguran yang bertahan di sekitar level 400.000 biasanya menandakan terjadinya beberapa perbaikan dalam pasar pekerjaan selama 3 minggu berturut-turut. Tanda-tanda membaiknya pasar tenaga kerja berpotensi mengurangi kemungkinan munculnya resesi baru, meskipun mayoritas ekonom berpendapat jika potensi resesi saat ini akan bergantung pada bagaimana langkah Eropa dalam mengatasii krisis hutang.
Secara bersamaan Departemen Perdagangan juga melaporkan bahwa defisit perdagangan AS mengalami penurunan menjadi $45,61 milyar pada bulan Agustus, yang merupakan gap terendah dalam 4 bulan terakhir. Ekspor mencatat penurunan sebanyak $95 juta menjadi $177,6 milyar seiring merosotnya penjualan mobil, mesin pesawat terbang dan perlengkapan pengeboran minyak. Sedangkan impor menunjukkan penurunan sebesar $111 juta menjadi $223,2 milyar akibat berkurangnya impor mobil, pakaian dan pesawat. 

Kecemasan Kembali Melanda Wall St


Kecemasan Kembali Melanda Wall St Saham saham di Wall Street kembali diperdagangkan pada teritori negatif setelah laporan earnings JPMorgan yang kurang memuaskan ditambah data perdagangan China yang lebih lemah dari perkiraan membuat para trader berhati-hati. Data ekonomi AS yang sedikit lebih baik dari ekspektasi jugat tak banyak merubah sentimen di pasar.
Indeks Dow Jones Industrial Average merosot lebih dari 100 poin setelah mampu mencatat kenaikan 2 hari beruntun pada sesi sebelumnya, dengan saham JPMorgan memimpin penurunan di Dow. Sementara saham McDonald berhasil memperlihatkan kinerja terbaik di antara saham-saham lainnya.
S&P 500 dan Nasdaq Composite juga bergerak melemah dengan masing-masing kehilangan 1,06% dan 0,29%. Ke-10 sektor S&P diperdagangkan melemah dengan dipimpin sektor keuangan dan bahan baku.
Laba bersih JPMorgan berkurang dibandingkan kuartal sebelumnya akibat krisis hutang Eropa yang berkepanjangan menyebabkan tertundanya beberapa kesepakatan bisnis perusahaan, menurut laporan yang dirilis hari Kamis. Saham bank-bank utama AS, termasuk Citigroup dan Morgan Stanley, juga terseret untuk diperdagangkan lebih rendah pasca laporan tersebut,.
Sementara itu, data dari China menunjukkan berkurangnya surplus neraca perdagangan untuk bulan ke-2 berturut-turut, yang kembali memicu kecemasan terhadap pertumbuhan ekonomi global.

Emas Bentuk Bullish Falling Wedge


Koreksi yang terjadi pada grafik pergerakan harga emas (chart H1) terlihat berpotensi untuk membentuk pola bullish falling wedge. Pola ini akan terkonfirmasi jika harga bergerak naik menembus resistance yang ada di 1682.97 untuk kemudian berpotensi naik menguji resistance selanjutnya di 1692.00. Di samping itu, harga emas juga terlihat berada di sekitar support 1672.88 yang merupakan level 50% Fibonacci retracement. Stochastic memberikan sinyal bullish, sehingga kemungkinan pola wedge ini terbentuk saat ini cukup besar.
Potensi pola wedge ini akan berkurang jika harga terus turun hingga keluar dari area potensi wedge (pada gambar terlihat dibatasi oleh garis putus-putus). Jika hal itu terjadi, maka peluang pergerakan bullish juga akan ikut berkurang. Waspadai tembusnya support di 1662.78 karena bisa mengubah bias jangka pendek menjadi bearish. 
Emas Bentuk Bullish Falling Wedge

Perak Bentuk Pola Triangle


Terlihat potensi terbentuknya pola triangle pada grafik 1 jam pergerakan harga perak. Pola tersebut akan terkonfirmasi pada tembusnya garis atas dari pola tersebut, untuk kemudian berpotensi mendorong harga perak hingga ke resistance terdekat di 33.03.
Peluang bagi terbentuknya pola ini akan hilang jika harga turun dan menembus support di 32.18, yang mana hal tersebut kemungkinan akan memicu koreksi hingga ke support selanjutnya di kisaran 31.73 – 31.33.
Perak Bentuk Pola Triangle

Optimisme Pasar Eropa Memudar


Optimisme Pasar Eropa MemudarSaham saham di bursa Eropa bergerak melemah setelah sempat mencatat kenaikan di awal perdagangan hari Kamis (13/10). Pelemahan terjadi karena optimisme terhadap penanganan krisis hutang zona Euro memudar. Sentimen pasar turun menyusul hasil mixed yang ditunjukkan oleh rilis earnings perusahaan Eropa, yang menggambarkan pemulihan global masih jauh dari harapan.
Data perdagangan China, yang lebih lemah dari perkiraan, juga turut menekan saham-saham sektor pertambangan. Saham pertambangan mencatat performa terburuk di antara sektor-sektor lainnya.
Indeks Eurostoxx 50 melemah sekitar 0,95%, diikuti oleh indeks DAX Jerman dan CAC Perancis yang masing-masing harus kehilangan 1,03% dan 1,06%. Di Inggris, indeks FTSE tergelincir 0,8% dalam 2 jam pertama sesi perdagangan Kamis.