Selasa, 06 September 2011
BOK Akan Tahan Bunga
G7 Berusaha Dorong Pertumbuhan
"Permasalahan utamanya adalah perlambatan pada perekonomian global dan cara terbaik untuk menangani itu," menurut seorang sumber yang terkait denganpertemuan. Ia juga mengatakan bahwa ada pemikiran diantara negara-negara G7 bahwa perekonomian global telah memasuki masa paling sulit sejak runtuhnya Lehman Brothers dan ada resiko resesi – baik secara teknikal, yang terlihat dari kontraksi selama 2 kuartal, atau dengan pertumbuhan yang positif namun output yang melebar.
Senin, 05 September 2011
Gold May Top $6,000, Silver $600: Asset Manager
Gmuer’s prediction is based on analysis of the last major gold boom of the 1970s, during which gold prices rose from $35 per ounce to $850 per ounce. Gmuer said that in the current bull run, prices would be pushed upwards by a protracted period of global economic difficulty—potentially lasting years—during which investors would continue to search for so-called safe havens.
“Gold prices have risen over the last few years, as the macroeconomic picture has become worse. The deterioration of the fundamental situation has now gone even further.
“Purchases by investors of gold will be based on fears of systemic risk or banking crashes,” Gmuer said.
The investment manager said that as no "safe" currencies remain, cautious investors had no choice but to opt for precious metals.
“The ultimate currency, which has stood the test of time, which has no political support behind it, is gold. Nobody can print gold out of a machine or a PC.
“What the Swiss National Bank did two-and-a-half weeks ago, increasing the supply of the Swiss franc, means the safe currencies are all gone. That is why gold will have a revival,” he said.
Gmuer said the precious metal had entered a “super-cycle,” which he likened to the 1998-to-2000 boom in technology media and telecommunications.
He added, “This bull trend will end all the other major bull markets,” and singled out debt capital as an asset class for which demand and prices would decline.
However, Gmuer denied that high and rising gold prices could be indicative of a bubble. “If everybody is saying a particular asset is a bubble, that reflects the fact that most people have disposed of it,” he said.
Other calculations indicate that gold prices could peak at $3,500 or $4,000 per ounce. This is based on historical data regarding the long-term ratio of gold prices to the global money supply.
On Sept. 2, gold [GCCV1 1899.30
22.40 (+1.19%) peaked at $1884.60.
Silver Set for 14-Fold Price Rise?
In addition, Gmuer said silver is set for an even greater upward run than gold, with the market due to correct a distortion in its pricing of silver in relation to gold.
Gold and silver currently price at a ratio of around 45:1. However, Gmuer said declining silver output over the last 60 years—as a result of inventory depletion and mine closures—meant silver supplies currently outnumber gold by a ratio of less than 10:1, thus indicating a market correction is due.
Once this occurs, Gmuer said silver prices would settle at 6.7 percent to 10 percent of gold prices. This implies that if gold reaches $6,200 per ounce, silver could peak at $620 per ounce.
On Sept. 2, silver [SICV1 42.92
-0.149 (-0.35%) peaked at $43.24.
Gmuer added that markets for all precious metals were benefiting from the surge in demand for commodities, food, and energy from developing countries.
“Since World War II, the world population has almost quadrupled. However, most of the increase was in countries that had closed political systems, such as the Soviet Union, China and India," he said. “When these countries started to open up in the 1990s, these people saw they could increase their level of well-being. It is pent-up demand.”
Emas Stabil Dekat $1900
Likuiditas akan kembali jadi isu di kondisi perdagangan choppy / berombak naik turun karena pasar AS ditutup libur hari buruh.
Laporan tenaga kerja AS hari jumat lalu yang buruk menjadi penopang utama harga emas, karena data tersebut telah memicu spekulasi pemangkasan moneter lebih lanjut yang dapat membebani dollar AS.
Di Eropa, fokus pasar pada pasar keuangan seiring pembuat kebijakan sedang memproses ratifikasi perubahan dana bailout zona Eropa, yang dikenal dengan istilah EFSF. Konstitusi Jerman juga akan memainkan peranan penting terkait legalitas paket penyelamatan Yunani.
Para pelaku pasar melihat penembusan Emas ke rekor harga tertinggi hanya masalah waktu ditengah kekacauan pasar keuangan dunia. Emas selalu dipertimbangkan sebagai alternative aset yang memiliki nilai tinggi ditengah ketidakpastian ekonomi.
Satu-satunya katalis negatif di hari Senin, adalah pengumuman oleh Shanghai goldExchange bahwa mereka akan menaikkan margin requirement serta menerapkan limit batas atas dan batas bawah untuk perdagangan kontrak Emas dan perak, yang mulai efektif hari Jumat. Margin untuk Emas akan dinaikkan menjadi 13% dari sebelumnya 12%, sementara margin untuk perak dinaikkan menjadi 16% dari sebelumnya 15%.
Moody’s Masih Pertimbangkan Downgrade Perbankan Inggris
Laporan ICB merupakan pengkajian atas reformasi industri perbankan Inggris yang diprediksi akan melukai divisi trading demi lindungi pembayar pajak dari krisis keuangan di masa depan. Dalam menanggapi laporan Sky News, Moody’s katakan belum merubah posisinya setelah 2 Agustus silam utarakan kemungkinan pemangkasan peringkat beberapa bank Inggris.
"Seperti yang diumumkan 2 Agustus, review atas lembaga keuangan Inggris masih berlanjut. Ini juga akan pertimbangkan proposal ICB dan dampaknya. Kami akan umumkan hasil review,” ujar juru bicara Moody’s.
Sementara itu, bursa saham Inggris melemah 3,3%, dimana kejatuhan didominasi oleh sektor perbankan. Royal Bank of Scotland bahkan merosot 12,3% ke level 21.78. Di lain pihak, GBP/USD juga melemah, diperdagangkan 1.6088, dekat level rendah harian 1.6061
IMF: Outlook Ekonomi Global Memburuk
"Pilihan kebijakan terbatas karena telah banyak amunisi yang digunakan pada tahun 2009. Namun, jika pemerintah, institusional, dan bank sentral bekerja sama maka kita akan hindari resesi," ujar Lagarde kepada harian Der Spiegel. Lagarde utarakan AS masih punya ruang untuk abaikan kebijakan penghematan dalam jangka pendek dan perkenalkan kebijakan yang dapat gairahkan aktivitas ekonomi yang konsisten dengan strategi utang kredibel dalam jangka menengah. Lagarde juga katakan Eropa harus rem kebijakan penghematan fiskal dan beralih kepada kebijakan pro-pertumbuhan hingga bahaya berlalu.
Sementara itu, bursa saham dunia masih terpuruk pada perdagangan Senin. Bursa saham Inggris (FTSE) melemah 2,2% sedangkan Jerman (DAX) dan Perancis (CAC 40) masing-masing anjlok 3,6% dan 3,5%.
Gold today
Setelah cukup lama tertahan di atas support, hari ini emas terlihat menguat cukup tajam dan harga berpeluang bergerak ke atas untuk menyentuh 161.8% Fibonacci pada resistan 1922.33. Secara teknikal indikator stochastic berada dalam kondisi jenuh beli. Jika emas tertahan kuat di bawah resistan 1922.33 maka ada peluang emas akan terkoreksi.
Euro analysis
Pergerakan euro terlihat terkoreksi cukup tajam sejak jumat dan hari ini euro menguat tipis terhadap dollar. Secara teknikal indikator stochastic berada dalam kondisi jenuh jual dimana ada potensi euro akan menguat. Pecahnya resistan 1.41847 berpotensi akan membawa euro menguat kembali dan bergerak ke atas menuju resistan 1.42671. Waspadai jika euro tertahan kuat dibawah resistan 1.41847 maka euro cenderung akan melemah kembali dan bergerak menuju support 1.41023.
Pengangguran, Pangkal Menuju Resesi Besar
1. Stephen Freedman, Head of Investment Strategy UBS Wealth Management
"Para ekonom menyadari benar bahwa ancaman resesi lebih tinggi dibanding dua bulan lalu."
Freedman berharap bahwa ada konfirmasi dari pemerintah bahwa pasar tenaga kerja masih kondusif. Pidato presiden Barack Obama bisa membri optimisme ke pasar, terlepas dari apakah rencananya bisa mendapat restu dari kongres.
2. Alice Schroeder, Penulis dan Mantan Analis Asuransi Papan Atas
"Dimanakah lapangan kerja?"
Hari ini bukanlah momen yang tepat untuk merayakan hari buruh. Jumlah peluang kerja kian tipis dan perusahaan masih enggan menyewa orang baru. Neraca keuangan korporasi terlalu diperketat sehingga tidak ada pos dana untuk membayar SDM berkualitas. Tidak heran jika aksi reaksi 'pecat dan panggil' merebak di sektor bisnis. Perusahaan terlalu pelit untuk mempermanenkan karyawan karena pertimbangan beban biaya tunjangan dan asuransi. Padahal sesungguhnya tidak demikian. Biaya rekrutmen justru lebih besar, mulai dari wawancara, tes kesehatan, training hingga praktek langsung. Semua menguras waktu dan biaya.
Di tengah ketidakpastian, wajar saja perusahaan enggan merekrut SDM secara permanen. Tidak ada yang bisa menjamin kondisi bisnis tetap mendukung sampai beberapa waktu ke depan. Pelaku bisnis tidak mau memecat tenaga kerja saat usaha sedang lesu karena tentu butuh biaya tunjangan dan kompensasi besar. Oleh karena itu, diperlukan kepastian ekonomi secara gradual. Dengan demikian korporasi tidak lagi ragu memakai jasa warga usia produktif dan tidak perlu memikirkan pemecatan.
3. Mohamed El-Erian, CEO PIMCO (Lembaga investor obligasi terbesar dunia)
"Angka apapun yang dipakai, pasar tenaga kerja AS berada di puncak krisis."
Dampak krisis pengangguran meliputi aspek ekonomi, politik dan sosial. Jika situasi buruk terus berlanjut, pengangguran akan merusak sistem atau bahkan merusak kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Warga masih harus berkutat dengan kenaikan harga bahan bakar, tagihan rumah tangga hingga kredit rumah. Pada akhirnya, kemiskinan adalah apa yang harus diterima kebanyakan warga non-pekerja.
Analisa pekan ini
USD/JPY
USD/JPY masih stagnan di sekitar level support 76.50 pekan lalu. Pelaku pasar memperkirakan intervensi lagi pekan ini, mengingat kurs yen sudah naik selama 3 bulan sejak lonjakan terakhir Mei lalu. Saya melihat support kuat di area 76.50 dan USD/JPY berpeluang rebound ke 80.00 karena berita fundamental. Abaikan proyeksi jual Anda jika USD/JPY menembus level tersebut di atas.
EUR/USD
Pekan lalu, EUR/USD turun dan menemukan support di area 1.4200. Kami memperkirakan tren berbalik naik dan memulai konsolidasi pekan ini. Saya membidik target di kisaran 1.4450 dalam 1 pekan dari koreksi alami euro. Abaikan proyeksi beli Anda jika EUR/USD terbenam ke kisaran 1.4160.
GBP/USD
GBP/USD nyaman di garis EMA 200 pada level 1.6131 dan siap rebound. Berdasarkan studi teknikal, poundsterling akan mencoba kembali level bawah 1.6150 di awal pekan sebelum nantinya naik lagi. Saya memperkirakan konsolidasi terjadi dalam 1-2 pekan sebelum Sterling kembali menyambangi 1.6400.
MINYAK MENTAH
Minyak mentah WTI masih bergerak dalam tren sideways besar pada fase koreksi. Harga terpantau turun dari level tertinggi pekan lalu, 89.91, akibat kinerja ekonomi AS yang buruk dan stagnasi data pengangguran. Pekan ini, Saya memperkirakan minyak diperdagangkan lebih rendah seraya bergerak antara level 83.00 dan 90.00. Trader disarankan masuk posisi dari level paling rendah guna menghindari ayunan harga. Saya memilih untuk menjual di awal pekan pada kisaran harga 87.50, sambil diiringi oleh manjemen resiko yang ketat.
EMAS
Harga emas melonjak lagi pekan lalu akibat pesimisme soal outlook ekonomi Amerika Serikat (AS). Alhasil, harga emas kembali ditutup pada level tertinggi mingguan pada hari Jumat. Investor sudah mencerna kabar kenaikan marjin yang diberlakukan oleh CME Group 2 pekan lalu sehingga emas kembali dibanjiri minat safe haven.
Pekan ini, Saya melihat tren melemah di kisaran atas dengan resisten 1900.00 membatasi pergerakan. Berdasarkan studi teknikal, emas berpeluang kembali ke Support 1 (1830.00) untuk melengkapi pola teknikal. Seandainya terjadi isu fundamental luar biasa, maka emas dapat kembali naik ke Support 2 (1810). Namun emas cenderung membentuk double-tops terlebih dulu di 1910.00 sebelum menapaki tren penurunan.
Jumat, 02 September 2011
Pola Swing Emas Berpotensi Berlanjut Sampai Akhir September
Event yang paling dekat ditunggu oleh para pelaku pasar adalah tanggal 7 September, dimana akan diadakan rapat pemerintah Jerman untuk mengambil keputusan pembelian surat utang negara Uni Eropa yang bermasalah.
Setelah itu para investor akan menunggu rapat FOMC untuk menentukan kebijakan stimulus moneter AS pada tanggal 22 September. Menjelang event ini Emas masih berpotensi tertopang seiring dengan tingginya permintaan investasi Emas.
AS Mungkin Sudah Berada Dalam Resesi, Menurut Professor Harvard
Meurut Martin Feldstein, kebijakan ekspansif dari The Fed juga tidak akan terlalu banyak berpengaruh karena kuncinya adalah bangkitnya sektor perumahan sehingga pengeluaran konsumen bisa meningkat kembali sehingga perusahaan-perusahaan manufaktur AS memiliki alasan untuk menyewa pekerja melanjutkan produksi. Selama permintaan konsumen tidak tampak, maka korporasi juga enggan menambah lapangan kerja, urainya.
Secara keseluruhan, hal ini negatif bagi dollar AS, namun menurut martin Feldstein pelemahan dollar AS justru akan mempercepat laju pemulihan ekonomi alasannya adalah ekspor akan semakin pesat meskipun ekspor hanya menyumbang 10% dari GDP AS, namun kenaikan ekspor dalam 4 triwulan terakhir telah menyumbang 50% pertumbuhan GDP selama periode tersebut.
Dollar AS Perkasa Jelang Data Tenaga Kerja AS
Penguatan sejak hari Kamis kemarin ditopang oleh laporan aktivitas manufaktur yang melampaui perkiraan di bulan Agustus sementara data Eropa malah mengecewakan. Para investor sementara ini masih bersikap wait & see sembari menunggu laporan nonfarm payrolls.
Ekonom mengekspektasikan ekonomi as mendapatkan tambahan 75,000 tenaga kerja di bulan Agustus, lebih kecil dibanding pertambahan di bulan sebelumnya sebesar 117,000, sementara laju tingkat pengangguran bertahan di 9.1%.
Respon para pelaku pasar kemungkinan akan besar jika terdapat deviasi / selisih sebesar 75,000 keatas, atau 65,000 kebawah. Skenario nya jika terjadi kejutan kenaikan ke 150,000 berarti ada selisih 75k dibandign ekspektasi, maka kemugnkinan besar terjadi spike harga diatas 40 point pada pair currency seperti usd/jpy, atau sebaliknya jika terjadi kejutan penurunan ke 10,000 berarti ada selisih 65,000 dibanding ekspektasi maka pair eur/USD dapat melonjak keatas sekitar 40 poin beberapa menit setelah data rilis.
Adapun untuk pertambahan / penurunan laporan non farm payrolls dibawah deviasi tidak akan terlalu mengejutkan dan kemungkinan telah diantisipasi para pelaku pasar sebelumnya.
Gold: Terus Terapresiasi, Bidik Resistance di 1871.96
Emas terapresiasi secara signifikan pada sesi perdagangan hari ini. Saat ini emas terlihat membidik area resistance dikisaran 1871.96. Pecahnya level resistance tersebut membuka peluang penguatan lanjutan menuju area 1912.05 yang merupakan level tertinggi saat ini. Sementara itu, waspadai koreksi yang mungkin terjadi menuju area support dikisaran 1839.75 jika resistance tersebut bertahan. Hal tersebut juga diperkuat oelh kondisi CCI and Stochastic yang berada dalam area overbought.
sterling analysis : Potensial Terus Bearish, Uji Support 1.6094
Pound terus melemah terhadap dollar dan saat ini masih ada potensi meneruskan pergerakan bearishnya hingga support 1.6094. Secara teknikal indikator stochastic berpotensi berada dalam kondisi bullish. Pecahnya resistan 1.6205 berpotensi akan membawa pound menguat dan bergerak ke resistan 1.6302.
Kamis, 01 September 2011
Euro analysis : Lemah Tajam, Uji Support di 1.4369
Euro melemah cukup tajam dan saat ini terlihat sedang menguji support 1.4369. Secara teknikal indikator stochastic berada dalam kondisi jenuh jual dimana ada peluang euro akan menguat. Jika Euro tertahan kuat di atas support 1.4369 maka harga cenderung akan menguat dan bergerak ke atas menuju resistan 1.4451. Waspadai jika euro berhasil menembus support 1.4369 dimana ada peluang euro akan bergerak ke bawah menuju support 1.4267.
Sterling : Berpeluang Menguat, Incar 1.6302-1.6302
Pergerakan GBP terlihat berpotensi dalam pergerakan bearish. Secara teknikal indikator stochastic berada dalam kondisi jenuh jual dimana ada peluang pound akan menguat. Pecahnya resistan 1.6302 berpotensi akan membawa harga bergerak ke atas menuju resistan 1.6302. Waspadai jika support 1.6205 ditembus dimana ada potensi pound akan meneruskan pergerakan bearishnya dan bergerak menuju support 1.6094.

Stagnasi Ekonomi Dunia Seperti Tahun 70an
Akankah pola September yang suram ini kembali terulang? Seperti kita ketahui fomc meeting di bulan September nanti akan menentukan kebijakan the fed untuk memberikan stimulus atau tidak, tentunya jika stimulus diberikan imbasnya akan positif bagi pasar saham meski tertekan oleh buruknya data makroekonomi.
Menurut analis sekaligus founder Better Capital , Jon Moulton kondisi ekonomi globalsaat ini pada periode stagnasi style tahun 70an, dimana proteksi terhadap aset safe haven seperti obligasi pun kurang aman jika pemerintah tidak mengamankan situasi fiskalnya, selain itu Jon Maulton mengakui aset di negara berkembang tampak lebih baik di jangka menengah dan jangka panjang dibandingkan aset-aset negara maju.
Bulan Agustus Terburuk Wall Street Dalam 10 Tahun
“Dengan volume harian yang rendah dan pasar yang mengikuti data saat ini, harga dapat naik dan turun tajam,” ucap Sal Arnuk, wakil manajer pada Themis Trading. “Kebanyakan investor memilih untuk menunggu hingga volume perdagangan tepat.” Anjloknya saham AT&T memimpin penurunan pada Dow dan S&P500 setelah Dep.Kehakiman menolak pengambilalihan T-Mobile oleh QT&T, mengatakan bahwa merger tersebut akan merugikan konsumen AS. Sebelumnya AT&T berjanji akan menambah pekerja call centar sebanyak 5,000 orang jika akuisisi senilai 39 milyar dollar itu mendapat persetujuan.
Fed's Bullard: QE3 Tergantung Oleh Data
Ekspektasi kian meningkat bahwa bank sentral dapat melonggarkan kebijakan pada pertemuan 2 hari dimulai tanggal 20 September nanti seetlah minutes pertemuan yang lalu menunjukkan sejumlah petinggi mendesak atas langkah yang tegas dan tidak konvensional untuk mendukung perekonomian. "Tergantung data ekonomi di masa depan QE3 adalah salah satu pilihan, namun kita harus mengumpulkan informasi mengenai bagaimana performa ekonomi di semester kedua tahun ini," ucap Bullard terkait program quantitative easing milik Fed yang merupakan pembelian obligasi pemerintah.
Langganan:
Postingan (Atom)