Contohnya, Dana Investasi Pensiun Pemerintah Jepang (GPIF), yang
merupakan dana pensiun publik terbesar dunia memegang 64% asetnya pada
obligasi domestik, dan 11% diantaranya pada saham domestik, sementara
9.0% di obligasi internasional dan 12% pada saham internasional.
Strategi ini telah menghasilkan return yang cukup imbang ketika
obligasi menawarkan yield pada level terendah secara historis, sementara
pasar saham secara keseluruhan masih stagnan. Namun ketika krisis
melanda market, GPIF mengalami ketugian 7.6% pada tahun fiskal 2008, dan
hanya meraih keuntungan 0.3% di tahun fiskal 2010.
Emas yang memiliki pergerakan harga secara historis tidak berkorelasi
banyak dengan saham atau obligasi, diharapkan dapat memproteksi
portfolio dari kerugian ketika market terkena imbas negatif seperti
krisis zona Euro atau krisis keuangan global lainnya. Selain itu Emas
juga dapat digunakan untuk memproteksi inflasi,
yang menjadi kecemasan terbesar saat ini karena berbagai bank sentral
global melakukan pembelian obligasi dalam jumlah masif. Inflasi yang
tinggi dapat memicu kenaikan suku bunga dan pada akhirnya mengurangi
nilai obligasi pemerintah Jepang.
(Sap)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar