Kamis, 27 Desember 2012

2013, Inggris Rawan Kebanjiran Rumah Tangga Miskin

2013, Inggris Rawan Kebanjiran Rumah Tangga MiskinBerbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, warga Inggris bersiap menyambut hari Natal dengan penuh kegalauan. Pengetatan sabuk belanja harus dilakukan sejak sekarang karena kondisi ekonomi tahun depan bisa jadi semakin suram.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Markit menyebut bahwa sebanyak 43% rumah tangga sudah meyakini bahwa pos keuangan masing-masing akan lebih buruk di tahun 2013. Sementara hanya 24% responden yang memperkirakan daya beli dan koceknya jadi lebih baik di tahun yang baru. "Sebanyak tiga perempat kepala keluarga tidak melihat potensi perbaikan keuangan sehingga tingkat permintaan konsumen rentan menyusut untuk jangka pendek," urai Tim Moore, Ekonom Senior Markit. Moore juga menambhakan bahwa persepsi inflasi Inggris masih belum stabil dan jaminan pekerjaan belum terlalu jelas di seluruh Inggris.
Inggris terjebak dalam program pemangkasan anggaran melalui komponen penghematan belanja dan kenaikan pajak. Hal inilah yang memicu perlambatan ekonomi dan penurunan daya beli konsumen dalam satu tahun terakhir. Pemerintah pusat bahkan memperkirakan langkah efisiensi berlanjutu hingga 2018, atau satu tahun lebih lama dibanding rencana sebelumnya. Meski perekonomian Inggris mulai bergeliat lagi di kuartal III lalu, rasionya justru direvisi turun oleh dari 1.0% menjadi 0.9%. Kalaupun ada faktor yang menopang kinerja ekonomi tahun ini tak lain adalah penyelenggaraan Olimpiade London.
GDP Inggris masih berada di kisaran 3% di bawah level pra-resesi. Namun analis pasar keuangan memprediksi negara perekonmian terbesar ke-enam dunia ini kembali mengalami kontraksi di kuartal IV. Pemerintah juga masih berjuang menurunkan bunga obligasi yang membengkak. Data terbaru memperlihatkan bahwa defisit anggaran nasional sudah mencapai £17.5 miliar di bulan November, ataumasih di atas catatan tahun lalu yang sebesar £16.3 miliar.
Kombinasi antara pemangkasan anggaran, penurunan jumlah pendapatan, inflasi dan warisan hutang berpotensi mengekang daya beli konsumen. Padahal banyak orang Inggris yang kondisi ekonominya tidak sebaik satu dasawarsa lalu. Hasil penelitian lembaga independen Resolution Foundation menyebut bahwa terdapat 3.6 juta keluarga memiliki beban hutang di luar batas kemampuan. Mereka menghabiskan lebih dari seperempat pendapatan untuk membayar hutang, baik yang berupa pinjaman dengan jaminan atau tanpa agunan. "Inti dari pesimisme di tahun 2013 berada di lini keuangan warga, yaitu soal rendahnya pendapatan dan bertambah tingginya biaya hidup," tambah Moore. Skenario terburuk untuk tahun ini adalah kian banyaknya kepala keluarga yang harus mencari bahan pangan dari donasi orang-orang yang merayakan Natal. The Trussell Trust, lembaga yang memiliki pos makanan gratis di 250 lokasi, memperkirakan ada 15.000 orang yang datang meminta bantuan makanan sepanjang liburan akhir tahun. Jumlah tersebut dua kali lebih banyak dibanding tahun lalu.

Tidak ada komentar: