Hal ini bisa dilihat pada stimulus yang
dilakukan oleh Bank of Japan baru-baru ini. Stimulus berupa penambahan
dana sebesar 11 triliun Yen sepertinya dianggap masih mengecewakan,
dimana target yang ditetapkan sebelumnya adalah dalam kisaran 10 triliun
– 65 triliun Yen, walau masih sedikit diatas level terendahnya, paling
tidak angka 50% dari kisaran tersebut seharusnya, sebagaimana diharapkan
pasar, terjadi.
Bahkan sempat dikabarkan bahwa BoJ
sepertinya mulai kehilangan independensi terhadap intervensi yang
dilakukan mata uangnya; bukannya melakukan intervensi terhadap Yen
(melakukan aksi jual Yen untuk memulihkan kondisi ekspor), justru
melakukan penambahan dana untuk pembelian aset yang ternyata dibawah
ekspektasi dan meluncurkan pinjaman dengan bunga yang rendah tanpa
adanya batasan jumlah kepada sektor perbankan.
Hal itu menimbulkan pertanyaan tentunya,
mengapa justru langkah yang kurang popular atau diluar kebiasaan justru
dilakukan. Ini pula yang menyebabkan pasar merasa kecewa dengan langkah
setengah hati yang dilakukan oleh Bank of Japan, dimana apabila diamati,
yang dilakukan oleh BoJ serupa dengan langkah yang diambil oleh bank
sentral AS, Federal Reserve Bank, yang alih-alih melonggarkan kebijakan,
tetapi justru melakukan pembelian aset (yang sepertinya dengan dana
yang terbatas).
Itu yang terjadi di Jepang. Sedangkan di
AS sendiri, badai Sandy yang memporak-porandakan Wall Street beserta
kota-kota besar disana seperti New York, New Jersey, Manhattan hingga
sepanjang pantai menuju New England masih menyisakan duka yang mendalam
dengan banyaknya korban berjatuhan dan potensi biaya yang harus
dikeluarkan untuk mengembalikan kondisi disana seperti semula yang
timbul dari masalah transportasi, infrastruktur dan perbankan.
Wall Street yang ditutup selama 2 hari
pun masih menyisakan bagaimana perdagangan di bursa AS sempat sedikit
tersendat, dihantui oleh adanya perbaikan yang mungkin akan menelan
biaya dan waktu yang cukup banyak.
Badai Sandy pun masih menyisakan
pertanyaan, apakah pemulihan perekonomian akan dapat berjalan dengan
mulus, melihat bahwa adanya serangan badai Sandy sempat mencuatkan
kemungkinan hambatan pemulihan dan mungkin akan berdampak terhadap rilis
data tingkat tenaga kerja di AS. Apakah mungkin akan diluncurkan
kembali stimulus.
Mungkin anggapan bahwa QE4 di AS tidaklah
berlebihan bila dampak dari badai Sandy terus mempersuram keadaan
pemulihan perekonomian disana. Kekhawatiran terhadap banjir di pusat
kota New York dan kekhawatiran akan potensi kerusakan di fasilitas
nuklir di AS sendiri bisa saja mencuatkan langkah-langkah pemulihan,
menjelang pemilihan presiden AS. Secara garis besar, dapat disimpulkan
bahwa stimulus-stimulus baru akan mulai bermunculan. Dan masih mampukah
stimulus (dari AS) akan terus berjalan dalam menghadapi rilis data
ekonomi sepanjang awal bulan baru? Hal ini masih harus diamati lebih
jauh tentunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar