Selasa, 26 Juni 2012

Pertumbuhan Asia di Pundak China

Pertumbuhan Asia di Pundak ChinaNegeri tirai bambu akan menjadi motor penggerak ekonomi Asia sepanjang sisa tahun ini.Perlambatan aktivitas ekonomi tidak bisa dipungkiri sudah terjadi di daratan China. Namun hal itu tidak akan bertahan lama karena negara perekonomian terbesar Asia ini akan bangkit di paruh ke-dua. Demikian pendapat ekonom HSBC hari ini.

Pertumbuhan China dan India memang menyentuh titik terendah pada periode April hingga Juni di level 7,8% dan 5,3%. Namun laju ekonomi kedua negara diyakini akan lebih cepat pada kuartal III nanti menjadi 8,5% dan 6%. "Untuk China, kebijakan yang lebih longgar akan menaikkan permintaan dalam negeri walaupun ekspor ke wilayah barat masih lesu," Frederic Neumann, Kepala Riset Ekonomi Asia HSBC pada laporan kuartalan hari ini.

HSBC memprediksi China memangkas persyaratan Giro Wajib Minimum sebanyak 200 basis poin dan menurunkan suku bunga 25 basis poin lagi. Terbuka peluang bagi pemerintah untuk menurunkan juga pungutan pajak dan investasi langsung pada sektor perumahan serta infrastruktur. "Kombinasi antara kebijakan fiskal dan moneter akan menggenjot permintaan, kepercayaan usaha dan nilai tambah lainnya," ulas HSBC. Oleh karena itu, Neumann yakin Asia tidak akan kolaps secara ekonomi karena peran China yang lebih signifikan di semester II.

Jika proyeksi HSBC terbukti maka kinerja ekonomi China nantinya akan identik dengan apa yang dialami oleh Korea Selatan. Negeri ginseng mengekspor lebih banyak produk ke wilayahnya sendiri ketimbang ke Amerika dan Eropa sejak krisis hutang melanda. Adapun faktor lain yang makin membuka jalan bagi perbaikan roda bisnis adalah penurunan harga minyak dunia. Hal ini sejatinya akan memperkuat daya beli konsumen dan mengurangi beban produksi. Harga minyak yang lebih rendah juga memberi kesempatan bagi India dan Indonesia untuk memangkas subsidi dan mendukung pertumbuhan via stimulus baru.

Tidak ada komentar: