Kegagalan kesepakatan tersebut menyebabkan sejumlah investor melikuidasi posisinya di Euro untuk di alihkan sementara ke Poundsterling karena dianggap cukup menguntungkan dan aman sebagai aset beresiko.
Dibanding dengan Euro, pelemahan Sterling juga dapat terbatasi lantaran investor masih digembirakan oleh solidnya data sektor jasa (service PMI) pekan lalu yang telah meredakan kecemasan terhadap ancaman kejatuhan ekonomi Inggris ke jurang resesi. Laporan Service PMI menunjukkan aktivitas sektor jasa Inggris mampu berekspansi dengan laju tercepat dalam 10-bulan di Januari (56.0 vs 54.0), mematahkan estimasi perlambatan ekonomi.
Selain itu dengan hasil survey sektor konstruksi dan manufaktur yang juga menunjukkan pertumbuhan, Sterling berpotensi kembali melanjutkan rally jika data-data ekonomi berikutnya tidak mengindikasikan kondisi ekonomi yang parah. Namun patut diwaspadai pula karena level Sterling saat ini sudah jenuh atau overbought sehingga sewaktu-waktu bisa terjadi koreksi. Potensi tersebut makin besar terutama jika ternyata BoE (Bank Sentral Inggris) mengejutkan pasar dengan mengumumkan ekspansi target QE (Quantitative Easing) yang lebih besar dari perkiraan pasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar