1. Komal Sri-Kumar, Chief Global Strategist TCW
"Efek dari pidato Bernanke belum tuntas."
Pasar saham langsung rally sesaat setelah event tahunan Jackson Hole. Investor berharap the Fed akan merilis stimulus ekonomi baru dalam 45 hari ke depan. September mendatang, pertemuan dua hari akan diadakan guna membahas perkembangan moneter terbaru.
2. Angel Gurria, Head of Organization for Economic Co-operation and Development
"Pemerintah AS dan Eropa sedang berada dalam masa tidak menyenangkan."
Otoritas moneter harus melakukan langkah lebih riil guna menumbuhkan optimisme. Apalagi dampak dari isu defisit dan plafon hutang masih sangat terasa. Lebih lanjut, kesinambungan fiskal masih menjadi pekerjaan rumah bagi bank sentral dan Treasury Department.
3. Glenn Hubbard, Dekan Columbia Business School
"The Fed membutuhkan pemerintah untuk membantu penentuan kebijakan baru."
Pidato Bernanke secara tidak langsung memberi peringatan bagi seluruh jajaran pemerintah supaya tidak bergantung pada bank sentral. Departemen Keuangan harus menyelesaikan urusannya sendiri. Bahkan secara tidak langsung Bernanke mengatakan bahwa "pemerintah harus ikut bekerja untuk mewujudkan penguatan fiskal jangka panjang dan (mungkin) stimulus baru".
4. Jeff Greenberg, Ekonom Nomura Securities, New York
"Jika data tenaga kerja lemah, maka pertemuan (the Fed) September nanti sangat krusial."
Jumat ini, indikator tenaga kerja Amerika dirilis pemerintah. Kenaikan jumlah pengangguran sama artinya dengan alarm bagi the Fed untuk menempuh alternatif baru. Ekonom memperkirakan pertumbuhan tenaga kerja bulan Agustus lebih rendah dibanding bulan terdahulu, sebuah sinyal bahaya untuk pemerintah.
5. Paul Dales, Ekonom Capital Economics
"Tanpa disadari, resiko jangka panjang membayangi Amerika, termasuk ancaman deflasi."
Jepang adalah contoh nyata bagaimana sebuah negara bisa terjebak deflasi setelah mengalami gelembung di sektor perumahan. Sejak saat itu, Jepang tidak pernah pulih seperti sedia kala. Pada sebuah laporan tahun 1999, Bernanke sempat memaparkan pandangannya soal apa yang terjadi di Jepang. Ia menilai bencana ekonomi di negara tersebut adalah buah dari kesalahan pembuat kebijakan. Bila tidak ingin hal serupa menerpa AS, maka bank sentral tidak boleh lalai dalam merancang kebijakan barunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar