Di pekan ke dua bulan Agustus ini para
pelaku pasar akhirnya dapat bernapas lega dan bersuka cita karena pasar
dunia baik di pasar valuta, bursa saham maupun komoditi semuanya
mengalami rally berkat sentimen positif yang berhembus ke kalangan
investor.
Pulihnya sentimen tersebut terutama
karena termotivasi oleh data tenaga kerja AS (Non-farm Payrolls) dan
aktivitas non manufaktur yang melonjak di atas ekspektasi. Sehingga data
tersebut mampu meredakan kekhawatiran pasar terhadap masalah
perlambatan ekonomi global. Angka tenaga kerja di luar sektor pertanian
Amerika atau Non-farm Payrolls (NFP) mengalami kenaikkan drastis sebesar
163.000 dari bulan sebelumnya yang tercatat hanya meningkat 64.000 dan
cukup jauh di atas ekspektasi analis 100.000. Sementara indeks
non-manufaktur A.S naik ke level 52.6 dari sebelumnya 52.1.
Terkait rilis data tersebut, kalangan
investor mulai berpendapat bahwa data NFP tersebut mungkin dapat
menyurutkan ekspektasi stimulus oleh Federal Reserve, yang diprediksi
sebagian kalangan akan rilis awal bulan September. Namun karena tingkat
pengangguran masih tinggi dan naik ke level 8,3%, hal itu masih akan
menjaga prospek penambahan stimulus moneter selanjutnya atau yang lebih
dikenal dengan program stimulus tahap ketiga atau quantitative easing
(QE III).
Selain itu pasar juga bersemangat terkait
sikap optimisme di kawasan negara berkembang khususnya Asia terhadap
langkah Eropa dalam upaya menangani krisis utang sehingga hal ini turut
mengangkat minat pelaku pasar terhadap aset-aset beresiko (risk
appetite). Sikap tersebut menyebabkan mata uang tunggal Euro melesat
hingga tembus ke atas level penting $1.2400 dan mendarat di puncak
$1.2443 yang merupakan level tertinggi dalam kurun satu bulan terakhir
pada Senin (06/08).
Rally Euro juga berkat pandangan para
investor yang mulai berubah lebih positif terhadap hasil pertemuan
kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) hari Kamis pekan lalu (02/08), yang
mengisyaratkan akan adanya dukungan lebih lanjut guna membantu negara
Spanyol dan Italia. Pada pertemuan tersebut, ECB sebenarnya telah
mengatakan bahwa pihaknya akan menyusun rencana dalam beberapa minggu
mendatang untuk melancarkan pembelian obligasi langsung sebagai upaya
menstabilkan gejolak yield di zona Euro.
Dan rencana tersebut kemudian ditanggapi
positif oleh para investor yang terus menaruh harap bahwa pihak Eropa
akan mengambil langkah selanjutnya guna menanggulangi krisis utang
bersama-sama dengan Amerika Serikat serta China yang juga akan
mengadopsi langkah stimulus dalam mendukung pemulihan. Pasar kian
antusias setelah pemerintah Kanselir Jerman Angela Merkel menyatakan
ikut mendukung rencana program pembelian obligasi oleh ECB tersebut.
Namun demikian, kewaspadaan tetap kembali
menyelimuti pasar hingga tercapainya langkah-langkah konkrit, yang
mungkin akan menyita hingga beberapa pekan mendatang. Dan selama rentang
tersebut, penguatan Euro dianggap masih rapuh dan bahkan rentan
terhadap koreksi kembali. Bila kita melihat dari sisi fundamental,
sejumlah angka ekonomi di kawasan euro dinilai masih memprihatinkan.
Di awal bulan Agustus silam, para
investor dicemaskan kembali terhadap kondisi perekonomian di kawasan
setelah aktivitas manufaktur Jerman dan zona euro mengalami penyusutan
lagi. Angka manufaktur PMI zona euro bulan Juli menurun tipis ke angka
44.0 dari bulan sebelumnya 44.1. Sementara indeks manufaktur Jerman ikut
melorot ke level 43.0 dari sebelumnya 43.3.
Selain itu lemahnya pertumbuhan ekonomi
(GDP) dan tingkat pengangguran yang menyentuh rekor tinggi di zona euro
(11.2% pada bulan Juli) nampaknya akan memicu peluang pemangkasan suku
bunga ECB dalam waktu dekat semakin lebih besar.
Alhasil, fakta fundamental tersebut akan terus membebani pertumbuhan
ekonomi yang kini melambat, sehingga sentimen terhadap mata uang Euro
tetap akan bearish dalam jangka panjang.