Rabu, 04 Juli 2012

Euro Butuh Vaksinasi Ekstra


Meskipun nampak berupaya pulih, secara umum mata uang tungal Euro masih tertekan di teritori negatif saat menjalani pekan di minggu terakhir bulan Juni. Terbatasnya rally Euro terutama lantaran investor nampak masih enggan mengambil posisi ataupun menambah psosisi baru di pasar valuta karena masih diliputi kecemasan terhadap situasi sentimen dunia.
Sepanjang pekan lalu pasar disuguhkan berbagai peristiwa penting dunia mulai dari pemilu Yunani, pertemuan Federal Reserve Amerika Serikat (The Fed) serta pertemuan para pemimpin negara yang tergabung dalam kelompok G-20.  
Mata uang Euro sendiri sempat mengalami penguatan berkat pasar digembirakan oleh menangnya kubu pro-bailout pada pemilu Yunani hari minggu silam (17/6). Meskipun menang tipis, kubu pro-bailout yang dimotori oleh partai New Democracy akhirnya mampu membawa negara Yunani bertahan di zona euro dengan perolehan suara sebanyak 29.7 persen. Sementara partai yang mendukung anti bailout – Syriza memberikan kemenangan sebesar 26.9 persen suara.
Namun tidak lama setelah itu, Euro akhirnya kembali merosot tajam akibat investor masih cemas dengan ketidakmampuan Eropa dalam mencegah meluasnya krisis utang ke negara lain kendati pemilu di Yunani terbilang sukses. Selain itu pasar merasa pesimis seiring belum tuntasnya persoalan keuangan di negara Spanyol bersamaan dengan imbal hasil obligasi yang melonjak. Imbal hasil atau yield obligasi Spanyol bertenor 10-tahun melonjak tajam hingga terakhir sempat bertengger di kisaran 7,15%. Padahal level tersebut setara saat negara Irlandia meminta bailout ke Uni Eropa.
Yield obligasi merupakan indikator kepercayaan investor terhadap kemampuan suatu negara dalam membayar utangnya. Dan asal tahu saja ketika yield berada pada level 7%, sudah menyebabkan tiga negara Eropa meminta bailout yaitu negara Irlandia, Yunani dan Portugal.
Grafik tingkat yield obligasi negara-negara di zona euro, Thomson Reuters
Seperti tak ada habisnya, setelah didera oleh kekhawatiran krisis keuangan Eropa, kini pelaku pasar kembali ditakutkan oleh masalah perlambatan ekonomi dunia yang dimotori oleh Amerika, Eropa hingga China. Isu perlambatan global mulai mencuat ke permukaan saat negeri tirai bambu China merilis angka manufaktur PMI yang merosot ke angka 48.1 di bulan Juni dari periode sebelumnya 48.4. Tak kalah ikut mewarnai pasar, aktivitas manufaktur PMI Amerika Serikat turut merosot ke level 52.9 dari sebelumnya di angka 54.0. Bahkan indeks manufaktur untuk distrik Federal Philadelphia ikut merosot drastis ke angka -16.6 dari periode sebelumnya -5.8.
Berikut tabel yang menunjukkan aktivitas manufaktur dunia:
Date

Loc

Economic Data
Period
Impact
Actual
Forecast
Val
Last
 Tuesday
June, 19th
GB
CPI m/m
May
High
-0.1
0.1
%
0.6
GB
CPI y/y
May
High
2.8
3.0
%
3.0
GB
RPI m/m
May
Med
0.0
0.2
%
0.7
GB
RPI y/y
May
Med
3.1
3.3
%
3.5
GB
RPI – X m/m
Jun
Low
0.0
0.2
%
0.7
GB
RPI – X y/y
Jun
Low
3.1
3.4
%
3.5
DE
ZEW Economic Sentiment
Jun
High
-16.9
4.0
Ind
10.8
DE
ZEW Current Condition
Jun
Med
33.2
39.8
Ind
44.1
Wednesday
June, 20th
DE
Producer Prices m/m
May
Med
-0.3
-0.2
%
0.2
DE
Producer Prices y/y
May
Med
2.1
2.3
%
2.4
CH
ZEW Investor Sentiment
Jun
Med
-43.4
N/F
Ind
-4.0
Thursday
June, 21st
CN
China Manufacturing PMI
Jun
High
48.1
N/F
Ind
48.4
DE
German Mfg Flash PMI  
Jun
Med
44.7
45.2
Ind
45.2
DE
German Service Flash PMI
Jun
Med
50.3
51.5
Ind
51.8
EZ
Euro Manufacturing PMI  
Jun
Med
44.8
44.9
Ind
45.1
EZ
Euro Zone Service PMI
Jun
Med
46.8
46.4
Ind
46.7
EZ
Current Account NSA 
Apr
Low
1.6
N/F
Bln
8.7
EZ
Current Account SA 
Apr
Med
4.6
N/F
Bln
10.3
EZ
Net Investment Flow
Apr
Low
-14.8
N/F
Bln
-32.5
EZ
Consumer Confidence
Jun
Low
-19.60
-20.0
Ind
-19.30
US
Manufacturing PMI
Jun
Med
52.9
53.5
Ind
54.0
US
Philly Fed Manufacturing
Jun
High
-16.6
0.0
Ind
-5.8
Friday
June, 22nd
DE
Ifo Business Climate
Jun
High
105.3
105.9
Ind
106.9
DE
Ifo Current Conditions
Jun
Low
113.9
112.3
Ind
113.2
DE
Ifo Expectations 
Jun
Low
97.3
99.8
Ind
100.8


Grafik pertumbuhan GDP dan PMI China, Thomson Reuters
Seiring isu perlambatan kian intensif, investor dunia sempat dibuat kecewa karena stimulus yang dikeluarkan the Fed pada tanggal 20 Juni silam ternyata kurang agresif dari yang di harapkan banyak kalangan. Pihak the Fed ternyata hanya mengeluarkan stimulus melalui kebijakan ‘Operation Twist’ yang bernilai sekitar US$267 milyar (itupun di bawah estimasi US$400 milyar) dan langkah tersebut diperpanjang hingga akhir tahun 2012. Padahal sebelumnya investor banyak berharap dengan hadirnya kebijakan quantitative easing berikutnya atau QE III.
Kecemasan terhadap perlambatan global meningkat setelah sentimen bisnis Jerman mencatat level terendah lebih dari 2-tahun terakhir setelah merosot selama 2 bulan berturut-turut hingga Juni. Sebelumnya survei lembaga ZEW dan hasil survei pabrik turut kian memperkuat indikasi bahwa ekonomi kawasan nampak kehilangan momentum. Berbagai data tersebut memberi ‘warning’ bahwa ekonomi terbesar di Eropa sekalipun ternyata tidak kebal terhadap krisis utang yang berkepanjangan.
Beban ekonomi Uni Eropa semakin bertambah dengan keputusan lembaga pemeringkat Moody's Investor Services yang menurunkan rating hutang jangka panjang terhadap 28 bank Spanyol hingga empat level. Langkah tersebut merupakan kali kedua lembaga Moody's membuat keputusan menyangkut masalah Spanyol. Sebelumnya pada 13 Juni lalu, lembaga ini juga telah memangkas peingkat utang jangka panjang pemerintah Spanyol menjadi Baa3 dengan outlook negatif.
Sentimen pasar semakin pesimis lantaran negara Cyprus yang selama ini nampak tidak bermasalah, secara resmi akhirnya meminta bailout pada Uni Eropa dan akan disampaikan dalam KTT para pemimpin dunia di Brussles mendatang. Sebelumnya peringkat hutang pemerintah Cyprus sudah dipangkas ke level ba3 dari peringkat sebelumnya Ba1.
Kini pun kalangan analis dan pelaku pasar dapat menilai bahwa momentum penguatan Euro akan terbatas akibat minat investor terhadap aset-aset berisiko termasuk ke pasar valuta kian menurun. Pasar menyadari bahwa krisis keuangan yang menerpa tanah Eropa (ditambah masalah perlambatan global) tidak akan terselesaikan hanya dalam hitungan hari ataupun pekan. Butuh jangka waktu yang lama untuk menuntaskan semua ‘infeksi’ tersebut.  
Oleh sebab itu dibutukan vaksinasi ekstra bagi Euro berupa sejumlah katalis yang mujarab agar kawasan Euro kembali stabil seperti sedia kala, namun itu pun sulit di dapat. Alhasil, pasarpun kini enggan untuk masuk posisi bahkan tak jarang yang membuang posisi sembari mencari petunjuk pasar lebih lanjut (wait and see). Adapun katalis positif akan lebih digunakan untuk melakukan ‘profit taking’ saat pasar rally atau lebih familiar dengan aksi ‘sell on rallies’.


Emas Dekat Tingginya 2 Pekan Terkait Harapan Pelonggaran Moneter


Emas Dekat Tingginya 2 Pekan Terkait Harapan Pelonggaran MoneterEmas bergerak dekati tingginya 2 pekan hari Rabu ini, didukung oleh harapan akan adanya akomodasi tambahan kebijakan moneter dari para bank sentral guna mendukung pemulihan ekonomi global yang masih rapuh.
Spot emas diperdagangkan nyaris tanpa banyak pergerakan di angka $1,617.90, setelah reli lebih dari 1% di sesi sebelumnya ketika harga emas tersebut menyentuh tingginya 2 pekan di angka $1,624.70.
Kontrak emas AS untuk pengiriman bulan Agustus beranjak turun 0.2% menjadi $1,618.60.
Buruknya sederetan data ekonomi AS menaikkan harapan bahwa bank sentral Eropa atau European Central Bank akan memangkas tingkat suku bunga ke rekor rendahnya hari Kamis yang mungkin akan membawa harga emas bergerak naik.
Data new orders dari manufaktur AS naik diatas perkriaan di bulan Mei, memberikan pertanda untuk sektor manufaktur AS yang sepertinya masih rapuh akibat dampak dari krisis hutang Eropa.

Peluang Stimulus Segarkan Emas


Peluang Stimulus Segarkan EmasHarga emas naik pada hari Selasa seiring tanda melambatnya perekonomian AS memicu ekspektasi investor bahwa bank sentral di seluruh dunia akan mengambil stimulus moneter baru. Emas juga didukung aksi beli sebagai alat lindung inflasi akibat rally tajam pada harga minyak mentah.
"Kita dapat melihatnya sebagai tanda meningkatnya peluang QE (quantitative easing)," ucap Dominic Schnider, analis UBS Wealth Management di Singapore. Namun ini tidak berarti QE akan datang dalam waktu dekat, ia memperingatkan, mengingat Fed baru saja memperpanjang program "Operation Twist" miliknya. "Kita tidak akan melihat adanya banyak kemajuan setelah Operation Twist diperpanjang, kecuali jika kita jatuh dalam resesi. Dan ketika resesi di tahun 2008, emas juga ikut ambruk."