Meskipun nampak berupaya pulih, secara umum mata uang tungal Euro masih tertekan di teritori negatif saat menjalani pekan di minggu terakhir bulan Juni. Terbatasnya rally Euro terutama lantaran investor nampak masih enggan mengambil posisi ataupun menambah psosisi baru di pasar valuta karena masih diliputi kecemasan terhadap situasi sentimen dunia.
Sepanjang pekan lalu pasar disuguhkan berbagai peristiwa penting dunia mulai dari pemilu Yunani, pertemuan Federal Reserve Amerika Serikat (The Fed) serta pertemuan para pemimpin negara yang tergabung dalam kelompok G-20.
Mata uang Euro sendiri sempat mengalami penguatan berkat pasar digembirakan oleh menangnya kubu pro-bailout pada pemilu Yunani hari minggu silam (17/6). Meskipun menang tipis, kubu pro-bailout yang dimotori oleh partai New Democracy akhirnya mampu membawa negara Yunani bertahan di zona euro dengan perolehan suara sebanyak 29.7 persen. Sementara partai yang mendukung anti bailout – Syriza memberikan kemenangan sebesar 26.9 persen suara.
Namun tidak lama setelah itu, Euro akhirnya kembali merosot tajam akibat investor masih cemas dengan ketidakmampuan Eropa dalam mencegah meluasnya krisis utang ke negara lain kendati pemilu di Yunani terbilang sukses. Selain itu pasar merasa pesimis seiring belum tuntasnya persoalan keuangan di negara Spanyol bersamaan dengan imbal hasil obligasi yang melonjak. Imbal hasil atau yield obligasi Spanyol bertenor 10-tahun melonjak tajam hingga terakhir sempat bertengger di kisaran 7,15%. Padahal level tersebut setara saat negara Irlandia meminta bailout ke Uni Eropa.
Yield obligasi merupakan indikator kepercayaan investor terhadap kemampuan suatu negara dalam membayar utangnya. Dan asal tahu saja ketika yield berada pada level 7%, sudah menyebabkan tiga negara Eropa meminta bailout yaitu negara Irlandia, Yunani dan Portugal.
Grafik tingkat yield obligasi negara-negara di zona euro, Thomson Reuters
Seperti tak ada habisnya, setelah didera oleh kekhawatiran krisis keuangan Eropa, kini pelaku pasar kembali ditakutkan oleh masalah perlambatan ekonomi dunia yang dimotori oleh Amerika, Eropa hingga China. Isu perlambatan global mulai mencuat ke permukaan saat negeri tirai bambu China merilis angka manufaktur PMI yang merosot ke angka 48.1 di bulan Juni dari periode sebelumnya 48.4. Tak kalah ikut mewarnai pasar, aktivitas manufaktur PMI Amerika Serikat turut merosot ke level 52.9 dari sebelumnya di angka 54.0. Bahkan indeks manufaktur untuk distrik Federal Philadelphia ikut merosot drastis ke angka -16.6 dari periode sebelumnya -5.8.
Berikut tabel yang menunjukkan aktivitas manufaktur dunia:
Date | Loc | Economic Data | Period | Impact | Actual | Forecast | Val | Last |
Tuesday June, 19th | GB | CPI m/m | May | High | -0.1 | 0.1 | % | 0.6 |
GB | CPI y/y | May | High | 2.8 | 3.0 | % | 3.0 | |
GB | RPI m/m | May | Med | 0.0 | 0.2 | % | 0.7 | |
GB | RPI y/y | May | Med | 3.1 | 3.3 | % | 3.5 | |
GB | RPI – X m/m | Jun | Low | 0.0 | 0.2 | % | 0.7 | |
GB | RPI – X y/y | Jun | Low | 3.1 | 3.4 | % | 3.5 | |
DE | ZEW Economic Sentiment | Jun | High | -16.9 | 4.0 | Ind | 10.8 | |
DE | ZEW Current Condition | Jun | Med | 33.2 | 39.8 | Ind | 44.1 | |
Wednesday June, 20th | DE | Producer Prices m/m | May | Med | -0.3 | -0.2 | % | 0.2 |
DE | Producer Prices y/y | May | Med | 2.1 | 2.3 | % | 2.4 | |
CH | ZEW Investor Sentiment | Jun | Med | -43.4 | N/F | Ind | -4.0 | |
Thursday June, 21st | CN | China Manufacturing PMI | Jun | High | 48.1 | N/F | Ind | 48.4 |
DE | German Mfg Flash PMI | Jun | Med | 44.7 | 45.2 | Ind | 45.2 | |
DE | German Service Flash PMI | Jun | Med | 50.3 | 51.5 | Ind | 51.8 | |
EZ | Euro Manufacturing PMI | Jun | Med | 44.8 | 44.9 | Ind | 45.1 | |
EZ | Euro Zone Service PMI | Jun | Med | 46.8 | 46.4 | Ind | 46.7 | |
EZ | Current Account NSA | Apr | Low | 1.6 | N/F | Bln | 8.7 | |
EZ | Current Account SA | Apr | Med | 4.6 | N/F | Bln | 10.3 | |
EZ | Net Investment Flow | Apr | Low | -14.8 | N/F | Bln | -32.5 | |
EZ | Consumer Confidence | Jun | Low | -19.60 | -20.0 | Ind | -19.30 | |
US | Manufacturing PMI | Jun | Med | 52.9 | 53.5 | Ind | 54.0 | |
US | Philly Fed Manufacturing | Jun | High | -16.6 | 0.0 | Ind | -5.8 | |
Friday June, 22nd | DE | Ifo Business Climate | Jun | High | 105.3 | 105.9 | Ind | 106.9 |
DE | Ifo Current Conditions | Jun | Low | 113.9 | 112.3 | Ind | 113.2 | |
DE | Ifo Expectations | Jun | Low | 97.3 | 99.8 | Ind | 100.8 |
Grafik pertumbuhan GDP dan PMI China, Thomson Reuters
Seiring isu perlambatan kian intensif, investor dunia sempat dibuat kecewa karena stimulus yang dikeluarkan the Fed pada tanggal 20 Juni silam ternyata kurang agresif dari yang di harapkan banyak kalangan. Pihak the Fed ternyata hanya mengeluarkan stimulus melalui kebijakan ‘Operation Twist’ yang bernilai sekitar US$267 milyar (itupun di bawah estimasi US$400 milyar) dan langkah tersebut diperpanjang hingga akhir tahun 2012. Padahal sebelumnya investor banyak berharap dengan hadirnya kebijakan quantitative easing berikutnya atau QE III.
Kecemasan terhadap perlambatan global meningkat setelah sentimen bisnis Jerman mencatat level terendah lebih dari 2-tahun terakhir setelah merosot selama 2 bulan berturut-turut hingga Juni. Sebelumnya survei lembaga ZEW dan hasil survei pabrik turut kian memperkuat indikasi bahwa ekonomi kawasan nampak kehilangan momentum. Berbagai data tersebut memberi ‘warning’ bahwa ekonomi terbesar di Eropa sekalipun ternyata tidak kebal terhadap krisis utang yang berkepanjangan.
Beban ekonomi Uni Eropa semakin bertambah dengan keputusan lembaga pemeringkat Moody's Investor Services yang menurunkan rating hutang jangka panjang terhadap 28 bank Spanyol hingga empat level. Langkah tersebut merupakan kali kedua lembaga Moody's membuat keputusan menyangkut masalah Spanyol. Sebelumnya pada 13 Juni lalu, lembaga ini juga telah memangkas peingkat utang jangka panjang pemerintah Spanyol menjadi Baa3 dengan outlook negatif.
Sentimen pasar semakin pesimis lantaran negara Cyprus yang selama ini nampak tidak bermasalah, secara resmi akhirnya meminta bailout pada Uni Eropa dan akan disampaikan dalam KTT para pemimpin dunia di Brussles mendatang. Sebelumnya peringkat hutang pemerintah Cyprus sudah dipangkas ke level ba3 dari peringkat sebelumnya Ba1.
Kini pun kalangan analis dan pelaku pasar dapat menilai bahwa momentum penguatan Euro akan terbatas akibat minat investor terhadap aset-aset berisiko termasuk ke pasar valuta kian menurun. Pasar menyadari bahwa krisis keuangan yang menerpa tanah Eropa (ditambah masalah perlambatan global) tidak akan terselesaikan hanya dalam hitungan hari ataupun pekan. Butuh jangka waktu yang lama untuk menuntaskan semua ‘infeksi’ tersebut.
Oleh sebab itu dibutukan vaksinasi ekstra bagi Euro berupa sejumlah katalis yang mujarab agar kawasan Euro kembali stabil seperti sedia kala, namun itu pun sulit di dapat. Alhasil, pasarpun kini enggan untuk masuk posisi bahkan tak jarang yang membuang posisi sembari mencari petunjuk pasar lebih lanjut (wait and see). Adapun katalis positif akan lebih digunakan untuk melakukan ‘profit taking’ saat pasar rally atau lebih familiar dengan aksi ‘sell on rallies’.