Rabu, 04 Juli 2012

Orientasi Kebijakan Potensial Hanya Untuk Jangka Pendek


Melihat tingginya harapan pasar terhadap adanya pelonggaran kebijakan dari beberapa bank sentral utama dunia, sepertinya optimisme mulai tumbuh dikalangan para investor bahwa para bank sentral tersebut tidak akan tinggal diam menghadapi dampak yang disebabkan oleh krisis hutang Eropa. Yang menjadi pertanyaan adalah: apakah langkah-langkah tersebut akan berdampak positif dalam waktu dekat?
Bila kita bercermin pada harapan kepada Federal Reserve Bank beberapa pekan lalu, dengan harapan akan munculnya QE3, yang ternyata berujung pada Operation Twist, maka masih ada segelintir orang yang merasa bahwa QE3, apapun bentuknya dan dibelahan manapun program serupa akan berasal, pesimisme di beberapa kalangan masih akan bertahan.
Selain itu, bila kita merujuk pada aktivitas sektor manufaktur di beberapa negara ekonomi utama dunia seperti China, AS dan Eropa, sepertinya langkah yang akan diambil masih terpusat pada kepentingan negara masing-masing. Proteksi yang dilakukan Apple sebagai contoh, melihat dari betapa takut dan khawatirnya akan persaingan dengan alasan pelanggaran hak paten, perusahaan tersebut terus berusaha menekan masuknya produk-produk pesaing. Tentunya hal ini bukan sebuah contoh mutlak.
Lalu, bagaimana harapan langkah-langkah yang akan diambil para bank sentrak dunia tersebut terkait data-data ekonomi yang akan dirilis pekan ini, tepatnya pada 5 Juli 2012, seperti data jobs dari AS. Apakah bank-bank sentral dunia tersebut akan membenahi perekonomian mereka terlebih dahulu atau langsung memberikan bantuan kepada Eropa yang dianggap merupakan penyebab utama kejatuhan pemulihan ekonomi dunia, atau melakukan sebagaimana layaknya China yang mungkin tidak terlihat sebagai negara dengan perekonomian yang tertutup, tetapi dengan kebijakan internal negara tersebut yang memberikan instruksi kepada otonomi bank pemerintah yang relatif besar untuk memperlonggar kebijakan kepada bank-bank kecil lainnya akan dilakukan oleh negara lainnya? Ataukah hal ini juga akan dilakukan seperti halnya Uni Eropa untuk membantu Spanyol dalam menyelamatkan sektor perbankannya? Tentunya kedua hal tersebut masih menjadi gambaran bahwa conflict of interest antar para bank sentral tersebut.
Bila kita melihat ke sisi dalam dari suatu pemerintahan, tentunya pengecualian untuk China, masalah internal politik untuk Eropa dan AS sepertinya masih akan membayangi langkah-langkah yang akan menguntungkan beberapa pihak partai politik untuk mendulang suara. Lalu bagaimana dengan masyarakat yang merasakan dampak langsung dari kebijakan politik yang diambil? Apakah akan sejalan dengan kehendak warga negara di negara masing-masing?
Beberapa pertanyaan pun masih menggantung untuk jangka waktu dekat ini adalah: (1). Bagaimana China akan menanggulangi dampak inflasi yang disebabkan tingginya harga perumahan disana ditengah pelonggaran kebijakan perbankan. (2). Bagaimana badan administrasi Obama yang tengah sibuk mengatasi masalah politik dalam pemilu yang akan datang ditengah desakan perubahan ekonomi di AS untuk mengatasi masalah pengangguran disana, terlebih saat pasar mulai meragukan kepastian QE3 setelah beberapa saat lalu telah mengecewakan pasar, dengan alih-alih melakukan pelonggaran kebijakan, tetapi malah kembali melakukan penjualan obligasi jangka pendek untuk kemudian membeli kembali obligasi-obligasi jangka panjang? (3). Bagaimana dengan Jerman sebagai pemilik kekuatan yang tertinggi untuk ekonominya dengan situasi yang tergolong kondusif dibandingkan dengan negara lainnya, apakah Jerman setuju untuk membantu dengan mengatakan bahwa seharusnya persyaratan untuk bantuan diperketat dengan tujuan agar negara-negara yang dililit masalah hutang tersebut agar mandiri?
Apabila dengan asumsi sebagaimana yang dijabarkan diatas, langkah-langkah konkrit yang akan diambil oleh para bank sentral sepertinya masih merupakan upaya jangka pendek untuk mengatasi masalah. Dan bukan tidak mungkin peran conflict of interest bisa saja terjadi.

Euro Butuh Vaksinasi Ekstra


Meskipun nampak berupaya pulih, secara umum mata uang tungal Euro masih tertekan di teritori negatif saat menjalani pekan di minggu terakhir bulan Juni. Terbatasnya rally Euro terutama lantaran investor nampak masih enggan mengambil posisi ataupun menambah psosisi baru di pasar valuta karena masih diliputi kecemasan terhadap situasi sentimen dunia.
Sepanjang pekan lalu pasar disuguhkan berbagai peristiwa penting dunia mulai dari pemilu Yunani, pertemuan Federal Reserve Amerika Serikat (The Fed) serta pertemuan para pemimpin negara yang tergabung dalam kelompok G-20.  
Mata uang Euro sendiri sempat mengalami penguatan berkat pasar digembirakan oleh menangnya kubu pro-bailout pada pemilu Yunani hari minggu silam (17/6). Meskipun menang tipis, kubu pro-bailout yang dimotori oleh partai New Democracy akhirnya mampu membawa negara Yunani bertahan di zona euro dengan perolehan suara sebanyak 29.7 persen. Sementara partai yang mendukung anti bailout – Syriza memberikan kemenangan sebesar 26.9 persen suara.
Namun tidak lama setelah itu, Euro akhirnya kembali merosot tajam akibat investor masih cemas dengan ketidakmampuan Eropa dalam mencegah meluasnya krisis utang ke negara lain kendati pemilu di Yunani terbilang sukses. Selain itu pasar merasa pesimis seiring belum tuntasnya persoalan keuangan di negara Spanyol bersamaan dengan imbal hasil obligasi yang melonjak. Imbal hasil atau yield obligasi Spanyol bertenor 10-tahun melonjak tajam hingga terakhir sempat bertengger di kisaran 7,15%. Padahal level tersebut setara saat negara Irlandia meminta bailout ke Uni Eropa.
Yield obligasi merupakan indikator kepercayaan investor terhadap kemampuan suatu negara dalam membayar utangnya. Dan asal tahu saja ketika yield berada pada level 7%, sudah menyebabkan tiga negara Eropa meminta bailout yaitu negara Irlandia, Yunani dan Portugal.
Grafik tingkat yield obligasi negara-negara di zona euro, Thomson Reuters
Seperti tak ada habisnya, setelah didera oleh kekhawatiran krisis keuangan Eropa, kini pelaku pasar kembali ditakutkan oleh masalah perlambatan ekonomi dunia yang dimotori oleh Amerika, Eropa hingga China. Isu perlambatan global mulai mencuat ke permukaan saat negeri tirai bambu China merilis angka manufaktur PMI yang merosot ke angka 48.1 di bulan Juni dari periode sebelumnya 48.4. Tak kalah ikut mewarnai pasar, aktivitas manufaktur PMI Amerika Serikat turut merosot ke level 52.9 dari sebelumnya di angka 54.0. Bahkan indeks manufaktur untuk distrik Federal Philadelphia ikut merosot drastis ke angka -16.6 dari periode sebelumnya -5.8.
Berikut tabel yang menunjukkan aktivitas manufaktur dunia:
Date

Loc

Economic Data
Period
Impact
Actual
Forecast
Val
Last
 Tuesday
June, 19th
GB
CPI m/m
May
High
-0.1
0.1
%
0.6
GB
CPI y/y
May
High
2.8
3.0
%
3.0
GB
RPI m/m
May
Med
0.0
0.2
%
0.7
GB
RPI y/y
May
Med
3.1
3.3
%
3.5
GB
RPI – X m/m
Jun
Low
0.0
0.2
%
0.7
GB
RPI – X y/y
Jun
Low
3.1
3.4
%
3.5
DE
ZEW Economic Sentiment
Jun
High
-16.9
4.0
Ind
10.8
DE
ZEW Current Condition
Jun
Med
33.2
39.8
Ind
44.1
Wednesday
June, 20th
DE
Producer Prices m/m
May
Med
-0.3
-0.2
%
0.2
DE
Producer Prices y/y
May
Med
2.1
2.3
%
2.4
CH
ZEW Investor Sentiment
Jun
Med
-43.4
N/F
Ind
-4.0
Thursday
June, 21st
CN
China Manufacturing PMI
Jun
High
48.1
N/F
Ind
48.4
DE
German Mfg Flash PMI  
Jun
Med
44.7
45.2
Ind
45.2
DE
German Service Flash PMI
Jun
Med
50.3
51.5
Ind
51.8
EZ
Euro Manufacturing PMI  
Jun
Med
44.8
44.9
Ind
45.1
EZ
Euro Zone Service PMI
Jun
Med
46.8
46.4
Ind
46.7
EZ
Current Account NSA 
Apr
Low
1.6
N/F
Bln
8.7
EZ
Current Account SA 
Apr
Med
4.6
N/F
Bln
10.3
EZ
Net Investment Flow
Apr
Low
-14.8
N/F
Bln
-32.5
EZ
Consumer Confidence
Jun
Low
-19.60
-20.0
Ind
-19.30
US
Manufacturing PMI
Jun
Med
52.9
53.5
Ind
54.0
US
Philly Fed Manufacturing
Jun
High
-16.6
0.0
Ind
-5.8
Friday
June, 22nd
DE
Ifo Business Climate
Jun
High
105.3
105.9
Ind
106.9
DE
Ifo Current Conditions
Jun
Low
113.9
112.3
Ind
113.2
DE
Ifo Expectations 
Jun
Low
97.3
99.8
Ind
100.8


Grafik pertumbuhan GDP dan PMI China, Thomson Reuters
Seiring isu perlambatan kian intensif, investor dunia sempat dibuat kecewa karena stimulus yang dikeluarkan the Fed pada tanggal 20 Juni silam ternyata kurang agresif dari yang di harapkan banyak kalangan. Pihak the Fed ternyata hanya mengeluarkan stimulus melalui kebijakan ‘Operation Twist’ yang bernilai sekitar US$267 milyar (itupun di bawah estimasi US$400 milyar) dan langkah tersebut diperpanjang hingga akhir tahun 2012. Padahal sebelumnya investor banyak berharap dengan hadirnya kebijakan quantitative easing berikutnya atau QE III.
Kecemasan terhadap perlambatan global meningkat setelah sentimen bisnis Jerman mencatat level terendah lebih dari 2-tahun terakhir setelah merosot selama 2 bulan berturut-turut hingga Juni. Sebelumnya survei lembaga ZEW dan hasil survei pabrik turut kian memperkuat indikasi bahwa ekonomi kawasan nampak kehilangan momentum. Berbagai data tersebut memberi ‘warning’ bahwa ekonomi terbesar di Eropa sekalipun ternyata tidak kebal terhadap krisis utang yang berkepanjangan.
Beban ekonomi Uni Eropa semakin bertambah dengan keputusan lembaga pemeringkat Moody's Investor Services yang menurunkan rating hutang jangka panjang terhadap 28 bank Spanyol hingga empat level. Langkah tersebut merupakan kali kedua lembaga Moody's membuat keputusan menyangkut masalah Spanyol. Sebelumnya pada 13 Juni lalu, lembaga ini juga telah memangkas peingkat utang jangka panjang pemerintah Spanyol menjadi Baa3 dengan outlook negatif.
Sentimen pasar semakin pesimis lantaran negara Cyprus yang selama ini nampak tidak bermasalah, secara resmi akhirnya meminta bailout pada Uni Eropa dan akan disampaikan dalam KTT para pemimpin dunia di Brussles mendatang. Sebelumnya peringkat hutang pemerintah Cyprus sudah dipangkas ke level ba3 dari peringkat sebelumnya Ba1.
Kini pun kalangan analis dan pelaku pasar dapat menilai bahwa momentum penguatan Euro akan terbatas akibat minat investor terhadap aset-aset berisiko termasuk ke pasar valuta kian menurun. Pasar menyadari bahwa krisis keuangan yang menerpa tanah Eropa (ditambah masalah perlambatan global) tidak akan terselesaikan hanya dalam hitungan hari ataupun pekan. Butuh jangka waktu yang lama untuk menuntaskan semua ‘infeksi’ tersebut.  
Oleh sebab itu dibutukan vaksinasi ekstra bagi Euro berupa sejumlah katalis yang mujarab agar kawasan Euro kembali stabil seperti sedia kala, namun itu pun sulit di dapat. Alhasil, pasarpun kini enggan untuk masuk posisi bahkan tak jarang yang membuang posisi sembari mencari petunjuk pasar lebih lanjut (wait and see). Adapun katalis positif akan lebih digunakan untuk melakukan ‘profit taking’ saat pasar rally atau lebih familiar dengan aksi ‘sell on rallies’.