
Lembaga pemeringkat
rating Moody`s, hari Senin memperingatkan potensi tekanan lebih lanjut dari krisis Eropa. Atas dasar itu, Moody's melihat peluang penurunan kualitas
obligasi negara dalam kawasan.
"Sementara ini, Moody`s tetap memegang skenario bahwa penyebaran default akan terhenti, namun bukan berarti rating negara akan lebih baik," ulas Moody's dalam laporannya. Lembaga pemeringkat ini juga menilai aksi konkrit otoritas baru datang setelah rangkaian guncangan di pasar obligasi.
"Hal ini mungkin menyebabkan peringkat kredit beberapa negara kembali mengalami penurunan spekulatif," demikian Moody's. Ekonom Tim Condon, Kepala Riset ING untuk Asia, menyatakan bahwa peringatan Moody's tidak akan mengejutkan pasar. "Pada dasarnya, publik sudah mengetahui segala risiko yang ada di Eropa," katanya. Ia melihat bahwa tinggal sedikit orang yang memprediksi skenario perpecahan zona
euro.
Pasar keuangan telah menempatkan Italia, Spanyol dan sekarang, Prancis, di bawah sorotan. Ketiga negara mencuri perhatian utama karena skeptisme pasar terhadap kemampuan para pemimpin Eropa untuk menyelesaikan krisis hutang.
Menteri keuangan zona euro akan bertemu pada hari Selasa untuk memutuskan aturan terperinci tentang dana bailout. Persetujuan tersebut akan melapangkan jalan bagi pengucuran dana 440 miliar euro bagi negara penerima.
Moody`s mengatakan bahwa kawasan euro sekarang berada di persimpangan. Satu jalan mengarah ke integrasi, sedangkan satu jalan lainnya menuju perpecahan lebih luas. Skenario bahkan bisa lebih buruk di tengah ketidakpastian politik di Yunani dan Italia dan prospek negatif ekonomi kawasan. "Kemungkinan default negara-negara kawasan euro tidak bisa diabaikan," ulas Moody's. Menurut lembaga ini, semakin lama krisis likuiditas berlanjut, semakin besar pula kemungkinan default. Satu saja negara terbukti bangkrut, maka akan menambah kemungkinan lebih banyak anggota blok akan meninggalkan komunitas euro.