Bahkan, selama dasawarsa terakhir ini, emas telah menjadi the best-performing asset class dari Januari 2001 sampai Desember 2010. Oleh karena itu, sebagian orang kini berbicara mengenai sebuah bubble atau “gelembung” dalam pasar emas, dan membandingkannya dengan puncaknya pada tahun 1980 di US$850/toz. Tetapi saya secara pribadi berpendapat bahwa, meskipun emas telah menguat lebih dari 5 kali lipat sejak level terendahnya pada tahun 1999 di sekitar US$250/toz, harganya sekarang masih jauh dari puncaknya.
Apa yang membuat saya berpikir begitu? Mari kita lihat beberapa fakta menarik yang dapat mendukung asumsi tersebut:
1) Bubble yang sesungguhnya adalah HUTANG PEMERINTAH, bukan emas. Hutang pemerintah pada kenyataan sebuah bubble hebat yang belum pecah, dan bertumbuh makin besar selama 2 tahun terakhir karena hampir semua negara maju terpaksa meminjam secara terus-menerus untuk menutupi defisit mereka.
Sovereign debts atau hutang negara naik hampir 30% hanya dalam 2 tahun, dimana berbagai negara melipatgandakan tingkat hutang mereka dari 2007 hingga 2009 (menurut data dari Bank for International Settlements). Sebagai akibatnya, kenaikan besar dalam hutang pemerintah belakangan ini berhasil ditandingi oleh kenaikan yang sama dalam harga emas. Ketika pinjaman pemerintah meningkat setelah 2007, harga emas juga menguat dari sekitar US$700/toz ke US$1,300/toz lebih, dan dengan demikian hampir mengikuti kenaikan dalam hutang pemerintah dengan tepat (lihat gambar dibawah ini).

Jadi selama the Fed dan bank sentral dari negara G-20 tetap mempertahankan tingkat suku bunga mereka di level yang rendah dan pemerintah dari negara maju membanjiri pasar hutang secara terus-menerus dengan jumlah obligasi yang besar sekali, pasar emas tetap akan bullish. Ketika bubble dalam hutang pemerintah pada akhirnya pecah, “kerusakan” terhadap dolar AS maupun beberapa mata uang utama lainnya – seperti euro, poundsterling, dan yen Jepang – kemungkinan akan fatal, dan emas menjadi safe haven tunggal dalam kondisi tersebut maupun harganya melejit ke atas.
2) “Kita sedang mengalami sebuah CURRENCY WAR,” kata Menteri Keuangan dari Brazil Guido Mantega. Agar dapat meningkatkan ekspor barang maupun jasa, banyak negara berusaha untuk melemahkan mata uang mereka sebanyak mungkin. Berarti berbagai bank sentral sedang membanjiri dunia dengan “kertas murah” lewat pencetakan uang tanpa hentinya. Oleh karena itu, benar-benar mudah untuk memahami mengapa harga emas makin tinggi dan akan tetap menguat lebih lanjut beberapa tahun kedepan. Dengan kata lain: emas adalah satu-satunya “mata uang” yang tidak dapat dicetak seenaknya oleh bank sentral manapun.

Jadi walaupun emas berfungsi baik sebagai sebuah komoditas dan sebuah mata uang, logam mulia ini telah menjadi mata uang pilihan yang memperlihatkan dengan jelas ketidakpercayaan investor terhadap uang kertas. Hal tersebut terbukti dengan grafik diatas ini, yang menunjukkan apresiasi harga emas dalam beberapa mata uang utama dunia dan sekaligus menggambarkan bahwa investor sedang mencari sebuah hedge untuk berjaga terhadap ketidakstabilan moneter.
Misalnya the U.S. dollar index, yang menghitung nilai dolar AS dalam 6 mata uang utama lainnya, belakangan ini membuktikan bahwa untuk setiap penurunan dalam indeks itu sebesar 1%, emas meningkat dengan 4,9%. Seandainya perbandingan tersebut tidak banyak berubah kedepan dan dollar index kembali anjlok ke level terendahnya pada bulan Maret 2008 di 71.30 (atau turun 11% dari level sekarang), emas bisa menguat sekitar 54% ke US$2,080/toz. Bahkan kalau kita memikirkan jangka panjang atau 5 sampai 10 tahun yang mendatang, dan mempercayai bahwa dolar AS dapat kehilangan setengah dari nilainya, emas mungkin saja meroket ke US$4,760/toz.
3) Penguatan emas sebagai sebuah inflation hedge berkembang setelah ketua umum the Fed, Ben Bernanke, memberikan indikasi ke pasar akan melanjutkan pelonggaran kebijakan moneternya dengan quantitative easing jilid ketiga, dan bahkan nilai QE lanjutan tersebut bisa melampaui nilai QE2 beberapa waktu lalu senilai US$600 milyar. Maka yang perlu diwaspadai untuk jangka panjang adalah bahwa emas masih berpotensi melanjutkan kenaikannya jika paket stimulus terus dilakukan karena longgarnya kebijakan moneter akan memicu naiknya INFLASI.

Meskipun harga emas baru saja menembus US$1,400/toz dan media masa selalu menyebutnya sebagai suatu “all-time high”, sebetulnya itu tidak mengenai sasaran atau mewakili kebenaran secara utuh. Apabila kita menyesuaikan harganya untuk inflasi, rekor emas sebenarnya tercetak pada 21 Januari 1980 atau lebih dari 30 tahun yang lalu di sekitar US$2,400/toz. Tetapi seandainya kita menggunakan real-world inflation numbers (daripada tingkat inflasi yang diberikan oleh pemerintah AS), harga emas kini seharusnya mencapai lebih dari US$6,000/toz. Jadi emas pada dasarnya bisa menguat 5 kali dari harganya sekarang di sekitar US$1,380/toz dan tetap berada dalam parameter yang biasa (lihat grafik diatas)
Cara yang lain untuk menghitung target potensial menghasilkan angka yang hampir sama: emas menguat dari US$35/toz di tahun 1970 ke US$850/toz pada tahun 1980, atau naik 24,28 kali. Bull market dalam emas yang sedang berlangsung sekarang dimulai pada tahun 2001 di US$255.95/toz; kalikan angka tersebut dengan 24,28 dan … Anda akan memperoleh harga emas sebesar US$6,214/toz!
4) Akhirnya, gambar dibawah ini menunjukkan bahwa tahap yang “gila” dimana semua orang ingin memborong emas masih jauh didepan kita, dan kemungkinan besar baru akan dimulai ketika harga emas melebihi US$3,000/toz. Memang pada saat ini kita mulai melihat media attention atau perhatian dari media meningkat, tetapi intensitas dari peliputan tersebut masih jauh dibawah popularitas yang diperolehnya pada akhir 1970an.

Pada waktu itu, semua stasiun televisi menampilkan harga emas di samping indeks saham. Sementara kini emas hanya dianggap sebagai pelengkap saja dan cenderung dipandang sebelah mata oleh investor. Maka, sangat masuk akal jika Anda memanfaatkan setiap koreksi untuk menambah jumlah emas dalam portofolio Anda, sebelum Mania phase benar-benar berjalan.
apakah anda ingin meraup profit yang banyak dan berkah buat keluarga.